Misteri Pohon Aren, Jelmaan Seorang Wanita yang Ingin Memberi Manfaat

Misteri Pohon Aren, Jelmaan Seorang Wanita yang Ingin Memberi Manfaat
info gambar utama

Pohon enau atau aren (Arenga pinnata) adalah palma yang terpenting setelah kelapa (nyiur) karena merupakan tanaman serba guna. Tumbuhan ini dikenal dengan beragam nama.

Di Sumatra dan Semenanjung Malaya pohon ini disebut nau, hanau peluluk, kabung, juk atau ijuk. Sedangkan di Sulawesi kerap disebut kawung, taren, akol, akel, akere, inru, indu. Di Nusa Tenggara disebut moka, moke, tuwa, dan tuwak.

Bangsa Belanda lebih mengenalnya sebagai arenplam atau zulkerpalm dan bangsa Jerman menyebutnya zuckerpalme. Dalam bahasa Inggris disebut sugar palm atau Gomuti palm. Aren merupakan tumbuhan yang dilindungi oleh undang-undang.

Sementara untuk masyarakat suku Karo di Desa Bukit Makmur, Kecamatan Mardingding, Kabupaten Karo menganggap pohon aren bukan sebagai tanaman biasa. Dipercaya pohon aren merupakan perwujudan dari seorang wanita yang mengutuk dirinya.

Legenda pohon aren mengisahkan sepasang suami istri bersama dua orang anaknya. Anak laki-lakinya bernama Tare Iluh dan yang kedua, anak perempuan bernama Sibou. Sang suami sebagai kepala keluarga akhirnya meninggal dunia setelah mengalami sakit.

Mengenal Nothofagus, Pohon Asal Papua yang Disorot dalam Rapat UNESCO

Sang istri kemudian menjadi tulang punggung keluarga dan berusaha menghidupi kedua anaknya. Sebab bekerja keras membuatnya jatuh sakit hingga meninggal dunia. Kedua anak ini lalu menjadi yatim piatu.

Setelah diasuh oleh bibi mereka. Tare Iluh menjadi pemuda yang gagah, sedangkan Sibou menjadi tumbuh menjadi gadis yang cantik. Tare Iluh kemudian pergi merantau untuk mencari uang agar tidak menjadi beban bibinya.

Setelah di perantauan, Tare Iluh malah memiliki banyak utang karena kalah bermain judi. Akibatnya dirinya dipasung oleh penduduk setempat. Berita ini terdengar sampai ke adik perempuannya dan dirinya kemudian mencari keberadaan kakaknya.

Suatu hari Sibou bertemu dengan kakek tua dan bertanya keberadaan Tare Iluh. Kakek tua ini menyarankan Sibou untuk memanjat pohon yang paling tinggi sambil memanggil-manggil nama Tare Iluh. Tanpa berpikir panjang dirinya pun melakukan nasihat ini.

Namun, tindakannya tidak membuahkan hasil. Di tengah keputuasaan, Sibou lantas berdoa kepada Tuhan Yang Mahakuasa untuk merelakan air mata, rambut, dan seluruh anggota tubuhnya untuk dimanfaatkan sebagai kepentingan penduduk.

Tidak lama kemudian, tubuhnya berubah menjadi pohon aren yang dapat menghasilkan beragam manfaat, seperti bahan kolang-kaling atau tuak. Rambutnya digunakan untuk membuat atap rumah.

Mitos yang dipercaya hingga kini

Masyarakat Karo sampai sekarang masih mempercayai kekramatan dari pohon aren. Seperti bersandung saat mengambil air nira dari pohon aren. Dipercaya bila mereka bersenandung, jelmaan wanita ini akan menangis dan meneteskan air nira yang banyak.

Ngeria adalah salah satu profesi bagi masyarakat Karo yaitu mengambil air nira dari pohon aren. Sebelum Ngeria dilakukan biasanya para petani terlebih dahulu mengucapkan mantra ke pohon aren.

Setelah mengucapkan mantra, maka para petani akan meludahi tangannya sebanyak empat kali sambil menyapukan ke tandan buah pohon aren yang akan diambil air niranya. Cara menyapunya (uwir-uwir) mulai dari atas ke bawah, supaya air yang dihasilkan tidak kembali ke batangnya.

Sembari melakukan uwir-uwir, sebanyak 88 kali sekali jalan. Para petani ini akan bersenandung bahkan karena saking menghayati mereka akan ikut menangis. Tujuannya agar jelmaan wanita ini juga ikut menangis karena kasihan.

8 Tahun Hilang, Katak Pohon Endemik Jawa Mendadak Nongol di Sukabumi

Setelah selesai uwir-uwir sambil bersenandung, mereka akan memukul mulai dari batang sekitar tandan buah. Pukulan dimulai dua kali ke batang sekitar tandan buah yang akan berbunyi: tor..tor.. pukulan akan diperlambat sampai tandan buah akan berbunyi: tih..tih….

