Hari Obesitas Sedunia: Ketika Berat Badan Berlebih Mengancam Kesehatan

Hari Obesitas Sedunia: Ketika Berat Badan Berlebih Mengancam Kesehatan
info gambar utama

Memiliki berat badan ideal akan bermanfaat untuk faktor kesehatan. Seseorang yang mempertahankan berat badan ideal akan mendapatkan berbagai keuntungan seperti menurunnya risiko kanker dan diabetes, meningkatkan kesehatan jantung, memiliki lebih banyak energi, meningkatkan kesuburan, hingga kualitas tidur lebih baik.

Sebaliknya, kelebihan berat badan begitu rentan terhadap berbagai risiko penyakit dan komplikasi serius. Meski berat badan ideal tidak selalu berarti terbebas dari penyakit dan tidak semua orang gemuk akan terkena penyakit, tetapi alangkah lebih baik jika kita bersama-sama menjalankan pola hidup yang lebih sehat.

Untuk mengukur kelebihan berat badan, bisa menggunakan indeks massa tubuh atau BMI. Pada pengukuran BMI, akan dihitung dengan cara membagi berat badan dalam satuan kilogram dengan tinggi badan dalam satuan meter kuadrat.

Untuk hasil BMI di bawah 18,5 berarti berat badan kurang, 18,5-22,9 berat badan normal, 23-29,9 kelebihan berat badan, dan di atas 30 berarti obesitas.

Sebagai contoh, Anda memiliki berat badan 80 kg dan tinggi badan 160 cm. BMI Anda adalah 80:(1,60x1,60)=31,25. Dari perhitungan bisa dilihat bahwa hasilnya menunjukan angka di atas 30 yang berarti sudah masuk kategori obesitas.

Setiap tanggal 4 Maret diperingati sebagai Hari Obesitas Sedunia. Tahun ini tema yang diangkat adalah “Everybody Needs to Act” yang berarti setiap orang perlu mengambil bagian dalam menangani kasus obesitas. Sebab obesitas bukan hanya persoalan kegemukan, tetapi menyangkut risiko kesehatan yang dapat mengancam.

Indonesia Dipercaya WHO Jadi Produsen Vaksin Berbasis mRNA

Kasus obesitas di Indonesia

 Obesitas | @ goffkein.pro Shutterstock
info gambar

Menurut keterangan Direktoran P2PTM (Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Tidak Menular) Kementerian Kesehatan (Kemenkes), Indonesia tengah menghadapi transisi epidemiologi yaitu terjadinya perubahan beban penyakit dari menular ke penyakti tidak menular (PTM) yng menjadi penyebab kematian serta kecacatan terbesar.

Elvieda Sariwati, Direktur P2PTM Kemenkes menyebutkan bahwa ada beberapa studi kecil menemukan adanya peningkatan angka obesitas selama pandemi.

“Dari data CDC, dari kohort pada pasien di rumah sakit, terlihat bahwa terjadi peningkatan 2 kali lipat sebelum pandemi ke pandemi, pandemi ini 2 kali lipat meningkat," kata Elvieda. Ia menambahkan bahwa data prevalensi obesitas di Indonesia sejak 2010 hingga 2018 terus mengalami peningkatan dari 15,4 persen menjadi 21,8 persen.

Di masa pandemi, orang obesitas dapat meningkatkan risiko gejala yang parah jika terinfeksi Covid-19 hingga memerlukan perawatan intensif bahkan bantuan mekanis untuk bernapas.

Obesitas sendiri didefinisikan juga sebagai penumpukan lemak berlebih akibat ketidakseimbangan asupan energi dengan energi yang digunakan dalam waktu lama. Meski pernah dianggap sebagai masalah di negara berpenghasilan tinggi, nyatanya masalah obesitas juga meningkat secara dramatis di negara-negara berpenghasilan rendah.

Ada beberapa faktor yang dapat menjadi penyebab obesitas. Salah satunya adalah faktor genetika dari keluarga. Genetika dapat berperan dalam seberapa efisien tubuh Anda mengubah makanan menjadi energi, bagaimana tubuh mengatur nafsu makan, dan bagaimana tubuh membakar kalori selama berolahraga.

Pola makan yang kurang sehat juga berpengaruh pada obesitas. Diet tinggi kalori, kurang sayur dan buah, kebiasaan makan makanan cepat saji, dan mengonsumsi minuman manis berkontribusi pada penambahan berat badan.

Meski tampak sepele, minuman berkalori tinggi juga dapat meningkatkan berat badan secara signifikan. Ini termasuk jus buah dengan tambahan gula dan susu, kopi susu, minuman bersoda, minuman beralkohol, dan aneka minuman manis lainnya.

Obesitas juga bisa terjadi bila seseorang kurang aktif bergerak. Jika sehari-hari Anda tidak berolahraga dan lebih banyak duduk, kalori yang Anda dapatkan dari makanan dan minuman tidak terbuang dan menumpuk di tubuh menjadi lemak yang berakhir pada penambahan berat badan.

Selain gaya hidup, kehamilan dan konsumsi obat-obatan juga berpengaruh pada peningkatan berat badan. Ini termasuk pada pengobatan radang sendi, obat antidepresan, obat diabetes, obat antipsikotik, steroid, dan beta blocker.

Hari Kanker Anak Sedunia: Mengenali 6 Jenis Kanker yang Sering Menyerang Anak

Dampak obesitas pada kesehatan dan pencegahannya

Orang dengan obesitas lebih mungkin mengalami masalah kesehatan serius seperti penyakit jantung, strok, diabetes tipe 2, masalah pencernaan, gangguan tidur, osteoartritis, dan beberapa jenis kanker seperti rahim, payudara, usus besar, rektum, kerongkongan, hati, pankreasi, ginjal, hingga prostat. Kelebihan berat badan membuat seseorang lebih rentan mengalami tekanan dara tinggi dan menjadi faktor risiko strok dan penyakit jantung.

Penyakit-penyakit yang ditimbulkan oleh obesitas bisa berdampak buruk bila tidak segera ditangani dan rentan terjadi komplikasi yang lebih parah.

Untuk pencegahannya, mulailah fokus pada mempertahankan berat badan ideal. Bagi yang berat badannya normal menurut BMI, dapat dipertahankan dengan mengaplikasikan pola hidup sehat, rutin berolahraga, dan tetap aktif. Sedangkan bagi Anda yang sudah mencapai titik obesitas, bisa bekerja keras untuk menuju berat badan ideal.

Fokuslah pada perencanaan makanan, kurangi konsumsi makanan berlemak, kurangi makanan kemasan dan yang diolah seperti kornet, sosis, bakso, dan beragam makanan yang dibekukan. Kemudian, perbanyaklah mengonsumsi sayur, buah, makanan berserat tinggi, makanan dengan indeks glikemik rendah, dan makanan yang tidak terlalu banyak diproses.

Setelah itu, mulailah membiasakan diri untuk terus aktif. Perbanyak jalan kaki dan naik tangga daripada naik eskalator, jadwalkan untuk olahraga setidaknya 30 menit selama lima kali per minggu, bangun dan tidur pada waktu yang sama setiap hari, menghindari konsumsi alkohol, dan konsisten melakukannya demi tujuan kesehatan yang lebih baik.

Beban Ganda Malnutrisi, Ketika Masalah Kesehatan Bukan Hanya Disebabkan Kekurangan Gizi

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Jika Anda tertarik untuk membaca tulisan Dian Afrillia lainnya, silakan klik tautan ini arsip artikel Dian Afrillia.

Terima kasih telah membaca sampai di sini