3500 Hz dari Kota Tertua di Indonesia

3500 Hz dari Kota Tertua di Indonesia
info gambar utama

3500 Hz adalah angka frekuensi audio yang dihasilkan oleh serangga tonggeret (Cicadidae), yang juga dikenal dengan nama sesiagh dalam bahasa Besemah di Sumatera Selatan. Album "3500 Hz" terinspirasi dari keberadaan dan kontribusi sesiagh di alam, misalnya getaran sesiagh turut menyempurnakan proses fotosintesis tumbuhan di sekitarnya. Selain itu, frekuensi ini bisa didengar dengan jelas oleh telinga manusia. Fenomena alam ini yang diangkat oleh Hutan Tropis, sebuah band unik dari Palembang, untuk judul album terbarunya “3500 Hz” yang diluncurkan pada tanggal 31 Agustus 2018. Album ini dirilis oleh Demajors, sebuah label yang banyak memberi kontribusi pada warna musik Indonesia selama lebih dari satu dekade terakhir.

3500 Hz
info gambar

Band ini begitu unik, tak hanya karena lahir di tengah kota Palembang, kota tertua di Indonesia, juga karena lagu-lagunya mengusung mimpi, keinginan, dan kegelisahan mereka pada alam dan lingkungan hidup. Hutan Tropis dibentuk tahun 2012 oleh Jemmie Delvian (Jimi) sebagai bentuk kerinduan dan kepeduliannya terhadap Desa Bintuhan, sebuah desa yang berada di ketinggian 917 mdpl, di wilayah bukit barisan. Terletak di kaki Gunung Dempo yang merupakan dataran tertinggi di Sumatera Selatan. Penduduk desa ini sebagian besar adalah petani.

Perubahan iklim ternyata sangat berpengaruh. Hasil pertanian yang kian menurun belakangan ini sementara kebutuhan hidup yang meningkat ditambah semakin kurangnya pengetahuan tentang teknologi pertanian menyebabkan sebagian masyarakat berfikir untuk memenuhi kebutuhan hidupnya dari sumber lain yakni dengan bekerja sebagai buruh, mengadu keuntungan di kota, bahkan sebagian bekerja sebagai karyawan di perusahaan tambang. Jauh berbeda dengan ingatan masa kecil Jim.

Hutan Tropis
info gambar

Lagu adalah media penyampai pesan bagi Hutan Tropis dalam menyikapi isu-isu lingkungan hidup. Kondisi alam yang rusak, dan pengaruh pemanasan global yang sudah semakin terasa akhir-akhir ini membuat Hutan Tropis merasa perlu melakukan sesuatu. Atas dasar pemikiran tersebut, Hutan Tropis merasa memang sudah seharusnya semua pihak berfikir untuk mengentaskan permasalahan ini. Alam telah banyak memberi manfaat bagi manusia, namun kita juga harus menjaganya untuk kelangsungan hidup semua mahluk di masa datang.

“Melalui album ini, Hutan Tropis ingin menjadi seperti sesiagh yang menjaga keseimbangan serta mengantarkan harapan agar hutan atau sumber daya alam lainnya terus terpelihara, tidak hanya bagi masyarakat Sumatera Selatan, tempat dimana Hutan Tropis lahir dan dibesarkan, tapi bagi semua makhluk hidup yang ada di muka bumi,” jelas Jimi. Dalam album yang berisi sembilan lagu ini, tema-tema tentang lingkungan termasuk di dalamnya interaksi antara manusia dengan alam menjadi fokus utama Hutan Tropis, yang sejak awal dibentuk konsisten menyuarakan pesan tentang lingkungan dalam lagu-lagunya. 3500 HZ adalah suara alam yang kadang luput dari pendengaran kita padahal keberadaannya sangat berarti bagi keseimbangan kehidupan.

Hutan Tropis adalah:

  • Jemmie Delvian : Vocal, Guitar
  • Herwin Meidison : Guitar
  • Iftah Auladi : Drum
  • Arie Putra : Keyboard
  • Tyo Ahmad : Bass

Kontak

Manager: Yulius Samiaji (089658444137 / hutantropisband@gmail.com)

Instagram: @hutantropis.ofc

Facebook: @hutantropisband

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Jika Anda tertarik untuk membaca tulisan Akhyari Hananto lainnya, silakan klik tautan ini arsip artikel Akhyari Hananto.

Terima kasih telah membaca sampai di sini