TPA Trutuh Lor di Jeruk Legi, Cilacap, memiliki luas 6,3 hektar, yang dapat menampung 130-150 ton sampah setiap harinya. Tetapi, pada tahun 2017 diprediksi bahwa TPA ini akan penuh dan overload di tahun 2025 karena metode penimbunan pembuangan yang dilakukan. Meski keadaannya demikian, Pemkab Cilacap tidak lantas menganggarkan atau mencari tempat penimbunan sampah baru, sebab untuk merealisasikannya butuh biaya Rp40 miliar setiap 5 tahun untuk pengadaan tanah dan banyaknya penolakan masyarakat. Oleh sebab itu, dicarilah solusi lain yaitu dengan menawarkan kerjasama pengelolaan sampah ke berbagai lini masyarakat termasuk sektor swasta, yaitu PT Holcim Indonesia.
“Untuk mencapai target ambisi pembangunan berkelanjutan 2030, Holcim Indonesia melalui unit bisnisnya, Geocylce berusaha meningkatkan penggunaan bahan bakar dan material alternatif, salah satunya RDF…” papar Heli Sastrosatomo, Direktur Legal & Corporate Affairs, PT Holcim Indonesia, Tbk.
Selain pihak swasta, Kementrian Lingkungan Hidup dan Kehutanan Indonesia, Pemerintah Denmark turut berpartisipasi dalam proyek ini, dan Kementrian Pekerjaan Umum dan Pemerintah Rakyat turut mendukung keberlanjutan proyek ini baik dari segi koordinasi, pembiayaan dan sarana serta prasarana. Dimana total investasi yang dibutuhkan untuk membangun Refuse Derived Fuel (RDF) menelan Rp80-90 miliar.
Baca Selengkapnya