Perempuan Penulis, Lawan Hoaks dengan Goresan Penamu!

Perempuan Penulis, Lawan Hoaks dengan Goresan Penamu!
info gambar utama

Pesta demokrasi telah usai, namun beragam berita yang berhubungan dengan gelaran akbar tersebut masih bergema hingga kini. Berita palsu dan kabar aktual bercampur menjadi satu hingga sulit untuk dibedakan jika tak meningkatkan kecermatan.

Dilansir Koran Sindo (19/11), data dari Mabes Polri menyebutkan dalam kurun waktu antara 31 Oktober-6 November 2018, penyebar hoaks kebanyakan adalah ibu rumah tangga muda yang berusia 20-42 tahun.

Di samping itu, berdasarkan riset dari Daily Social.id pada 2018 lalu, diketahui penyebaran berita palsu terbanyak adalah lewat media sosial Facebook dengan presentase 82,25 persen.

Hoaks sengaja disebar luaskan seolah apa yang tertulis adalah fakta atau hal yang benar. Apabila tidak disikapi dengan bijak, berita palsu mampu menjadi penghancur kedamaian, penyebab perpecahan, serta pemicu kecemasan di masyarakat.

Hoaks itu monster

Aktivitas yang monoton membuat perempuan rentan dilanda stres. Salah satu cara untuk mengusir kejenuhan adalah dengan berinteraksi di komunitas baik daring maupun luring.

Generasi masa kini seakan tidak bisa lepas dari ponsel. Begitu bergantung pada jaringan internet guna memuaskan rasa ingin tahu atau sekadar ajang eksis.

Perkembangan arus informasi dan komunikasi juga mengubah segalanya. Kalau dahulu kita hanya dapat berbelanja secara luring, mendatangi satu lapak ke lapak lainnya, kini cukup dengan mengintip media sosial dan beberapa kali klik, barang yang diinginkan sudah bisa kita dapatkan. Praktis, cepat, dan harga sangat bersaing.

Kaum hawa umumnya memang menggunakan media sosial untuk berjualan, menjalin komunikasi dengan teman-teman, hingga berkarya. Sayangnya sebagian lainnya justru memanfaatkan kecanggihan teknologi untuk sekadar curhat dan menyebar postingan yang tak jelas sumbernya, tanpa memikirkan dampak negatif yang terjadi di kemudian hari.

Ciri berita palsu atau hoaks

Gempuran berita palsu yang dikemas sedemikian rupa, sehingga tampak layaknya fakta, tak jarang membuat seseorang terkecoh. Akhirnya ikut membagikan informasi tersebut, sehingga menjadi viral. Berikut adalah ciri-ciri hoaks yang patut kamu ketahui!

Judul serta pengantar provokatif

Ketika kamu berselancar di media sosial atau mengunjungi portal tertentu, perhatikan judul serta pengantar artikel. Judul maupun pengantar yang terkesan provokatif, menghasut, membuat seseorang terpancing untuk melakukan tindakan tertentu, kemungkinan merupakan hoaks.

Sumber abu-abu

Berita palsu umumnya mudah menjadi viral dan tersebar di masyarakat dengan cepat. Karakteristik hoaks lainnya yaitu tidak memiliki sumber yang jelas sehingga tak ada yang dapat dimintai klarifikasi. Berita tersebut abu-abu, masih menimbulkan tanda tanya, namun tidak ada pihak yang bertanggung jawab.

Manipulasi Foto

Foto ialah elemen penting dalam sebuah tulisan. Tingkat baca terbukti naik ketika terdapat ilustrasi maupun gambar di sebuah artikel. Berita palsu memang mencantumkan foto dalam tulisan, akan tetapi itu adalah foto lama atau foto dari peristiwa yang lain. Jadi, antara gambar dengan isi berita sejatinya tidak berkaitan namun diolah sedemikian rupa sehingga tampak berhubungan.

Menciptakan kekhawatiran

Hoaks cenderung memancing keresahan di masyarakat. Hal yang disampaikan biasanya berasal dari media abal-abal.

Tidak netral

Umumnya berita palsu bersifat menyerang pihak tertentu dan menjatuhkan pihak lainnya. Terkesan tak berimbang, berat sebelah.

Perempuan penulis lawan hoaks

Hoaks bertebaran, penulis tak bisa tinggal diam. Senjata seorang penulis adalah pena, goresan kata yang terjalin indah menjadi kalimat, dan bermuara pada sebuah karya hebat.

Perempuan penulis yang notabene hobi membaca berbagai sumber informasi baik daring maupun media cetak, tentu akan lebih mudah mengenal hoaks. Radar tubuh seolah akan berkedip tatkala membaca kabar palsu.

Lantas bagaimana cara perempuan penulis lawan hoaks?

Memaparkan fakta

Sewaktu menemukan hoaks di media sosial, kamu bisa membalas melalui status yang bertujuan meluruskan berita yang baru saja kamu baca. Tak ada salahnya pula untuk memberikan komentar dan paparkan fakta yang diketahui.

Jangan lupa sertakan tangkapan layar atau tautan sumber berita yang kamu baca, sehingga orang-orang bisa membandingkan berita palsu dengan keterangan yang kamu paparkan.

Tidak ikut menyebarkan

Tidak ikut memviralkan hoaks sebenarnya bukan hanya kewajiban penulis saja, melainkan juga khalayak ramai. Stop menyebarkan kalau merasa ragu apakah informasi yang kamu peroleh ialah hoaks atau bukan.

Browsing sebanyak mungkin terkait kabar yang disinyalir hoaks tersebut, tanyakan kepada rekan kerja atau teman-teman di komunitas. Langkah kecil ini cukup efektif untuk mencegah penyebaran hoaks.

Membuat tulisan tentang kabar hoaks

Ciptakan tulisan atau opini tentang kabar hoaks yang baru kamu dapatkan. Lawan dengan data-data valid dari sumber yang bisa dipercaya.

Lawan kabar hoaks dengan penamu! Tuliskan fakta dan informasi yang bermanfaat bagi para pembaca. Stop penyebaran berita palsu dengan lebih cermat meneliti kebenaran informasi yang kamu peroleh.

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Artikel ini dibuat oleh Kawan GNFI, dengan mematuhi aturan menulis di GNFI. Isi artikel ini sepenuhnya menjadi tanggung jawab penulis. Laporkan tulisan.

DN
AI
Tim Editor arrow

Terima kasih telah membaca sampai di sini