Napoleon Bonaparte: Pulau Jawa Harus Diselamatkan!

Napoleon Bonaparte: Pulau Jawa Harus Diselamatkan!
info gambar utama

Napoleon Bonaparte, ialah kaisar besar dari Perancis. Perancis dan tanah Jawa dalam satu garis lurus berjarak tak kurang dari 15.000 km, dengan rentang yang demikian jauh, apa makna hadiah dari Napoleon ini untuk Negeri Surakarta?

Dua abad silam, perang dahsyat berkecamuk di setiap sudut Eropa. Perang ini merupakan buah dari ambisi Napoleon Bonaparte untuk menguasai seluruh Eropa. Agresi ke seluruh penjuru Eropa pun digulirkan. Pada Januari 1785, Belanda takluk dan jatuh ke tangan Perancis. Hindia Belanda (kelak menjadi Indonesia) dengan sendirinya menjadi wilayah jajahan Perancis. Namun Inggris tak tinggal diam, ia berupaya merebut Jawa dari tangan Perancis. Kecamuk Eropa ini kemudian menjalar ke tanah Jawa. Untuk mengamankan Jawa, Napoleon melalui adiknya, Louis Bonaparte mengutus gubernur Jendral Herman Willem Daendels. Pada tahun 1807 Daendels pun diberangkatkan ke Tanah Jawa.

Sebelum itu, pada 1746 hingga 1755 perang bergejolak di tanah Jawa. Gejolak ini dipicu oleh kebijakan Pakubuwana II yang menyerahkan Keraton Surakarta kepada perserikatan perusahaan dagang Hindia Belanda (VOC). Pakubuwana II merupakan pimpinan Keraton Surakarta ketika itu. Sementara Mangkubumi yang merupakan saudara dari Pakubuwana II tidak menyetujui tindakan tersebut.

Raden Mas Said yang berasal dari Surakarta mendukung pemberontakan Mangkubumi. Kemudian dia pun menuntut haknya untuk menjadi penguasa. Setelah berperang bertahun-tahun VOC menyudahinya dengan memberikan Raden Mas Said sebagian dari wilayah Surakarta. Ia lantas berkuasa penuh dengan gelar Kanjeng Gusti Pangeran Adipati Aryo Mangkunegara I, wilayahnya kini dikenal sebagai Mangkunegaran. Tahtanya pun dilanjutkan oleh Mangkunegara II sejak 1796 hingga 1835.

Pada masa pemerintahan Mangkunegara II inilah Jendral Daendels tiba di pulau Jawa. Selaku utusan yang dikirim Napoleon untuk menjaga Jawa, pada 1808 Daendels menyiapkan pasukan.

Foto Lawas

“Kenapa kok penting dibuat Legium Mangkunegaran? Dalam rangka legium ini yang pasukannya terdiri orang-orang Jawa supaya nanti membantu pemerintah Hindia Belanda menghadapi serangan Inggris” wawancara dengan Prof. Warto (Sejarawan UNS). Legium Mangkunegaran merupakan pasukan modern pertama di tanah Jawa. Pasukan ini mengadopsi organisasi dan teknologi angkatan terkuat di dunia pada waktu itu, yakni Grande Army Perancis.

Grande Army Perancis beroperasi di bawah komando Napoleon Bonaparte. Pada 29 Juli 1808, Daendels menetapakan keberadaan Legium Mangkunegaran dalam gabungan pasukan Perancis, Belanda, Jawa untuk melawan Inggris. Pembiayaan dan perawatan pasukan, disediakan oleh pemerintah Perancis. Di bawah Daendels, seragam pasukan Legium Mangkunegaran pun mengadopsi busana Perancis.

Tak hanya pada seragam, jejak pikiran Napoleon juga nampak dalam sistem pertahanan, administrasi, dan peradilan. Pengaruh Perancis ini pun mewujud pada arsitektur bangunan serta properti Pura Mangkunegaran. Pura Mangkunegaran ini dibangun di tengah Kota Surakarta. Pura Mangkunegaran didirikan pada 1757 dalam perjanjian Salatiga. Secara struktur, kedudukannya berada di bawah Keraton Surakarta yakni sebagai kadipaten.

Posisi Keraton Surakarta inilah yang membuat Napoleon memberikan hadiah melalui utusannya kepada Pakubuwana IV sebagai pimpinan tertinggi di Surakarta ketika itu. Kedua hadiah ini disimpan di Radya Pustaka yang pada masa pemerintahan Pakubuwana IX menjadi tempat penyimpanan surat-surat keraton. Secara etimologi, kata ‘radya’ berarti pemerintah, sementara ‘pustaka’ bermakna surat.

Seiring berjalannya waktu, yang disimpan di tempat ini tidak hanya surat, tetapi juga berbagai benda penting yang berhubungan dengan keraton. Di masa Republik Indonesia, tempat ini pun menjadi museum, akan tetapi tak banyak yang mengetahui kisah dari benda-benda bersejarah yang ada di sini, semua seakan bisu ditelan waktu.

Museum Radya Pustaka | Wikipedia

“Museum Radya Pustaka itu betul-betul bisa menjadi salah satu kebanggaan Kota Solo karena koleksinya begitu hebat sekali, mengingat ada jejak Napoleon Bonaparte di Solo, dan barang-barangnya itu ada. Saya berharap museum ini bisa menggaungkan Kota Solo yang lebih bagus lagi dan bisa lebih direvitalisasi dengan adanya film-film pendek tentang apa makna barang itu ada di sini.” ungkap Krisnina Maharani Akbar Tandjung salah satu penggiat sejarah dari Kota Solo.


Sumber: Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan bekerja sama dengan Yayasan Warna Warni Indonesia

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Artikel ini dibuat oleh Kawan GNFI, dengan mematuhi aturan menulis di GNFI. Isi artikel ini sepenuhnya menjadi tanggung jawab penulis. Laporkan tulisan.

FM
YF
Tim Editor arrow

Terima kasih telah membaca sampai di sini