Selain itu, masyarakat juga dilarang untuk mengganti-ganti pakaian saat mengambil air nira. Pakaian yang digunakan pun tidak boleh yang bagus, harus yang usang, lecek dan memiliki sobekan. Kalau mereka melanggar air nira yang didapatkan akan sedikit.

“Tetapi bila semua hal ini dilakukan, maka si jelmaan wanita pohon aren akan mengenali, kasihan, bersedih kepada mereka yang ngeria dan jelmaan pohon aren akan mengeluarkan air nira yang banyak,” jelas Sri Fatimah BR Tarigan dalam skripsi berjudul Kepercayaan Masyarakat Karo Terhadap Legenda Pohon Enau: Di Desa Bukit Makmur: Pendekatan Antropologi Sastra.

Profesi ngeria pun lebih diutamakan dari kalangan perempuan. Hal ini memang berkaitan dengan pohon aren yang merupakan jelmaan wanita. Karena itu dipercaya bila wanita yang ngeria jumlah air nira yang dihasilkan akan makin banyak.

Bahkan bila wanita mencuri air nira dari orang lain. Makan pohon aren yang dia ambil tidak akan marah, bahkan dipercaya hasilnya malah makin berlimpah. Perempuan yang mengambil air nira milik orang lain pada siang hari dinamakan engkolih.

Pohon aren juga dipercaya dapat mendatangkan rezeki bagi mereka yang memanfaatkannya. Bahkan kerap, air nira dipakai untuk media pengobatan ibu yang menyusui tetapi tidak ada Air Susu Ibu (ASI).

Mengenal pohon aren

Pohon Aren yang besar dan tinggi, dapat mencapai 25 meter, berdiameter hingga 65 cm, batang pokoknya kukuh dan pada bagian atas diselimuti oleh serabut berwarna hitam yang dikenal sebagai ijuk.
Daunnya majemuk menyirip seperti daun kelap, panjang hingga 5 meter dengan tangkai daun hingga 1,5 meter.

Anak daun seperti pita bergelombang, hingga 7 x 145 cm, berwarna hijau gelap di atas dan keputih-putihan oleh karena lapisan lilin di bawahnya. Berumah satu, bunga-bunga jantan terpisah dari bunga-bunga betina dalam tongkol yang berbeda yang muncul di ketiako daun, panjang tongkol hinga 2,5 meter. Buah buni berbentuk bulat peluru dengan diameter sekitar 4 cm.

Pohon aren menghasilkan banyak hal yang menjadikannya populer sebagai tanaman yang serbaguna, salah satunya penghasil gula. Gula aren diperoleh dengan menyadap tandan bunga jantan yang mulai mekar dan menghamburkan serbuk sari yang berwarna kuning.

Tandan ini mula-mula dimemarkan dengan memukul-mukulnya selama beberapa hari, hingga keluar cairan dari dalamnya. Tandan kemudian dipotong dan diujungnya digantung tahang bambu untuk menampung cairan yang menetes.

Sugiarto, Dedikasikan Hidup Lebih dari 20 Tahun untuk Gaungkan Aksi Menanam Pohon

Cairan manis yang diperoleh dinamai nira, berwarna jernih agak keruh. Nira ini tidak tahan lama, maka tahang yang telah berisi harus segera diambil untuk diolah niranya, biasanya diambil pada pagi atau sore.

Setelah dikumpulkan, nira segera dimasak hingga mengental dan menjadi gula cair. Selanjutnya ke dalam gula cair ini dibubuhkan bahan pengeras agar gula membeku dan dapat dicetak menjadi gula aren bongkahan.

Di banyak daerah Indonesia, nira juga bisa difermentasikan menjadi semacam minuman beralkohol yang disebut tuak atau di daerah timur disebut saguer. Tuak ini diperoleh dengan membubuhkan beberapa macam kulit kayu atau akar-akaran lalu didiamkan beberapa hari.

Sebagaimana ripah dan rumbia, daun pohon aren juga bisa digunakan sebagai bahan atap rumah. Pucuk daunnya yang masih kuncup juga dipergunakan sebagai daun rokok, yang dikenal di pasar sebagai daun kawung.

Pohon aren diketahui menyebar alami mulai dari India timur di sebelah barat, hingga sejauh Malaysia, Indonesia, dan Filipina. Di Indonesia, pohon aren tumbuh liar atau ditanam, sampai ketinggian 1.400 mdpl. Biasanya banyak tumbuh di lereng-lereng atau tebing sungai.

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Jika Anda tertarik untuk membaca tulisan Rizky Kusumo lainnya, silakan klik tautan ini arsip artikel Rizky Kusumo.

Terima kasih telah membaca sampai di sini