Harapan dan Tantangan untuk Energi Terbarukan

Harapan dan Tantangan untuk Energi Terbarukan
info gambar utama
  • Melihat hasil survei tentang energi terbarukan yang dilakukan oleh Coaction Indonesia bersama change.org.
  • Dari survei ini terlihat minat responden untuk memakai energi terbarukan sangat tinggi, tapi juga menemui kendala besar.
  • Survei ini dipresentasikan di GoWork fX Sudirman, Jakarta, pada Selasa (17/9).

Coaction Indonesia bersama change.org mengadakan survei publik tentang respon masyarakat Indonesia tentang penggunaan energi terbarukan. Hasil survei tersebut dipresentasikan di GoWork, fX Sudirman Jakarta, hari ini (17/9).

Dari survei yang berhasil dihimpun dari 96.651 lebih responden yang berpartisipasi melalui platform change.org selama 40 hari, diketahui bahwa energi terbarukan penting untuk diadakan sebagai bentuk menjaga lingkungan. Sebab, energi terbarukan ramah lingkungan, bebas polusi, dan tidak merusak alam.

Cahaya matahari menjadi sumber energi terbarukan yang paling banyak dipilih responden, yakni sebanyak 23,8 persen. Di bawahnya ada bioenergi yang dipilih oleh 22,4 persen responden. Itu menjadikan cahaya matahari dan bioenergi menjadi dua opsi energi terbarukan yang paling banyak diminati responden, dibandingkan angin (19,7 persen), air (18,6 persen), dan panas bumi (15,2 persen).

BACA JUGA: 4 Inovasi Ramah Lingkungan Karya Anak Bangsa

Direktur Aneka Energi Baru dan Terbarukan, Dirjen EBTKE Kementerian ESDM, Harris ST MT | Foto: Coaction Indonesia
info gambar

Walau minat memakai energi terbarukan cukup tinggi, tapi sayangnya kendala mendapatkannya juga cukup besar. Sebanyak 44 persen responden mengatakan sektor energi terbarukan di Indonesia belum berkembang optimal.

Mereka terkendala rendahnya pemahaman tentang energi terbarukan (19,7 persen), kemudian terhambat ketergantungan pada energi fosil yang masih tinggi (13,9 persen), dan menganggap pemerintah tidak menjadikan energi terbarukan sebagai riset prioritas (13 persen).

Namun demikian bukan berarti energi terbarukan tidak memiliki peluang untuk diaplikasikan di Indonesia. Buktinya, sebanyak 36,5 persen responden bersedia membayar listrik lebih mahal jika sumbernya didapat dari energi bersih.

Bagi mereka, menggunakan energi fosil lebih lama berarti menambah lama pula kerusakan
lingkungan ke depannya. Kemudian 41,4 persen responden bersedia melakukan aksi hemat energi dengan mengubah gaya hidupnya.

BACA JUGA: Makanan Para Pejuang Kemerdekaan Pada Kala Itu

“Anak muda perlu lebih melek isu energi terbarukan agar dapat berperan aktif dan terjun langsung dalam pengembangan energi terbarukan ke depannya. Dengan diluncurkannya hasil survei ini kepada publik, kami mengajak kita semua untuk berkolaborasi menggapai anak muda yang lebih luas dan bersama-sama terlibat dalam upaya penyadartahuan," ujar Direktur Eksekutif Koaksi Indonesia, Nuly Nazlia.

"Suara dari kelompok masyarakat produktif akan mendorong terjadinya perubahan, termasuk perubahan yang diharapkan terjadi di tingkat pengambil kebijakan untuk memenuhi target bauran energi terbarukan sebesar 23 persen dari bauran energi nasional pada tahun 2025,” pungkasnya.

Disemenasi hasil survei Persepsi Publik Energi Terbarukan | Foto: Coaction Indonesia
info gambar

Responden survei ini berjenjang antara usia 17 sampai 30 tahun sebanyak 67,6 persen, dengan 50,6 persen berjenis kelamin laki-laki dan 49,4 persen perempuan. Mayoritas responden (61,8 persen) tinggal di kota besar, seperti DKI Jakarta, Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur, dan Banten. Sebagian besar lulusan SMA/kejuruan (46 persen) dan universitas (36,8 persen).**

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Artikel ini dibuat oleh Kawan GNFI, dengan mematuhi aturan menulis di GNFI. Isi artikel ini sepenuhnya menjadi tanggung jawab penulis. Laporkan tulisan.

Terima kasih telah membaca sampai di sini