Mencicipi Kopi Arab Khas Masjid Layur Semarang

Mencicipi Kopi Arab Khas Masjid Layur Semarang
info gambar utama

Apakah Kawan GNFI pecinta kopi? Kalau iya, sepertinya Kawan GNFI harus mencicipi racikan kopi yang satu ini. Dijamin kawan-kawan akan mendapatkan sensasi rasa yang berbeda dari kopi yang lainnya.

Racikan kopi ini dikenal dengan nama kopi arab, ia hanya ada di Masjid Layur yang berlokasi di Kampung Melayu, Dadapsari, Kota Semarang, Jawa Tengah. Hal yang membuat kopi ini berbeda dari kopi pada umumnya adalah campuran beragam jenis rempah-rempahnya.

Di dalam kopi arab terdapat tujuh macam rempah yang terdiri dari kapulaga, cengkeh, kayu manis, jahe, serai, daun pandan dan daun jeruk. Kopi arab sudah ada sejak dibangunnya Masjid Layur sekitar tahun 1802.

Setiap Ramadan Masjid Layur rutin menyajikan kopi arab sebagai menu wajib berbuka puasa.

Menurut takmir Masjid Layur, Ali Maksum, resep untuk membuat kopi arab tidak berubah sama sekali sejak pertama kali ia diajarkan cara membuatnya.

Hal tersebut, yang membuat kenikmatannya tetap sama selayaknya buatan orang-orang Yaman yang membawanya ke Indonesia dulu.

Dibawa Orang Yaman, Lestari Hingga Kini

kopi arab
info gambar

Racikan kopi arab pertama kali dibawa oleh saudagar-saudagar Yaman yang singgah di sana. Kala itu, Kampung Melayu merupakan tempat persinggahan kapal dan perahu yang mengangkut barang dagangan.

Biasanya, orang-orang Yaman yang bermukim di kampung yang berada di tepi Kali Semarang itu, suka membuat kopi klangenan mereka sambil menunggu adzan magrib di masjid. Dari sanalah, cikal bakal lahirnya resep dan tradisi kopi arab di Masjid Layur.

Di masa lalu, kopi arab selalu disajikan saat ada hajat keluarga atau kegiatan penting lainnya. Namun, kalau sekarang kopi itu hanya disajikan di bulan Ramadan saja sebagai menu khas berbuka puasa dari Masjid Layur.

Selama bulan Ramadan, takmir Masjid Layur akan menyediakan 40-50 cangkir kopi Arabpada saat berbuka puasa dan beberapa teko ketika tadarus Al-Quran. Untuk menemani berbuka, kopi arab biasanya disajikan dengan kurma. Sementara untuk takjil atau makanan lainnya, merupakan sedekah dari masyarakat.

kopi arab
info gambar

Setiap bulan suci Ramadan, kopi arab selalu digemari banyak orang. Bukan hanya warga sekitar yang tinggal di Masjid Layur, tapi ada juga yang datang dari luar kota seperti Jakarta dan kota lainnya.

Sedikit kisah pribadi, pada saat saya masih menempuh pendidikan di Semarang. Ketika bulan Ramadan, saya juga pernah berkunjung ke Masjid Layur hanya untuk mencicipi kopi arab yang terkenal itu.

Padahal jarak Masjid Layur dengan tempat kos saya bisa dibilang cukup jauh. Saya waktu itu tinggal di Tembalang, sedangkan Masjid Layur letaknya di Jalan Layur, Dadapsari, Semarang Utara. Jaraknya sekitar 19,8 Km, jika menggunakan motor waktu tempuhnya sekitar 25 menit.

Namun, karena penasaran saya tetap pergi ke sana dan mencobanya. Ternyata setelah mencicipinya, saya tidak merasa rugi datang jauh-jauh ke sana. Sensasi rasa yang ditawarkan kopi arab sangat nikmat. Ada rasa manis dari gula batu, wangi rempah dan sedikit pedas yang menimbulkan rasa hangat ketika diminum.

