Implementasi Prinsip Ajaran Bali “Tri Hita Karana” dalam World Water Forum 10

Implementasi Prinsip Ajaran Bali “Tri Hita Karana” dalam World Water Forum 10
info gambar utama

Tri Hita Karana adalah prinsip ajaran Bali yang mengajarkan pentingnya keseimbangan dan keharmonisan antara manusia, alam, dan Tuhan. Prinsip ini terdiri dari tiga elemen utama: Parahyangan (hubungan harmonis antara manusia dan Tuhan), Pawongan (hubungan harmonis antara manusia dan sesama manusia), dan Palemahan (hubungan harmonis antara manusia dan lingkungan alam).

Implementasi prinsip ini sangat relevan dalam konteks keberlanjutan sumber daya alam yang menjadi fokus dalam World Water Forum.

Tri Hita Karana dan Keberlanjutan Sumber Daya Air

Dalam World Water Forum, isu keberlanjutan sumber daya air menjadi topik utama yang dibahas. Prinsip Tri Hita Karana memberikan perspektif yang holistik dalam mengelola sumber daya air dengan menekankan pentingnya keseimbangan antara kebutuhan manusia, kelestarian lingkungan, dan spiritualitas.

Parahyangan mengajarkan bahwa air adalah anugerah dari Tuhan yang harus dijaga kesuciannya. Pawongan mengingatkan kita untuk berbagi dan menggunakan air secara adil di antara sesama manusia. Palemahan menekankan pentingnya menjaga ekosistem air agar tetap lestari.

Tahura I Gusti Ngurah Rai, Destinasi Wisata Alam yang jadi Lokasi 10th World Water Forum

Delegasi WWF - 10 Kunjungi Konservasi Mangrove di Bali

Sebagai bagian dari implementasi prinsip Tri Hita Karana, Bali, telah menjadi contoh dalam upaya konservasi lingkungan, salah satunya melalui konservasi hutan mangrove Tahura. Delegasi dari World Water Forum yang mengunjungi Bali mengamati bagaimana masyarakat setempat menjaga dan memelihara hutan mangrove.

Melansir dari laman media.worldwaterforum.org, Penataan kawasan Hutan Mangrove Tahura Bali diresmikan Presiden Joko Widodo pada awal Februari 2023, bersamaan dengan peresmian Bendungan Danu Kerthi Tamblang di Kabupaten Buleleng.

Dalam kunjungan itu, Presiden RI dan para pemimpin negara peserta World Water Forum ke-10 juga melihat dan mendapatkan penjelasan mengenai proyek Cirata Solar Panel, pembangkit listrik tenaga surya terapung terbesar di Asia Tenggara, kerja sama Indonesia dengan Persatuan Emirat Arab (PEA).

Mangrove tidak hanya berfungsi sebagai benteng alami yang melindungi pantai dari erosi dan badai, tetapi juga sebagai habitat bagi berbagai jenis flora dan fauna. Ini adalah contoh nyata dari prinsip Palemahan, di mana manusia hidup berdampingan dan menjaga kelestarian alam.

Meskipun banyak upaya telah dilakukan, tantangan besar masih ada dalam mencapai keberlanjutan sumber daya alam. Peningkatan populasi, perubahan iklim, dan eksploitasi berlebihan menjadi ancaman serius. Prinsip Tri Hita Karana mengajarkan bahwa untuk menghadapi tantangan ini, dibutuhkan perubahan paradigma dalam cara kita memandang dan mengelola sumber daya alam. Kita harus melihat alam bukan sebagai objek yang dapat dieksploitasi, tetapi sebagai mitra yang harus dijaga dan dihormati.

Mengenal Fungsi Tahura dan Perbedaannya dari Cagar Alam dan Taman Wisata Alam

Sumber:

https://media.worldwaterforum.org/id/contents/siaran-pers-660047517afb1/siaran-pers-world-water-forum-ke-10-indonesia-tunjukkan-konservasi-mangrove-pada-delegasi-world-water-forum-2024-664b5599c84a6

https://infopublik.id/kategori/siaran-pers/853933/siaran-pers-world-water-forum-ke-10-indonesia-tunjukkan-konservasi-mangrove-pada-delegasi-world-water-forum-2024

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Artikel ini dibuat oleh Kawan GNFI, dengan mematuhi aturan menulis di GNFI. Isi artikel ini sepenuhnya menjadi tanggung jawab penulis. Laporkan tulisan.

RH
KO
Tim Editor arrow

Terima kasih telah membaca sampai di sini