Berwisata ke Taman Balekambang yang Kini Berusia 100 Tahun

Berwisata ke Taman Balekambang yang Kini Berusia 100 Tahun
info gambar utama

Kota Surakarta atau yang lebih dikenal sebagai Solo merupakan salah satu kota di Jawa Tengah yang memiliki beragam potensi wisata. Nama Surakarta diambil dari dua kata yaitu sura dan karta. Dalam bahasa Jawa, sura artinya keberanian dan karta berarti makmur. Pemberian nama ini menjadi simbol harapan agar para penghuni kota selalu berani berjuang demi kemakmuran bangsa.

Soal tempat wisata di Solo, ada sebuah taman legendaris yang telah lama menjadi destinasi wisata favorit masyarakat, yaitu Taman Balekambang. Taman yang didirikan pada 26 Oktober 1921 ini tengah merayakan hari jadinya ke-100 tahun.

Perayaan 100 tahun Taman Balekambang dimeriahkan dengan acara Pasar Seni Balekambang dan berlangsung sejak 24-26 Oktober 2021. Mengusung tema Berkarya Tanpa Jeda, acara ini terdiri dari beberapa kegiatan seperti talk show, lokakarya kerajinan, perlombaan mural, pameran hidroponik dan tanaman bonsai, dan aquascape. Selain itu ada pula pameran seni dan budaya dengan rangkaian acara seperti sendratari ramayana, tarian tradisional, ketoprak humor, dan reog Ponorogo.

Selain berbagai rangkaian acara tersebut, pengunjung tentunya juga bisa menikmati kegiatan berwisata di Taman Balekambang. Di sana, banyak kegiatan menarik yang bisa dilakukan, dari mulai berkeliling kawasan taman, berenang, hingga berinteraksi dengan hewan-hewan menggemaskan.

Pamutusan, Pulau Cantik di Sumatra dengan Fenomena Daratan Terpurus Saat Air Laut Pasang

Taman Balekambang, bukti kasih seorang ayah

Taman Balekambang merupakan salah satu destinasi wisata kebanggan masyarakat Solo dari masa ke masa. Bila melihat sejarahnya, taman ini dibangun oleh Kangjeng Gusti Pangeran Adipati Arya (KGPAA) Mangkunegara VII untuk kedua anak perempuannya, yaitu GRAy Partini Husein Djayaningrat dan GRAy Partinah Sukanta.

Karena rasa sayang sang ayah kepada dua anak perempuannya tersebut, KGPAA Mangkunegara VII pun membuatkan sebuah taman dengan mengabadikan nama kedua anaknya dan memadukan konsep Eropa dan Jawa.

Saat memasuki taman, pengunjung pun bisa melihat dua patung Partini dan Partinah di sana. Selain itu, taman ini juga terbagi dua sesuai yaitu Partini Tuin dan Partinah Bosch.

Di area Partini Tuin terdapat taman air yang sering digunakan untuk tempat perlombaan memancing ikan dan berkeliling kolam dengan menyewa perahu bebek. Di belakang kolam, ada Bale Apung dan Bale Tirtayasa yang dulu sering digunakan sebagai tempat beristirahat keluarga Praja Mangkunegaran.

Sedangkan di area Partinah Bosch dibuat serupa hutan kota yang dipenuhi koleksi pepohonan rindang seperti pohon kenari, mojo, beringin putih, apel cokelat, hingga trembesi. Tak hanya menawarkan pemandangan alami dan udara segar. area ini juga berfungsi sebagai paru-paru kota yang meresap udara kotor di sekitarnya dan menggantikan dengan udara dengan kualitas lebih baik.

Pada masa pemerintahan KGPAA Mangkunegara VII, taman ini tidak dibuka untuk umum. Masyarakat mulai bisa mengunjungi Taman Balekambang untuk berwisata pada era KGPAA Mangkunegara VIII. Sejak saat itu, kawasan ini mulai ramai dikunjungi wisatawan untuk berekreasi dan sering mengadakan acara hiburan rakyat.

Pesona Wisata Kepahiang dan Asal-Usul Istilah Mabuk Kepayang

Kegiatan wisata di Taman Balekambang

Taman Balekambang berlokasi di Jalan Balekambang No.1, Kecamatan Banjarsari, Solo, tak jauh dari Stadion Manahan. Taman seluas 9,8 hektare ini bisa jadi pilihan untuk liburan keluarga karena banyak fasilitas menarik untuk anak-anak. Banyak pula keluarga yang menikmati liburan di Taman Balekambang dengan berpiknik dengan menggelar tikar dan membawa makanan.

Kegiatan lain yang bisa dilakukan di Taman Balekambang antara lain berenang, dan berkeliling kolam dengan perahu atau bebek kayuh.

Di taman ini, pengunjung bisa melihat dan berinteraksi dengan berbagai hewan seperti angsa, rusa, kera, kura-kura, domba merino, dan ayam. Bahkan, ada kolam yang bisa dimanfaatkan pengunjung untuk memancing ikan. Uniknya, juga ada area khusus untuk Taman Reptil dan Taman Kelinci. Wahana edukasi ini bisa dimanfaatkan untuk menambah pengetahuan soal satwa, termasuk cara perawatan hingga pengembangbiakkan.

Selain itu, di Taman Balekambang terdapat sebuah panggung yang biasa digunakan untuk gelaran kesenian tradisional pertunjukkan tari, kesenian lesung, ludruk, musik keroncong, dan pementasan sendratari ramayana.

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Jika Anda tertarik untuk membaca tulisan Dian Afrillia lainnya, silakan klik tautan ini arsip artikel Dian Afrillia.

Terima kasih telah membaca sampai di sini