Nyadran Keramat Pete, Persiapan Bulan Romadhon Dalam Kebersamaan

Nyadran Keramat Pete, Persiapan Bulan Romadhon Dalam Kebersamaan
info gambar utama

Arak arakan 114 kambing yang di kawal kaum lelaki mengelilingi Dusun Pete Desa Kembangsari itu membuat suasana riuh di pinggiran Kabupaten Temanggung. Kambing kambing itu di kumpulkan dari seluruh warga Desa Kembangsari dan juga Kerabat atau Masayarakat Perantauan yang berasal dari wilayah tersebut, ada juga sumbangan dari berbagai wilayah hingga luar kota , warga yang memiliki kemakmuran hidup dan juga yang bernadzar mendapat kelimpahan rejeki akan selalu menyumbangkan sebagian nikmatnya dalam dua tahun sekali ke dusun Pete berupa kambing .

Setiap Jumat Kliwon ( penanggalan jawa ) di bulan terakhir menjelang bulan Puasa kambing kambing yang telah terkumpul akan di sembelih bersama sama dalam beberapa saat , kambing tahun ini terkumpul 114 ekor, beberapa tahun lalu bahkan bisa mencapai lebih dari 150 ekor, Hal ini dilakukan pada pagi hari agar siang harinya Tradisi Nyadran Keramat Pete bisa terlaksana dengan lancar, Setelah di arak mengelilingi Desa bersama dengan Sesepuh dan Perangkat Desa, juga akan di ikuti oleh barisan gunugan hasil bumi dan potensi desa, kesemuanya bersatu menyemarakkan tradisi dua tahunan ini, menuju makam Kyai Keramat di ujung desa dan kebetulan berada di tanah tertinggi di pemukiman warga setempat.

Para lelaki mengawal Kambing menuju Komplek makam
info gambar

Kirab dipimpin Kepala Desa dengan mengenakan pakaian adat Jawa menaiki kuda sedangkan di belakangnya sejumlah pemuda yang membawa tombak mengawal dan membawa Parang Yudhokusumo. Setelah tiba gerbang makam Kramat, parang tersebut di serahkan kepada juru kunci untuk di gunakan mengawali penyembelihan kambing kambing tersebut.Di tengah penyembelihan kambing tersebut, tumpeng argodugo berupa tumpeng nasi dan hasil bumi seperti sayur mayur, buah-buahan, dan padi diperebutkan untuk pengunjung yang menyaksikan ritual tersebut.

Perssiapan Penyembelihan 114 kambing
info gambar

Menurut Legenda Kiyai Keramat adalah Pangeran Joyokusumo merupakan bangsawan dari Mataram yang mengungsi ke Dusun Pete karena desakan Belanda. Di situ Pangeran Yudhokusumo yang berganti nama menjadi Sami hidup bersama istrinya, Saminah, serta menekuni profesi sebagai petani, bercocok tanam, dan beternak. Pada hari Jumat Kliwon, ketika Sami dan Saminah sedang menggembala, salah satu kerbaunya terperosok ke dalam tanah. Sami berusaha menolong kerbau yang terperosok dengan mencari tali atau rotan dan menemukan kerangka seekor ular raksasa yang di dalamnya terdapat dua kerangka manusia. Dua kerangka tersebut merupakan jasad Kiai Bogowonto dari Majapahit yang meninggal dimakan ular raksasa. Kemudian Sami mengebumikan jasad Kiai dan Nyai Bogowonto di tempat tersebut yang sekarang dikenal dengan makam Kyai Kramat.Kerbau yang berhasil di selamatkan oleh Pangeran Yudhokusumo kemudian disembelih dan disedekahkan kepada masyarakat. Sejak saat itulah sedekah kerbau menjadi tradisi masyarakat Dusun Pete. Namun, tanpa mengurangi makna sedekah dan karena alasan ekonomi, digunakanlah kambing sebagai gantinya dan masih terus terjaga hingga saat ini.

Di tempat lain masih di komplek makam kaum perempuan tengah bersiap dengan tungku tungku tanah dan peralatan memasak lain yang akan di gunakan memasak daging kambing setelah di sembelih dan di bersihkan sebelumnya. Ratusan kaum wanita di bantu para remaja putri akan bahu membahu menyelesaikan tugas ini, agar semuanya selesai tepat waktu. Alasan daging kambing yang dibagikan harus matang dan siap santap menjadikan Adat kebiasaan di tempat ini jarang di temui di tempat lain.

Kaum Perempuan memasak bersama
info gambar

Selepas sholat Jumat seluruh warga akan kembali dating di komplek makam Kyai keramat , sekarang mereka sudah membawa Nasik dan syur mayor sebagai pelengkap makanan, ketika mereka masuk komplek makam itulah saat daging kambing yang sudah matang di bagikan kepada seluruh warga dan pengunjung yang akan mengikuti acara makan bersama, Nasi sayur dan daging kambing akan di jereng di alas yang terbuat dari anyaman bamboo panjang, dan seluruh yang hadir akan menyantap besama, sebagian yang tersisa akan di bawa pulang untuk di bagikan ke sanak sodara yang dan kerabat mereka di luar desa yang kebetulan tidak datang saat itu.

Makan bersama gambaran kebersamaan
info gambar

Tradisi kebersamaan dalam kesahajaan dan kesederhanaan dalam menyambut bulan puasa tercetak jelas dalam tradisi Nyadran Kyai Kramat Pete, semua warga desa bisa menyantap daging kambing secara bersama sama tanpa membedakan yang kaya atau miskin, semuanya dalam kebersamaan, unik dan exotic. ( fadkus )

Sumber :
Sumber Gambar Sampul :

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Artikel ini dibuat oleh Kawan GNFI, dengan mematuhi aturan menulis di GNFI. Isi artikel ini sepenuhnya menjadi tanggung jawab penulis. Laporkan tulisan.

Terima kasih telah membaca sampai di sini