Waspada Deltacron, Varian Baru Covid-19 Kombinasi Delta dan Omicron

Waspada Deltacron, Varian Baru Covid-19 Kombinasi Delta dan Omicron
info gambar utama

Sejak awal masa pandemi hingga awal tahun 2022, kita mengenal beberapa varian Covid-19 seperti alpha, beta, delta, dan omicron yang telah masuk ke Indonesia. Namun, baru-baru ini, para ilmuwan sedang mempelajari lebih lanjut mengenai varian baru yang telah terdeteksi di beberapa negara, yang namanya disebut deltacron.

Deltacron merupakan kombinasi gen dari varian delta dan omicron. Varian ini telah terdeteksi dalam sejumlah kecil kasus di Prancis, Belanda, dan Denmark.

Menurut penjelasan pemimpin teknis COVID-19 Organisasi Kesehatan Dunia Maria Van Kerkhove, pihaknya belum melihat perubahan epidemiologi dengan rekombinan dan perubahan keparahan. Akan tetapi saat ini ada banyak penelitian yang sedang berlangsung.

Kira-kira seperti apa gejala yang dialami penderita Covid-19 varian deltacron dan bagaimana cara penanganannya?

FKUI: Pasien Komorbid Berisiko Lebih Tinggi Mengalami Kematian Akibat Covid-19

Mengenal varian deltacron

Ilustrasi deltacron | @Jbruiz Shutterstock
info gambar

Kabar mengenai varian baru Covid-19 yaitu deltacron telah dimuat di laman resmi Global Initiative on Sharing All Influenza Data (GISAID). Berdasarkan data yang dihimpun Institut Pasteur Prancis, menjadi bukti yang cukup kuat virus rekombinan antara delta dan omicron. Virus rekombinan ini telah teridentifikasi di beberapa wilayah Prancis sejak awal Januari 2022 dan genom dengan profil serupa ditemukan juga di Denmark dan Belanda.

Melansir USA Today, ilmuwan di Laboratorium Helix, San Mateo, California, Amerika Serikat (AS) bekerja sama dengan Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit untuk melacak COVID-19. Mereka mengurutkan 29.719 sampel positif Covid-19 pada 22 November hingga 13 Februari dari seluruh AS.

Para peneliti kemudian menemukan dua infeksi yang melibatkan versi deltacron yang berbeda, dihasilkan dari kombinasi materi genetik delta dan omicron. Kemudian, 20 infeksi lain memiliki varian delta dan omicron, dengan satu kasus memiliki delta, omicron, dan deltacron.

Sebenarnya para ilmuwan belum secara resmi menggunakan nama deltacron. Pihak WHO juga belum mengklasifikasikannya sebagai variant of concern karena baru ada sedikit kasus.

"Hanya menjadi varian jika menghasilkan sejumlah besar kasus," kata William Hanage, Chief Science Officer di Helix sekaligus ahli epidemiologi di Harvard T.H. Chan School of Public Health. "Kalau tidak menimbulkan banyak kasus, masyarakat tidak perlu khawatir."

Lantas, apakah varian ini sudah ditemukan di Indonesia? Kementerian Kesehatan telah menyatakan bahwa varian hibrida dari omicron dan delta belum terdeteksi di Indonesia.

"Sampai sekarang deltacron belum ditemukan di Indonesia, kalau kita lihat apa yang dilaporkan Prancis dan Inggris itu agak berbeda jalur mutasinya, jadi kita masih melihat terus perkembangannya," kata Siti Nadia Tarmizi, Sekretaris Direktorat Jenderal Kesehatan Masyarakat Kemenkes.

Lebih lanjut Nadia juga mengatakan bahwa deltacron juga belum masuk ke negara-negara di sekitar Indonesia sehingga belum ada kebijakan terbaru mengenai pengetatan pintu masuk negara demi mencegah varian baru ke Tanah Air.

"Saat ini pemerintah maupun negara-negara sekitar itu belum ada yang melakukan pengetatan pintu masuk, artinya selain kita monitor surveilans kita, omicron dan delta kan sudah ada di negara kita, tetap genome sequencing kita pantau apakah ada galur mutasi keduanya," jelasnya.

Menurut Nadia, apapun variannya, cara pencegahan Covid-19 tetap sama yaitu mengikuti protokol kesehatan dan melakukan vaksinasi.

Sementara itu, Reisa Broto Asmoro selaku Juru Bicara Pemerintah untuk Penanganan Covid-19 juga menyebut bahwa deltacron tetap merupakan virus SARS-CoV-2 penyebab Covid-19. Adapun gejala dari varian baru ini seperti varian lain, yaitu batuk, pilek, demam, atau sakit tenggorokan. Untuk pengobatannya pun masih sama.

Kata Reisa, deltacron merupakan dua varian yang menginfeksi seseorang dalam waktu bersamaan. Orang yang terinfeksi dapat mengalami gangguan saluran pernapasan bagian atas dan bawah.

"Kalau delta biasanya banyak menyerang saluran pernapasan bawah kalau omicron saluran pernapasan atas. Jadi hati-hati kalau terinfeksi," tegas Reisa, seperti dikutip Antaranews.com.

Reisa juga meminta masyarakat untuk tetap tenang dan mengikuti protokol kesehatan. Sebab meskipun varian baru ini telah ditemukan di beberapa negara, WHO masih terus melakukan pemantauan mengenai dampak dari varian itu.

Jatuh Bangun Indonesia Melawan Covid-19 dan Tantangan Menghadapi Varian Omicron

Indonesia memasuki fase deselerasi

Selain mewaspadai munculnya varian baru dan terus mengikuti protokol kesehatan, Anda juga perlu mengetahui bagaimana kondisi Covid-19 di Indonesia. Belakangan ini mungkin mulai bermunculan informasi mengenai pandemi yang akan menjadi endemi.

Namun, sebenarnya saat ini pemerintah sedang berusaha untuk memasuki fase deselerasi dalam penanganan Covid-19. Fase deselerasi ditandai dengan jumlah kasus positif yang terus menurun, baik karena adanya varian baru atau imunitas masyarakat sudah terbentuk. Memasuki fase deselerasi, sejumlah kebijakan akan dilonggarkan. Menurut pernyataan sejumlah epidemiolog pun saat ini Indonesia belum sampai di fase endemi.

Perlu diketahui bahwa ada lima fase yang harus dilewati sebelum benar-benar terbebas dari pandemi Covid-19. Adapun lima fase itu terdiri dari pandemi, deselerasi, endemi, eliminasi, dan fase terakhir adalah eradikasi atau reduksi.

Untuk bisa melewati semua fase tersebut, seluruh pihak harus bekerja sama untuk mengutamakan protokol kesehatan dan vaksinasi. Meski mobilitas lebih loggar, protokol kesehatan harus tetap dijalankan dengan ketat. Masyarakat tak bosan-bosannya diingatkan untuk selalu menggunakan masker, rajin cuci tangan, melakukan vaksinasi, menjaga jarak, menghindari kerumunan, mengurangi mobilitas, dan melakukan antisipasi dengan diam di rumah bila mengalami gejala.

Merek Vaksin Covid-19 Apa yang Paling Banyak Digunakan di Dunia?

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Jika Anda tertarik untuk membaca tulisan Dian Afrillia lainnya, silakan klik tautan ini arsip artikel Dian Afrillia.

Terima kasih telah membaca sampai di sini