Biennale Jogja Hadir Kembali dengan Konsep Berbeda, Mengilhami Produk Tetangga

Biennale Jogja Hadir Kembali dengan Konsep Berbeda, Mengilhami Produk Tetangga
info gambar utama

Biennale Jogja akan kembali hadir pada tanggal 20 Oktober hingga 30 November, menyongsong tema "Indonesia bersama-sama dengan Asia Tenggara".

Acara ini dijadwalkan akan berlangsung di Taman Budaya Yogyakarta dan Museum Nasional Jogja.

"Pameran tahun ini akan berbeda yang mana Asia Tenggara tidak dilihat dari perspektif urban, tetapi sebaliknya area asing seperti Pattani, Sabah, Kelantan, Mindano, atau Sungai Mekong yang bersejarah akan dihadirkan; kita akan melihat Asia Tenggara dari perspektif pinggiran," kata direktur eksekutif Yayasan Biennale Yogyakarta Alia Swastika kepada sebuah konferensi pers pada tanggal 11 Maret, seperti dikutip dari The Jakarta Post.

Seri Equator dari biennale ini dikatakan telah menjajaki separuh bagian dunia setelah sebelumnya berkolaborasi dengan seniman dari negara-negara di sepanjang khatulistiwa, seperti India pada 2011, Arab Saudi (2013), Afrika (2015), dan Latin Amerika (2017). Serial Equator itu sendiri akan berakhir pada 2021 dengan karya kolaboratif dengan seniman Asia-Pasifik.

"Karena telah "menjajaki" separuh dunia, sudah saatnya kita memandang diri kita sendiri, Indonesia dan kawasan Asia Tenggara," kata Alia, seraya menambahkan bahwa Asia Tenggara dipilih karena berfungsi sebagai budaya bersatu (bukan negara) yang secara historis menawarkan kekayaan budaya yang luar biasa, namun juga menghadapi banyak masalah penting yang jarang dibahas dalam platform arus utama.

"Biennale Jogja berfungsi sebagai alat untuk menyoroti platform sejarah, identitas, dan ekologi yang telah dipinggirkan," tambahnya.

Tiga kurator yang dipilih untuk Biennale Jogja #5 adalah Arham Rahman dan Akiq AW dari Indonesia dan Penwadee Nophaket Manont dari Thailand. Sementara itu, di antara seniman yang diundang untuk berpartisipasi adalah 30 orang Indonesia dan 21 seniman dari negara-negara Asia Tenggara.

Arham mengatakan para seniman diundang untuk menonjolkan masalah marginalisasi yang jarang dibahas di antara publik dalam karya seni mereka. Di antara tiga isu tersebut melibatkan subyek, masalah itu sendiri dan praktik kehidupan.

Sumber: Nunuk Ambarwati
info gambar

"Para seniman yang telah kami undang adalah mereka yang telah dikenal untuk fokus pada masalah marginalisasi tertentu, seperti gender," kata Arham.

Sementara itu, Akiq mengatakan tahun ini Biennale Jogja mengundang seniman-seniman yang berasal dari lokasi berbeda.

"Kami mendorong para seniman untuk melakukan perjalanan, baik melalui laut, darat, atau sungai," katanya.

Lokasi untuk perjalanan laut adalah sekitar kota Mandar di Sulawesi Barat. Sementara itu, perjalanan darat melibatkan perjalanan dari Aceh ke Jambi di Sumatra, dan perjalanan sungai akan dilakukan di Sungai Kapuas di Kalimantan Barat. Setiap perjalanan akan dilakukan oleh tiga seniman - dua dari Indonesia dan satu dari negara Asia Tenggara - yang akan mencatat masalah terpinggirkan di sepanjang perjalanan mereka dan menyajikannya dalam bentuk karya seni.

Biennale Jombang XIV | Sumber: Tribun
info gambar

"Semua perjalanan ini akan memakan waktu sekitar satu bulan dan berakhir pada bulan Juli," kata Akiq.

Alia menambahkan bahwa Biennale Jogja, yang telah diselenggarakan sejak tahun 1988, menjadikan Yogyakarta salah satu pusat seni rupa kontemporer yang menarik minat para kurator dan direktur museum dari banyak negara.

"Serial Khatulistiwa ini juga berfungsi sebagai media bagi orang-orang Yogyakarta untuk melihat dunia dan untuk menghapuskan stereotip tertentu tentang suatu negara," katanya.

Ketika seniman Nigeria berpartisipasi dalam residensi sebagai bagian dari Biennale Jogja pada 2015, misalnya, orang-orang Yogyakarta menjadi akrab dengan sisi lain Nigeria selain sepak bola dan narkoba.


Sumber: Jakarta Post

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Artikel ini dibuat oleh Kawan GNFI, dengan mematuhi aturan menulis di GNFI. Isi artikel ini sepenuhnya menjadi tanggung jawab penulis. Laporkan tulisan.

Terima kasih telah membaca sampai di sini