Tingkat Daya Saing Negara-Negara Dunia Tahun 2017-2018, Indonesia Naik Peringkat!

Tingkat Daya Saing Negara-Negara Dunia Tahun 2017-2018, Indonesia Naik Peringkat!
info gambar utama
Pada akhir bulan September yang lalu, World Economic Forum (WEF) melansir sebuah laporan tentang tingkat daya saing negara-negara di dunia (Global Competitiveness Index) untuk tahun 2017-2018. Ratusan negara di dunia dinilai dan teliti, seberapa berkualitas dan mampu bersaing setiap negara. Indonesia termasuk dalam daftar kajian tersebut dan kabar baiknya di tahun ini, Merah Putih mengalami peningkatan peringkat.

Global Competitiveness Index (GCI) merupakan laporan tahunan yang telah disusun oleh Executive Chairman WEF, Profesor Klaus Schwab sejak tahun 1979. Metode tersebut kemudian dikembangkan di tahun 2005 oleh Xavier Salai Martin dan sejak saat itu metode dan berbagai hasil laporan GCI ditemukan dan diumumkan.

Untuk laporan tahun 2017-2018 ini, WEF mengungkapkan bahwa pihaknya menggunakan 12 pilar untuk mengukur daya saing yang menjadi penentu dari pertumbuhan jangka panjang dan faktor esensial dalam pertumbuhan ekonomi dan kesejahteraan. 12 pilar tersebut diantaranya adalah Insitusi (Insitutions), Infrastruktur (Infrastructure), Lingkungan Makroekonomi (Macroeconomic Environment), Kesehatan dan Pendidikan Primer (Health and Primary Education), Pendidikan Tinggi dan Pelatihan Peterampilan (Higher Education and training), Efisiensi pasar barang (Goods Market Efficiency), Efisiensi pasar tenaga kerja (Labour Market Effiency), Pengembangan pasar Finansial (Financial market development), Kesiapan Teknologi (Techological readiness), Besaran pasar (Market Size), Kepuasan berbisnis (Business Sophistication) dan Inovasi (Innovations).

Oleh karena itu WEF menganggap bahwa laporan ini dapat menjadi bantuan bagi pada pengambil keputusan dalam mendesain kebijakan yang lebih baik. Sebab keputusan yang baik harus didasarkan pada kolaborasi pihak swasta dan publik. Sehingga mampu untuk menjadi upaya mengembalikan rasa percaya diri dalam menghadapi kemungkinan-kemungkinan yang terjadi karena perubahan ekonomi.

Peringkat Indonesia dalam Global Competitiveness Index 2017-2018 (Grafik: WEF)
info gambar

Sebagaimana dilansir WEF (26/09), sebanyak 137 negara masuk dalam daftar GCI tahun ini dan Indonesia bertengger di peringkat 36. Peringkat ini merupakan peningkatan dari peringkat tahun sebelumnya yang menempatkan Indonesia diposisi 41.

Hebatnya, posisi Indonesia tersebut secara ekonomi dinilai lebih kompetitif dibandingkan dengan negara-negara lain yang selama ini telah dikenal sebagai negara maju seperti Brazil (peringkat 80), Rusia (peringkat 38), Italia (peringkat 43) ataupun Turki (peringkat 53). WEF menilai bahwa Indonesia telah berhasil untuk meningkatkan performanya dalam berbagai pilar walaupun peringkat ini diraih didapat dari keunggulan besaran pasar yang berada di peringkat 9 dunia, dan kekuatan makroekonomi yang menempati peringkat 26 dunia. Tidak hanya itu, Indonesia juga diniliai sebagai negara yang berada di peringkat atas dalam hal inovasi di negara-negara berkembang. Namun sayangnya, Indonesia masih terbilang buruk dalam kesiapan teknologi dan efisiensi pasar tenaga, WEF menempatkan Indonesia dalam peringkat 80 dan 96 dunia.

Meski Indonesia dinilai kompetitif dibanding negara-negara tersebut, Indonesia masih harus bersaing dengan negara-negara Asia Tenggara lainnya yang beberapa telah berada di peringkat atas. Seperti Singapura (peringkat 3), Malaysia (peringkat 23) dan juga Thailand (peringkat 32). Melihat peringkat ini, sehingga otomatis di Asia Tenggara, Indonesia berada di peringkat empat dari 10 negara anggota ASEAN.

Nilai-nilai yang diberikan WEF untuk Indonesia dalam Global Competitiveness Index 2017-2018 (Grafik: WEF)
info gambar

Menurut Head of Global Agenda, Richard Samans tahun 2017-2018 merupakan tahun-tahun yang menandakan terjadinya pemulihan perekonomian dunia sejak satu dekade terjadinya bencana finansial tahun 2008. Namun meski menunjukan adanya pemulihan, menurutnya para pengambil kebijakan dan para pemimpin bisnis dunia masih harus dihadapkan pada masa depan yang tetap tidak menentu dan juga harus mempertanyakan model ekonomi yang baru untuk kesejahteraan dunia.

"Di negara-negara maju, pertumbuhan ekonomi untuk masyarakat mulai dipertanyakan karena menghasilkan ketimpangan, tantangan perubahan teknologi, dan dampak kompleks dari globalisasi. Sementara di negara-negara berkembang rekor-rekor baru terpecahkan dari menurunnya jumlah kemiskinan dan tumbuhnya kelas menengah yang telah menuntut untuk perbaikan fasilitas-fasilitas umum," ungkap Richard dalam kata pengantar.

Richard menjelaskan bahwa untuk menjamin masa depan pertumbuhan ekonomi akan membutuhkan solusi-solusi yang lebih kreatif dari yang telah ada. Dan lewat indeks yang diterbitkan oleh WEF ini, akan menjadi panduan dan informasi bagi solusi-solusi yang berorientasi masa depan.

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Artikel ini dibuat oleh Kawan GNFI, dengan mematuhi aturan menulis di GNFI. Isi artikel ini sepenuhnya menjadi tanggung jawab penulis. Laporkan tulisan.

Terima kasih telah membaca sampai di sini