Jika menilik dari bahan-bahannya, bisa dikatakan kopi ini berkhasiat untuk menjaga kesehatan. Kandungan rempah-rempah sudah terbukti baik untuk meningkatkan daya tahan tubuh.

Akan tetapi, bila memiliki riwayat sakit maag atau gangguan lambung. Saran saya kopi ini tidak langsung diminum saat masuk waktu berbuka puasa. Isi perut dulu dengan makanan lain, baru pelan-pelan menyeruput nikmatnya kopi arab.

Mengenal Masjid Layur

Masjid Layur merupakan salah satu masjid tua di Kota Semarang. Bangunan masjid ini, telah ditetapkan sebagai cagar budaya yang harus dijaga kelestariannya. Kabarnya, di tahun 2020 ini, akan direnovasi untuk meningkatkan daya tarik wisata.

Masjid Layur yang terletak di Kampung Melayu, Jalan Layur, Dadapsari, Semararang Utara, Jawa Tengah | Google Image/SitusBudaya.id
info gambar

Masjid Layur didirikan sekitar tahun 1802 oleh saudagar-saudagar Yaman yang waktu itu singgah dan menetap di Kampung Melayu, Semarang. Dari segi arsitektur, bangunan masjid ini memadukan gaya etnis Jawa, Melayu, dan Arab.

Berbagai ornamen yang mewakili tiga kebudayaan tersebut menghiasi setiap sudutnya, mulai dari pintu, jendela, tempat imam, dindingnya yang dihiasi ornamen bermotif geometrik warna-warni hingga yang paling ikonik adalah menara masjid.

Karena menaranya yang sangat ikonik, masjid ini juga dikenal dengan sebutan Masjid Menara Kampung Melayu. Di masa perang kemerdekaan 1945-1949, menara masjid ini pernah difungsikan untuk mengawasi pantai. Namun, seiring berjalannya waktu, menara itu menjadi tempat bilal atau muazin mengumandangkan azan.

Dulunya, masjid ini memiliki dua lantai, akan tetapi karena banjir rob sering melanda kawasan itu. Masjid Menara terpaksa direnovasi dan diubah menjadi satu lantai saja. Meski telah direnovasi, sebagai bangunan cagar budaya, bentuknya masih tetap dipertahankan.

Keunikan lain dari masjid ini adalah waktu salat tarawih yang baru dimulai pada pukul 20.00 WIB. Sejak dulu pelaksanaan tarawih di masjid ini memang berbeda dari masjid di sekitarnya. Biasanya, setelah salat isya tidak langsung dilanjut salat tarawih, ada waktu jeda dulu.

Masjid Layur
info gambar

Selama waktu jeda, diisi dengan tadarus atau berzikir. Kemudian, baru dilanjut salat tarawih pada pukul 20.00 WIB sampai sekitar 21.45 WIB. Selain itu, dulu bagi perempuan tidak diperkenankan salat di dalam masjid.

Hal itu disebabkan oleh aturan yang melarang perempuan keluar rumah dan tidak diperbolehkan ke masjid ketika sedang haid. Namun untuk mengatasi larangan tersebut, saat ini sudah dibuatkan bangunan sendiri bagi jamaah perempuan yang ingin beribadah salat.

Dari berbagai keunikan yang ada di Masjid Layur atau Masjid Menara tadi. Kopi arab merupakan yang paling dikenal masyarakat. Selain karena hanya ada di situ, cita rasanya yang khas memberikan memori tersendiri di setiap bulan suci Ramadan.

Bagaimana? Apakah Kawan GNFI berminat mencobanya? Kalau iya, mungkin bisa berkunjung ke Masjid Layur selama bulan Ramadan ini. Kabarnya, meski tengah ada pembatasan sosial demi mencegah penularan virus corona. Tradisi menyajikan kopi arab saat bulan puasa tetap dilakukan di Masjid Layur.

Baca juga:

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Artikel ini dibuat oleh Kawan GNFI, dengan mematuhi aturan menulis di GNFI. Isi artikel ini sepenuhnya menjadi tanggung jawab penulis. Laporkan tulisan.

Terima kasih telah membaca sampai di sini