Cerita Debus Dadali Pati Asal Sukabumi, Kiprahnya Sampai Brunei dan India

Cerita Debus Dadali Pati Asal Sukabumi, Kiprahnya Sampai Brunei dan India
info gambar utama

Kesenian debus masih eksis dipertunjukan dalam berbagai kegiatan. Debus ini mulanya berkembang di Banten, Jawa Barat. Para pelaku debus masih sering diundang dalam setiap kegiatan di Banten dan sekitarnya.

Saeful Alam adalah salah seorang pelaku debus yang masih melestarikan kesenian ini. Pelaku seni debus asal Sukabumi ini sudah malang melintang melakukan pentas dan atraksi di berbagai wilayah di Indonesia.

Kengerian Debus, Tradisi Ekstrim dari Indonesia

Bagi pria yang sering dipanggil Bah Alam ini debus bukan hanya sebatas kesenian. Tetapi juga merupakan falsafah yang diwariskan oleh leluhurnya. Terutama kisah pelaku debus saat melawan penjajah.

“Untuk syiar agama, untuk mengusir para penjajah lebih kepada shock terapi, namun banyak juga kalau itu yang kebal tembak juga. Debus itu kan bukan hanya (kebal) senjata tajam, tapi juga senjata api, kembali lagi kepada niat,” ujarnya yang dimuat Detik.

Dari zaman Sultan Banten

Alam berkisah debus mulai dikenal sekitar tahun 1552 sampai 1570 saat zaman pemerintah Maulana Hasanudin. Kemudian dikenal luas di masyarakat hingga akhirnya dijadikan sarana syiar agama Islam kala itu.

Karena itu pada setiap aksinya Bah Alam kerap menyampaikan setiap filosofi yang terkandung dalam setiap atraksi. Misalnya menggesekkan golok ke lidah sebagai simbol tentang tajamnya lisan.

“Makannya selaku manusia kita harus bisa menjaga lidah dan ucapannya,” ucapnya.

Debus Banten: Ekspresi Kebudayaan Nusantara yang Tak Lekang Oleh Zaman

Pria yang meneruskan warisan Padepokan Dadali Pati ini berharap debus terus banyak peminatnya. Pasalnya sempat ada waktu seni debus memasuki masa-masa redup, namun para pelaku seni mengupayakan agar debus kembali eksis.

“Dalam debus ada di diri kita, pesan moralnya ada di diri kita dan sampai hari ini, debus menjadi sebuah seni yang sudah berkembang di mana-mana bahkan se-Indonesia sudah mengenal dan mempelajari debus, bukan hanya orang Banten saja bukan orang Sunda saja,” paparnya.

Menyebar ke Brunei dan India

Abah Alam menyebut saat ini sudah membina 170 orang murid di Padepokan Dadali Pati. Para murid ini berasal dari Palabuhanratu, Cisaat, Cibadak, bahkan muridnya ada yang berasal dari Bogor, Cileungsi, dan Cianjur.

Dikatakan olehnya, para murid tidak hanya belajar ilmu kanuragan seperti kebal dan senjata tajam. Tetapi mereka juga belajar filosofi mengenai atraksi, seperti menggesekkan golok ke lidah dan lain-lain.

Debus, Ilmu Kebal di Tanah Jawara untuk Melawan Kolonial Belanda

Abah Alam menceritakan selama ini sering menerima undangan ke luar kota Sukabumi. Bahkan dirinya sempat diundang ke luar negeri untuk mengenalkan atraksi debus, seperti ke Brunei Darussalam dan India.

“Saya alhamdulilah di Bandung, Karawang, Garut, Sampai di Bali. Kita rutin kalau di Bali. Kita juga pernah diundang ke Brunei juga ke India. Kita ke padepokan dari Sukabumi,” tutupnya.

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Jika Anda tertarik untuk membaca tulisan Rizky Kusumo lainnya, silakan klik tautan ini arsip artikel Rizky Kusumo.

Terima kasih telah membaca sampai di sini