Lalat Tentara Hitam dan Manfaatnya untuk Mengurai Sampah Organik

Lalat Tentara Hitam dan Manfaatnya untuk Mengurai Sampah Organik
info gambar utama

Selama ini lalat dianggap sebagai hewan yang jorok karena suka berada di tempat-tempat kotor? Bahkan, bila di sebuah tempat dihinggapi lalat pun langsung ikut dianggap kurang bersih. Memang hal tersebut tak dapat dimungkiri mengingat tempat kotor itu biasanya terdapat makanan seperti kotoran, makanan busuk, atau bangkai, sekaligus menjadi tempat baginya menaruh larva.

Namun, tahukah Anda bahwa ada jenis lalat yang malah dimanfaatkan untuk mengolah sampah? Ialah lalat tentara hitam atau Hermetia illucens, salah satu jenis lalat yang biasanya ditemukan di tempat-tempat sampah organik. Larvanya memanfaatkan limbah sebagai sumber makanan dan ia memiliki kemampuan dalam memakan sampah organik dan pada akhirnya berperan dalam menangani limbah organik.

Di Indonesia, lalat tentara hitam mulai dikembangkan mengingat banyak manfaat yang diperoleh. Tak hanya dari sisi pengolahan sampah dan limbah, tetapi juga menguntungkan dari segi perekonomian.

Memahami Karakteristik dan Upaya Perlindungan Pari Gergaji di Indonesia

Mengenal lalat tentara hitam

Nama lalat tentara hitam mungkin masih terdengar asing. Larva lalat ini diperoleh dari proses biokonversi yang merupakan hasil dari fermentasi sampah-sampah organik menjadi sumber energi metan dan melibatkan organisme hidup. Umumnya, organisme yang berperan dalam proses tersebut adalah bakteri, jamur, atau larva serangga.

Fase hidup lalat tentara hitam ini rata-rata tujuh hari dan mereka hanya minum, tidak makan apapun. Seekor lalat betina mampu menghasilkan 500-900 telur dalam sekali perkawinan. Telur-telur tersebut kemudian akan menetas dan menjadi larva yang disebut maggot.

Dalam sehari saja, maggot mampu mengonsumsi makanan sebanyak dua kali dari berat tubuhnya sendiri. Makanannya adalah sampah organik. Maggot yang mengonsumsi sampah organik ini pada akhirnya memberikan manfaat bagi lingkungan dengan menekan jumlah limbah dapur seperti sisa potongan sayur, buah, dan makanan sisa.

Perlu diketahui bahwa lalat yang punya julukan black soldier ini bersih dan bukan merupakan vector penyakit seperti lalat yang biasa hinggap di tumpukan sampah. Larva lalat tentara hitam sangat rakus dan dapat dimanfaatkan untuk pembuatan kompos dari sisa makanan dan produk limbah pertanian.

Larvanya sendiri diketahui mengandung protein dan asam amino lengkap yang dapat digunakan sebagai alternatif pakan bagi hewan ternak seperti ikan, unggas, dan beberapa hewan peliharaan seperti burung berkicau dan iguana.

Ciri fisik dari lalat jenis ini ialah tubuhnya didominasi warna hitam dengan refleksi metalik, mulai dari biru hingga hijau di bagian dadanya. Terkadang ujung perutnya berwarna kemerahan. Lalat ini memiliki kepala lebar dengan antena panjang melebihi panjang kepalanya. Bagian sayapnya memiliki membran yang bisa dilipat secara horizontal saat ia beristirahat. Secara ukuran, jenis lalat ini mirip dengan tawon.

Larva lalat tentara hitam | @Max D Solomko Shutterstock
info gambar
Rigiolepis Argentii, Spesies Baru Kerabat Blueberi dari Sulawesi

Pemanfaatan lalat tentara hitam

Untuk pemanfaatan lalat tentara hitam ini dapat digunakan sebagai pengurai sampah dari bahan organik atau pengomposan. Larvanya dapat dengan cepat mengarungi volume dan berat dari limbah organik. Ia dapat memecah makanan dan menciptakan panas, meningkatkan penguapan kompos. Dalam sistem kompos, larva lalat ini bisa mengurangi volume kompos hingga lima persen.

Dibutuhkan satu kilogram larva untuk mengurai satu kilogram sampah organik pula dalam waktu 24 jam. Larvanya juga bisa menghasilkan sumber daya lain yaitu frass atau residu butiran tak berbau yang dapat dimanfaatkan sebagai pupuk organik langsung atau dikonversi oleh cacing tanah.

Di Jakarta, ada program pengolahan sampah oleh Jakarta Recycle Centre (JRC) Pesanggrahan yang memanfaatkan larva lalat tentara hitam. JRC sendiri berada di bawah pengawasan Unit Pengelola Sampah Terpadu Dinas LH Pemprov DKI Jakarta.

Menurut Danang Wibowo, Koordinator lapangan JRC Pesanggrahan, seperti dilansir Alinea.id, larva lalat tentara hitam memang sudah digunakan untuk mengurai sampah sejak awal tahun 2020. Cara ini dinilai lebih efektif daripada harus melalui mekanisme kompos konvensional. Dengan larva lalat tentara hitam, ratusan kilogram sampah organik bisa diurai dalam sehari.

Larva lalat tentara hitam pun memiliki nilai ekonomis karena dapat digunakan untuk pakan ternak, seperti unggas, ikan, babi, kadal, kura-kura, bahkan anjing. Pada tahapan pupa atau kepompong, lalat ini berada di puncak nutrisi. Ia dapat disimpan di suhu kamar selama beberapa minggu. Maggot-nya pun dapat dibekukan atau dikeringkan sebagai pakan protein tinggi.

Budidaya lalat tentara hitam pun terbilang menggiurkan. Satu gram telurnya dijual dengan harga Rp10-30 ribu, harga pre-pupa Rp35-40 ribu, harga pupa Rp20-40 ribu, dan untuk harga maggot kering Rp25-70 ribu.

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Jika Anda tertarik untuk membaca tulisan Dian Afrillia lainnya, silakan klik tautan ini arsip artikel Dian Afrillia.

DA
MI
Tim Editor arrow

Terima kasih telah membaca sampai di sini