Rubah Terbang Dari "Pulau Bunga"

Rubah Terbang Dari "Pulau Bunga"
info gambar utama

Pulau Flores adalah salah satu pulau di Indonesia dengan begitu banyak keragaman. Mulai keragaman adat dan budaya, seni, alam, hingga flora dan fauna. Nama ini diberikan karena keindahan pulau flores yang sangat memukau bagaikan bunga yang baru mekar . Oleh karena itu , pilau Flores dijuluki “ Nusa Bunga (Pulau Bunga) “ . Adapun julukan lain dari pulau Flores yaitu “ Nusa Nipa “ , yang artinya “ Nusa Ular “ . Ini disebabkan karena bentuk pulau Flores yang panjang bagaikan ular .

Salah satu dari ribuan spesies satwa dari Flores yang menarik perhatian adalah Rubah Terbang. Baik sedang hujan, langit berawan, bulan terang atau bulan gelap, tidak pernah menghalangi ribuan rubah terbang (kelelawar buah, kalong,flying fox (eng); Acerodon mackloti) terbang di senja menjelang datangnya malam dekat Pulau Rinca yang merupakan bagian kawasan TN Komodo, Flores, NTT.

x
info gambar
Pulau Koaba saat senja menjelang malam. Foto: Tiffany Roufs
info gambar

Siluet wajah orang-orang yang memandang “atraksi alam”. Foto: Tiffany Roufs
info gambar

Ribuan kelelawar berada dalam kelompok besar bergerak menuju daratan Flores untuk mencari makanan favorit mereka, yaitu berbagai jenis buah-buahan. Pada saat fajar mereka kembali pulang ke habitat mereka di antara lebatnya mangrove Pulau Koaba. Senja itu kawanan kelelawar memerlukan lebih dari satu jam untuk memenuhi langit. Mereka bergerak sangat gesit, termasuk saat menukik di antara pekatnya malam.

Jenis rubah terbang adalah jenis terbesar dari jenis kelelawar buah lainnya. Mereka hanya terdapat di sebagian wilayah Nusa Tenggara (lesser Sunda island) yaitu Lombok, Sumbawa, Alor, Sumba, Moyo, Flores hingga ke Timor. Spesies ini memainkan peran penting dalam ekosistem hutan tropis yaitu sebagai penyerbuk dan penyebar biji. Mereka mampu menyebarkan benih di wilayah yang sangat luas.

Penelitian baru-baru ini menyatakan pada saat populasi satwa ini menurun akibat dari hilangnya habitat dan sumber pakan alami mereka, maka penyebaran benih berbagai tumbuhan pun semakin menyusut.

(Artikel ini adalah republish dari website Mongabay.co.id, atas MOU antara Mongabay Indonesia dengan GNFI)

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Jika Anda tertarik untuk membaca tulisan Akhyari Hananto lainnya, silakan klik tautan ini arsip artikel Akhyari Hananto.

Terima kasih telah membaca sampai di sini