Produk Logistik dan BUMN Indonesia Merajai Timor Leste

Produk Logistik dan BUMN Indonesia Merajai Timor Leste
info gambar utama

Negara yang merdeka pada tanggal 20 Mei 2002 dan menggani nama resminya menjadi Republica Democratica de Timor Leste tersebut ternyata sampai saat ini masih belum bisa lepas dari Indonesia secara utuh. Meskipun menggunakan Bahasa portugis sebagai Bahasa resmi dan mengadopsi dollar AS sebagai mata uangnya, namun nyatanya Pemerintah Timor leste masih tetap memilih Indonesia sebagai rekan perdagangannya dibandingkan Portugal, atau Australia sekalipun. Nyatanya, 80 persen kebutuhan logistik Negara tersebut dipenuhi oleh produsen-produsen Indonesia. Barang-barang itu mulai dari barang kebutuhan pokok seperti pasta gigi, deterjen dan bahan-bahan makanan, susu dan lainnya. Jika kita berkunjug ke sana maka akan sangat mudah kita menjumpai produk Indonesia bertengger dietalase dan rok toko yang ada di Dili, ibukota Timor Leste.

Merujuk pada pernyataan Dubes Indonesia untuk Timor Leste (Detikfinance), bapak Sehat Sitorus, mengatakan bahwa 80 % kebutuhan dia (Timor Leste) diimpor dari Indonesia. Sehat, mengatakan bahwa jalan yang ditempuh pemerintah Timor Leste adalah yang paling baik, lantaran posisi Indonesia yang paling strategis dan adanya faktor sejarah yang sampai saat ini menurutnya masih sangat melekat. Lanjutnya, Dubes Ini mengatakan bahwa jika mereka (Timor Leste) mau ke Australia tidak akan cocok, sedangkan jika bergantung pada Portugal atau Brazil kejauhan karena jarak. Yang paling masuk akal adalah melalui kerja sama dengan Indonesia dimana jarak Surabaya – Timor Leste relatif lebih dekat, sementara banyak produksen industry logistic juga berada di Surabaya.

Ketergantungan Lain yang dilakukan oleh Timor Leste adalah pada bidang pendidikan dan konstruksi pembangunan. Nyatanya sampai saat ini, meskipun Bahasa portugis yang digunakan secara resmi, mereka merasa kurang sesuai dengan kondisi lingkungan Asia tenggara dan Australia. Banyak masyarakat Timor Leste yang lebih memilih untuk melanjutkan pendidikan perguruan tingginya di Indonesia ketimbang di Australian. Bahkan anak perdana menterinya yang sebelumnya mengambil perguruan tinggi di Australia berujar tidak cocok dan ingin meneruskan di Bandung saja. Jadi mayoritas mereka banyak yang memilih meneruhkan di Udayanan, Malang, Yogya, Semarang, Bandung dan Jakarta.

Kemudian, pada bidang kontruksi pembangunan, banyak BUMN yang mengerjakan proyek strategis di Timor Leste. Jika mengunjungi Timor Leste, maka akan sangat mudah menemui baleho, dan bendera BUMN Indonesia bertengger disana. Proyek strategis seperti pembangunan jalan, jembatan, bandara hingga pembangkit listrik digarap oleh BUMN Negeri seperti Wijaya Karya (WIKA), Waskita Karya, dan Brantas Abipraya. Tidak hanya itu dukungan untuk dana pembangunan proyek, pemerintah juga telah berhasil membuat Bank asal Indonesia mampu berpenetrasi kedalam Timor Leste, seperti Bank BRI dan Bank Mandiri. Contoh sukses lain adalah pembangunan Gedung Kementrian Keuangan Timor Leste dibangun oleh PT PP dan Bandara Suai di bangunan oleh Waskita Karya dengan dana yang dihabiskan hingga US$ 67 juta atau sekitar Rp 670 miliar

Ketergantungan yang cukup besar pada Indonesia tersebut, membuat total nilai perdagangan yang dicapai Timor Leste yaitu sebesar US$ 580 juta, sebanyak US$ 270 jutanya mengalir ke pundi-pundi perolehan Indonesia, atau jika dipresentasikan hampir separuhnya bergantung pada Indonesia. Berdasarkan data tersebut, nyatanya Menteri Pekerjaan Umum, Transportasi dan Komunikasi RDTL Gastro Franscisco de Sousa mengaku senang dan lega dengan hasil pembangunan yang telah dikerjakan oleh perusahaan asal Indonesia.

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Artikel ini dibuat oleh Kawan GNFI, dengan mematuhi aturan menulis di GNFI. Isi artikel ini sepenuhnya menjadi tanggung jawab penulis. Laporkan tulisan.

Terima kasih telah membaca sampai di sini