Apa Itu ''Cabin Fever'' dan Dampaknya Bagi Kesehatan Mental

Apa Itu ''Cabin Fever'' dan Dampaknya Bagi Kesehatan Mental
info gambar utama

Kawan GNFI, Siapa yang sudah mulai jenuh berada di rumah saat menjalani PSBB pandemi Covid-19?

Jika kawan mulai gabut, stres, atau merasa gelisah? Bisa jadi kawan mengalami gejala yang disebut dengan Cabin Fever atau demam kabin. Situasi yang bisa terbentuk dalam sebuah lingkungan terisolasi yang membuat kita kehilangan gairah atau semangat.

Laman Healthline menyebut, cabin fever adalah serangkaian emosi negatif dan sensasi sedih yang mungkin dihadapi orang jika mereka terisolasi atau merasa terpisah dari dunia.

Perasaan terisolasi dan kesepian ini lebih mungkin terjadi pada saat-saat kita jauh dari situasi sosial dan interaksi yang sebenarnya.

Bisa jadi juga akibat dampak mengkarantina diri selama masa pandemi, atau saat berada di dalam sebuah ruangan kala berlindung dari cuaca buruk. Saat bencana alam misalnya.

Memang, cabin fever bukan gangguan psikologis, tapi dampaknya bisa dirasakan secara psikologis dan nyata. Cabin fever tak hanya dapat dialami oleh orang dewasa, tapi juga anak-anak.

Baca juga:

Apa Gejalanya?

Digambarkan, gejala cabin fever bisa melebihi rasa bosan, tapi lebih berakar pada perasaan kesendirian intens yang dampaknya bisa saja meliputi;

  • Kegelisahan,
  • Motivasi menurun,
  • Rasa putus asa,
  • Sulit konsentrasi,
  • Pola tidur yang tak teratur atau sulit tidur,
  • Lesu,
  • Kurang sabar, hingga
  • Depresi atau rasa sedih yang berkepanjangan.

Hingga pada akhirnya, kepribadian dan karakter kita yang akan sangat menentukan bagaimana cabin fever memengaruhi kita.

Beberapa dari kita mungkin dapat mengatasi cabin fever dengan lebih mudah, misalnya melakukan hal-hal kreatif, olahraga, atau melakukan hal lain yang menyenangkan.

Namun bagi sebagian orang, tentu saja hal tersebut sulit dilakukan, terlebih bagi mereka yang cenderung berkarakter introvert.

Cara Mengatasi Cabin Fever

Sebagai langkah antisipasi lain, laman Very Well Mind mengimbau agar kita senantiasa meluangkan waktu untuk rileks dengan berjemur di pagi hari, menikmati udara dan matahari pagi.

Mungkin bisa dengan bersantai di balkon, membuka jendela dan melepaskan pandangan jauh ke luar, atau sekadar berjalan di halaman rumah.

Sinar matahari pagi yang diserap tubuh disebut dapat membantu mengatur siklus alami tubuh dan menstimulus hormon endorfin, sehingga rasa stres berkurang.

Nah bagi kawan GNFI yang jarang sarapan, mulailah dengan memantau kebiasaan menjaga kesehatan dan memastikan keseimbangan nutrisi. Batasi camilan tinggi gula, berlemak, dan usahakan minum banyak air.

Lain itu, rangsang otak kita dengan melakukan beragam kegiatan yang mampu mengasah otak, semisal mengisi teka teki silang, bermain gim (games), dan melakukan kegiatan fisik agar mendapatkan asupan energi, sehingga aura dan rasa positif akan terus mengalir.

Baca juga:

Beda Cabin Fever dan SAD

Penting untuk dicatat bahwa cabin fever tidak sama dengan kondisi yang dikenal sebagai gangguan afektif musiman (Seasonal Affective Disorder/SAD).

Cabin fever secara khusus hanya dikaitkan dengan masa isolasi, yang umumnya dalam jangka pendek. Sementara SAD, bisa terjadi dalam jangka panjang.

Perbedaan lainnya, cabin fever tak bisa dikaitkan dengan pengobatan medis dan belum ada juga pengakuan resmi secara medis. Berbeda dengan SAD yang memiliki parameter yang jelas dan merupakan bagian dari diagnosa DSM-5.

Jika cabin fever cukup diobati dengan hanya melakukan aktivitas fisik dan keluar rumah, tapi tidak dengan SAD. SAD justru harus diobati secara intensif melalui metode terapi, baik dengan menggunakan cahaya atau mengonsumsi vitamin D. Jika tidak, maka dapat memberikan dampak yang sangat signifikan, sehingga potensi ekstremnya menyebabkan penderitanya terkena depresi.

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Jika Anda tertarik untuk membaca tulisan Mustafa Iman lainnya, silakan klik tautan ini arsip artikel Mustafa Iman.

Terima kasih telah membaca sampai di sini