Jalan Jacob Ponto Kuningan, Kisah Raja Manado yang Wafat dalam Pengasingan

Jalan Jacob Ponto Kuningan, Kisah Raja Manado yang Wafat dalam Pengasingan
info gambar utama

Di Desa Sangkanhurip, Kecamatan Cigandamekar, Kabupaten Kuningan ada sebuah makam yang ternyata milik seorang raja. Makam itu adalah makam Raja Manado bernama Jacob Ponto yang wafat di pengasingan.

Dimuat dari Detik, Juru Kunci Makam Jacob Ponto, Engkos Rosta membenarkan bahwa makam tersebut merupakan tempat dikuburkannya sang Raja Siau yang ke-14. Hal ini dibuktikan dengan prasasti yang menempel di salah satu dinding makam.

Tradisi Babarit: Wujud Syukur Nikmat Yang Maha Kuasa

Prasasti itu bertuliskan “Jacob Ponto Radja Kerajaan Siau Sangihe-Talaud Keresidenan Manado. Bertahta Selama Tahun 1851-1890. Diasingkan Oleh Pemerintah Hindia Belanda Pada Tahun 1889 ke Tjirebon Dan Wafat Pada Tanggal 3 Mei 1890 Di Sangkanhurip.

“Di lahan kecil depan makam ini sering dipakai untuk upacara bendera saat Hari Kemerdekaan RI atau Hari Pahlawan oleh kelompok ormas dan OKP, Koramil, pernah juga dari Lanal Cirebon. Sebagai bentuk penghormatan kepada Raja Manado yang telah berjuang melawan Belanda pada masa penjajahan dulu,” ungkap Engkos.

Dianggap membangkang

Raja Jacob Ponto adalah salah satu pangeran di Kerajaan Kaidipang hasil perkawinan antara Kerajaan Siau dan Kerajaan Bolangitang. Dia diangkat menjadi Raja Siau ke-14 oleh Komolang Bobatang Datu atau lembaga legislatif yang dibentuk oleh raja.

DIa tercatat sebagai raja muslim yang memerintah selama 38 tahun. Pemerintahannya dihentikan Belanda di halaman istananya. Raja ini hanya mau mengibarkan bendera kerajaan berwarna merah putih yang sejak lama sudah dipakai.

Waduk Darma, Telaga Kehidupan Masyarakat Kuningan

Pejabat Belanda yang dikirim untuk menggertak raja tidak berhasil membuat raja gentar. Raja juga tidak mau menaikkan pajak kepala di Siau sehingga dia berdebat dengan pejabat Belanda dan menolak tunduk kepada penjajah.

Pada 1899, Belanda menjebak Raja Jacob Ponto dengan alasan ingin merundingkan hal penting. Namun pada saat di kapal itu malah Raja Jacob Ponto ditawan, selanjutnya dibuang ke Karesidenan Tjirebon.

Meninggal di pengasingan

Akibat perlakukan tidak manusiawi selama perjalanan pengasingan menggunakan kapal laut tersebut, membuat Raja Jacob Ponto menderita sakit, salah satunya sakit kulit. Karena sakit tersebut, dia meminta dipindahkan ke daerah yang mempunyai sumber mata air panas.

Belanda lalu mengungsikan raja itu ke daerah Sangkanhurip. Dirinya cukup disegani oleh warga Sangkanhurip hingga meninggal dunia. Raja Jacob Ponto meninggal dunia saat berada di tempat pemandian air panas.

Kuningan, Menyelam Lebih dalam Tentang Kampung Halaman

Pada 1960, makam Raja Jacob Ponto ditemukan oleh salah satu keturunannya bernama GD Ponto. Setelah itu warga akhirnya mengetahui bahwa orang yang berada di sekitar mereka selama ini adalah seorang raja.

“Mengumumkan kepada masyarakat setempat tentang keberadaan makam tersebut adalah leluhurnya yang seorang raja Siau yang meninggal dunia saat dalam pengasingan penjajah Belanda,” jelasnya.

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Jika Anda tertarik untuk membaca tulisan Rizky Kusumo lainnya, silakan klik tautan ini arsip artikel Rizky Kusumo.

Terima kasih telah membaca sampai di sini