Gebrakan Baru PLTA: Metode Pump Storage

Artikel ini milik zonaebt dan merupakan bentuk kerjasama dengan Good News From Indonesia.

Gebrakan Baru PLTA: Metode Pump Storage
info gambar utama

PLTA Upper Cisokan Pumped Storage 1040 MW merupakan wujud komitmen PLN dalam mencapai target bauran energi baru terbarukan (EBT) 23% di 2025 dan Net Zero Emission (NZE) di 2060. Menjadi PLTA tipe pumped storage pertama di Indonesia, PLTA ini memiliki keunggulan dalam penyimpanan energi, fleksibilitas, dan ramah lingkungan. Manfaatnya termasuk meningkatkan pasokan dan keandalan energi, mengurangi emisi gas rumah kaca, dan mendorong pertumbuhan ekonomi.

Pump Storage merupakan suatu metode pengumpulan air pada wadah untuk menghasilkan energi listrik yang memanfaatkan energi potensial dari perbedaan tinggi antara dua reservoir (wadah) air yang saling terhubung pada suatu pipa. Nantinya, pada saat kebutuhan listrik tinggi, misalnya pada siang hari, air pada reservoir atas akan mengalir ke reservoir bawah untuk mengaktifkan listrik pada generator melalui turbin yang digerakkan oleh air pada pipa tersebut. Namun, ketika kebutuhan listrik rendah, misalnya pada malam hari dan akhir pekan, air akan dipompa oleh generator melalui pipa dari reservoir bawah ke reservoir atas untuk ditampung kembali.

Pada tahun 1890, ide pertama terkait pembuatan pump storage di Italia dan Swiss. Pump Storage pertama dibuat pada tahun 1909 di Schaffhausen, Swiss, menghasilkan daya sebesar 1,5 MW yang menggunakan turbin dan pompa yang terpisah. Pada tahun 1929, mulai dibangun pump storage pertama menggunakan pompa reversible (reversible pump) adalah di Sungai Rocky, Amerika Serikat. Reversible pump-turbine ini memiliki efisiensi yang lebih tinggi dibandingkan pompa dan turbin yang terpisah.

Pump storage mempunyai cara kerja sebagai berikut:

Pada media, Executive Vice President Konstruksi Jawa, Madura, Bali, Maluku, Papua dan Nusa Tenggara PT PLN (Persero) , Ratnasari Sjamsuddin mengatakan, PLTA Upper Cisokan merupakan yang pertama dibangun di Indonesia oleh PLN. Proyek ini ditargetkan selesai 2026 dengan estimasi biayanya Rp 8 triliun dalam 4 paket project di luas lahan 700 ha. Dia pun memastikan pembangunan PLTA tersebut seiring dengan komitmen pemerintah dalam menurunkan emisi Gas Rumah Kaca sebesar 29% terhadap proyeksi skenario bisnis yang dijalankan secara biasa (business as usual) pada tahun 2030 dan mencapai Net Zero Emission (NZE) pada 2060.

Baca Selengkapnya

Terima kasih telah membaca sampai di sini