Ikon Baru Perguruan Tinggi NU yang Berumur Tujuh Tahun

Ikon Baru Perguruan Tinggi NU yang Berumur Tujuh Tahun
info gambar utama

Penulis Senior GNFI

(dan Penasihat Global Engagement Unusa)

Univresitas Nahdlatul Ulama Surabaya (Unusa) merupakan pendatang baru di belantika Perguruan Tinggi di Surabaya/Jawa Timur dan di Indonesia karena baru dilahirkan 7 tahun yang lalu. Namun Perguruan Tinggi dibawah naungan NU ini melejit dan pernah meraaih predikat sebagai “the fastest growing private universities” di Jawa Timur pada tahun 2016. Sebenarnya Unusa resmi berdiri pada tanggal 2 Juli 2013, merupakan konversi dari Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan (STIKES) Yayasan Rumah Sakit Islam Surabaya (YARSIS). Jika dilihat dari sejarahnya, perjalanan Unusa dimulai sejak didirikannya Sekolah Perawat Kesehatan (SPK) YARSIS pada tahun 1979. Yarsis adalah Yayasan Rumah Sakit Islam Surabaya sebagai induk dari Unusa (juga dua Rumah Sakit Islam di Surabaya).

Unusa tiba-tiba dengan cepat merubah stigma lembaga pendidikan NU yang “tradisional” atau “terbelakang” menjadi salah satu icon penting dikalangan perguruan tinggi yang berafiliasi dengan NU di negeri ini. Orang yang menganggap lembaga pendidikan NU yang “terbelakang” itu akan melongo bila melihat gedung kampus B Unusa yang berlantai 9, dengan fasilitas yang modern termasuk ruangan convention yang modern seperti gedung Theater dengan sound system yang bagus. juga memiliki laboratorium modern untuk setiap Prodi.

Unusa maju dengan pesat karena pengelola YARSIS dan Unusa adalah orang-orang yang professional dan punya pengalaman panjang dibidang dunia pendidkan baik dalam negeri maupun luar negeri seperti Prof. Muhammad Nuh-mantan Menteri Pendidikan RI sebagai ketua YARSIS, Prof. Achmad Jazidie sebagai rektor, Prof. Kacung Marijan sebagai Wakil Rektor (keduanya pernah menjabat Dirjen di Kementrian Pendidikan RI ketika Prof. Nuh menjadi menterinya), dan Wakil rektor lainnya, para dekan dan dosen lulusan dari berbagai Perguruan Tinggi terkemuka di Indonesia dan luar negeri.

Meskipun sudah menjadi icon perguruan tinggi NU yang modern di Indonesia, Civitas Akademika Unusa masih tetap menjaga dan melestarikan nilai-nilai luhur yang di digagas para ulama dikalangan NU, misalkan hormat kepada para ulama, melakukan tradisi ritual dikalangan NU, bahkan metode ajar mengajarnya menggunakan sistim pendidikan di Pesantren NU yakni Sorogan. Metode "sorogan" kira-kira berarti pelajaran yang dilakukan secara tatap muka dan dilakukan secara individual antara santri dengan guru atau kiai. Peneliti dari Australian National University menyebut : “sorogan is provided either for beginner santri or those who want to have more explanation of the problems discussed in the kitab. The sorogan session is usually attended by only two to five santri, and is provided by any senior santri who has knowledge and ability in certain subjects. This system aims to give special training to santri to assist them to develop certain knowledge and skills.

Universitas Nahdlatul Ulama Surabaya (Unusa) mengembangkan aplikasi pembelajaran, aplikasi ini merupakan penggabungan antara tradisi Pondok Pesantren tadi dengan Teknologi Informasi melalui Tablet e-Sorogan. Ini adalah komitmen dari Unusa untuk terus mengembangkan model pembelajaran interaktif berbasis IT. Selain membagikan kepada para mahasiswa baru, dosen juga terus didorong untuk mengembangkan pembelajaran dan modul-modul interaktif. Sistem pembelajaran modern ini diterapkan di fakultas-fakultas di Unusa yaitu Fakultas Kedokteran, Fakultas Ilmu Kesehatan, Fakultas Keguruan & Ilmu Pendidikan (FKIP), Fakultas Ekonomi, Fak. Keperawatan dan Kebidanan, Fak. Teknik

Dalam waktu yang singkat, Unusa sudah menorehkan berbagai achievement yang bagus, misalkan Unusa telah berkontribusi dalam berbagai inovasi dan pengabdian masyarakat. Diantaranya adalah Unusa dipercaya Pemprov Jatim melaksanakan program One Pesantren One Product (OPOP). Program prioritas Bu Khofifah- Pak Emil ini berjalan baik berkat kerjasama pemprov Jawa Timur dengan Unusa. Melakuan kerja sama dengan berbagai perguruan tinggi di luar negeri, bahkan ada beberapa dosennya yang mengajar di PT luar negeri, pengiriman mahasiswa/wi ke luar negeri, menerima mahasiswa asing yang belajar di Unusa, mengikuti pertemuan-pertemuan ilmiah di luar negeri dsb.

Unusa meneruskan tradisi para ulama NU di negeri ini yaitu salah satunya mengembangkan sektor pendidikan yang penting dalam meng-kader para generasi muda yang berwawasan nasional maupun global dan berkarakter sebagai generasi Rahmatan Lil Alamin.

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Jika Anda tertarik untuk membaca tulisan Ahmad Cholis Hamzah lainnya, silakan klik tautan ini arsip artikel Ahmad Cholis Hamzah.

Terima kasih telah membaca sampai di sini