Yuk Coba Nonton Film di Atas Sungai Tukad Badung, Denpasar

Yuk Coba Nonton Film di Atas Sungai Tukad Badung, Denpasar
info gambar utama

Mengapa menonton film di bioskop ketika Anda bisa melakukannya di sungai?

Bioskop sungai sekarang tersedia di Denpasar, Bali, bagi mereka yang mencari pengalaman unik. Bioskop sungai tersebut dihadirkan di Sungai Tukad Badung, yang membagi dua pasar tradisional terbesar di kota tersebut, yaitu Badung dan Kumbasari.

View this post on Instagram

Di Denpasar ada banyak anak muda yang telah menghasilkan karya audio visual yang keren. Denpasar Dokumenter Film Festival (DDFF) 2019 menghadirkan BIOSKOP TUKAD untuk merangkum setiap potensi kreatif tersebut. Ini akan menjadi dokumentasi kreatif Kota Denpasar. BIOSKOP TUKAD akan "mempercantik" Tukad Badung dengan tayangan hiburan dan pengetahuan melalui film-film dokumenter terpilih. BIOSKOP TUKAD menjadikan masyarakat lebih mengenal kota beserta kreatifitasnya. BIOSKOP TUKAD menggerakkan semangat muda Denpasar untuk terus menggelorakan energi kreatif generasi lintas masa. . @badankreatifdps @denpasarfilmfestival @tegaldukuh @official.kpk @denpasarkota @unifest.id @rai_mantra . . . info dari @igktrisnapramana ?☘️♥️ . . #bioskoptukad #infodenpasar #denpasarkotakreatif #filmscreening #layartancap #tukadbadung #ruangpublik

A post shared by senidibali (@senidibali) on

Diluncurkan pada tanggal 25 Mei lalu, Bioskop Tukad akan diadakan sebulan sekali sebagai bagian dari Festival Film Dokumenter Denpasar (DDFF - Denpasar Documentary Film Festival) tahunan yang bertujuan untuk mempopulerkan film dokumenter.

Beberapa film dokumenter ditampilkan selama peluncuran yang juga muncul di DFFF tahun lalu dan termasuk di antara finalis kompetisi video Organisasi Kota Warisan Budaya (OWHC - Organization of World Heritage Cities), yaitu Layang-Layang oleh Resha Arundari, Tradisi Turunan oleh Putu Sathyana Rayana, dan Penempa Bara oleh Sari Ning Gayatri.

Film-film terpilih dari kompetisi film yang diadakan oleh Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) juga dijadwalkan akan diputar di acara tersebut.

Selain KPK, program ini juga didukung oleh Dewan Kreatif Denpasar dan pemerintah Denpasar.

"Melalui program ini, kami bertujuan untuk mengenalkan film dokumenter kepada masyarakat umum," kata manajer program festival, IGK Trisna Pramana.

Selain itu, program ini juga diharapkan dapat mengedukasi masyarakat tentang pentingnya menjaga kebersihan Sungai Tukad Badung, sebuah upaya yang telah didorong oleh pemerintah selama beberapa tahun terakhir dan mengubah sungai tersebut menjadi tempat nongkrong yang populer.

 Diluncurkan pada 25 Mei, Bioskop Tukad akan diadakan sebulan sekali sebagai bagian dari kompetisi film tahunan Festival Film Dokumenter Denpasar (DDFF) yang bertujuan untuk mempopulerkan film-film dokumenter di kalangan masyarakat | Foto: Ni Komang Erviani / Jakarta Post
info gambar

Di antara penduduk lokal, Sungai Tukad Badung juga dikenal sebagai Tukad Korea, setelah pemerintah mengunjungi sungai-sungai di Korea Selatan sebelum meluncurkan proyek mempercantik sungai tersebut.

Wayan Sridani, penjual bunga di pasar malam Kumbasari, mengatakan bahwa dia senang memiliki kesempatan untuk menonton film di bioskop sungai.

"Orang-orang sekarang lebih kreatif. Saya tidak pernah membayangkan bahwa kita bisa menonton film di sungai,” kata Sridani, menambahkan bahwa dia senang melihat fakta bahwa sungai itu sekarang bersih dan banyak orang menghabiskan waktu mereka nongkrong di sekitarnya.

Direktur DDFF Maria Ekaristi mengatakan bioskop sungai mendukung program pemerintah untuk menjaga sungai tetap bersih.

"Sehingga orang-orang akan mengerti bahwa mereka tidak boleh membuang limbah mereka ke sungai, karena itu adalah tempat di mana kita bisa hang out dan bahkan menonton film," kata Maria.


Catatan kaki: Jakarta Post

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Artikel ini dibuat oleh Kawan GNFI, dengan mematuhi aturan menulis di GNFI. Isi artikel ini sepenuhnya menjadi tanggung jawab penulis. Laporkan tulisan.

Terima kasih telah membaca sampai di sini