Penggunaan Serat Alami Tumbuhan sebagai Bahan Tekstil yang Ramah Lingkungan

Penggunaan Serat Alami Tumbuhan sebagai Bahan Tekstil yang Ramah Lingkungan
info gambar utama

Dua pilihan serat tekstil dalam pembuatan pakaian terbagi atas bahan serat tekstil sintetis dan bahan serat tekstil alami. Serat sintetis pada kain lebih sulit terurai oleh mikroba saat menjadi sampah sehingga memerlukan waktu yang sangat lama dan mencemari lingkungan.

Oleh sebab itu, memilih serat tekstil alami lebih ramah lingkungan karena sampah pakaian yang terbuat dari serat alami akan mengalami biodegradasi dengan kecepatan yang jauh melampaui serat sintetis.

Biodegradasi adalah proses degradasi atau penguraian bahan alami oleh mikroorganisme tanpa intervensi manusia. Semua serat alami terutama yang berasal dari tumbuhan akan mengalami biodegradasi pada saat menjadi limbah pakaian yang sudah dibuang. Kemampuan bahan alami dalam mengurai sampah secara cepat akan otomatis mengurangi penumpukan sampah pakaian.

Dampak lain dari pemilihan serat alami tumbuhan bagi lingkungan adalah mudah dibudidayakan karena dapat selalu ditanam kembali, tidak membutuhkan bahan kimia dalam proses produksi dan lebih nyaman dipakai karena memiliki kemampuan penyerapan kelembaban dengan baik.

Konsep Masjid Ramah Lingkungan yang Selaras dengan Misi 10th World Water Forum

Nanas, Sumber Serat Alami Pakaian

Beberapa contoh serat alami tumbuhan yang bisa dijadikan opsi mulai dari serat kapas penghasil katun, serat linen, hingga beberapa studi yang dilakukan periset menemukan potensi tumbuhan lain sebagai sumber serat alami pakaian.

Salah satu potensi tumbuhan yang dijadikan serat kain alami adalah tanaman nanas yang dapat diambil serat daunnya menjadi bahan tekstil. Dalam jurnal oleh Badan Riset dan Inovasi Nasional Volume 2, Nomor 2, Desember 2021 lalu disebutkan di antara serat alami yang berbeda, serat daun nanas menunjukkan sifat mekanik yang baik. Serat daun nanas adalah multiseluler dan istilah-selulosa.

Tekstil yang terbuat dari serat daun nanas disebut Pinatex yang saat ini sudah mulai banyak digunakan sebagai bahan baku pakaian dan tas yang memiliki finishing mirip seperti bahan leather. Bukan hanya vegan-friendly dan murah dari segi biaya produksi, penemuan ini juga berpotensi menggeser popularitas bahan kulit asli dari hewan yang masih diperdebatkan proses produksinya karena menggunakan bahan kimia yang mencemari lingkungan.

Fashion yang Ramah Lingkungan

Kemudian seperti yang dikutip dari sumber jurnal BRIN, untuk memperoleh hasil komposit serat alami dengan kualitas tinggi, maka sebaiknya serat alami ditenun (bentuk tekstil) untuk memperoleh kekuatan yang tinggi, kerataan dan kestabilan.

Sebuah penelitian dari Jennifer Agrilla, Krishna Hutama, dan Yan Yan Sunarya yang diterbitkan dalam sebuah jurnal oleh FSRD Universitas Trisakti menemukan akulturasi material tenun sabu asal Kepulauan Sabu yang menggunakan serat alami tencel dengan bahan baku kayu sehingga mempercepat proses produksi tenun tanpa melalui proses pemintalan serat kapas menjadi benang. Hasilnya, bahan kain tenun sabu dari tencel, tidak setebal kapas hingga variatif penggunaannya dan dapat dikreasikan desainer menjadi item fashion seperti luaran, atasan, dress atau bawahan.

Maka dari itu, inovasi dalam pengolahan serat alami tumbuhan untuk pakaian sangat dibutuhkan agar mengurangi biaya produksi sehingga lebih terjangkau dan mudah diterima masyarakat. Mengembangkan teknik produksi pakaian juga diharapkan menghasilkan produk yang punya kualitas mumpuni sehingga nyaman digunakan.

Tren Sustainable Fashion, Alternatif Industri Fashion Ramah Lingkungan

Dari sisi masyarakat sebagai konsumen, kesulitan memilih pakaian yang terbuat dari serat alami tumbuhan masih dialami ketika berbelanja khususnya produk fast fashion. Untuk sedikit mengubah kebiasaan buruk, konsumen dapat menghindari bahan pakaian spandeks, akrilik dan polyester karena sangat sulit terurai saat menjadi sampah.

Pada artikel textileworld.com disebutkan peran penting periset, produsen, pebisnis, hingga konsumen dalam memerangi efek buruk pencemaran lingkungan melalui bahan pakaian yang sulit terurai ini. Adaptasi dalam menggunakan bahan serat alami dirasa aneh saat ini. Namun, bukan tidak mungkin akan menjadi sebuah perubahan besar pada industri fashion dunia yang lebih ramah lingkungan di masa depan.

Referensi:

  • https://ejurnal.bppt.go.id/index.php/JITM/article/view/4339
  • https://e-journal.trisakti.ac.id/index.php/jsrr/article/view/17477/10632
  • https://www.textileworld.com/textile-world/features/2021/04/fiber-world-sustainable-alternative-plant-fibers-for-textiles/

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Artikel ini dibuat oleh Kawan GNFI, dengan mematuhi aturan menulis di GNFI. Isi artikel ini sepenuhnya menjadi tanggung jawab penulis. Laporkan tulisan.

CF
KO
Tim Editor arrow

Terima kasih telah membaca sampai di sini