Taman Nasional Komodo dan Dilema Ancaman Pariwisata yang Merusak Ekosistem

Taman Nasional Komodo dan Dilema Ancaman Pariwisata yang Merusak Ekosistem
info gambar utama

Rasanya mustahil ada yang tidak mengenal Pulau Komodo. Bagi para wisatawan baik yang berasal dari dalam maupun luar negeri, destinasi satu ini bisa dibilang jadi tujuan wajib yang mesti ada dalam daftar wisata setidaknya sekali seumur hidup.

Memang, Pulau Komodo, Labuan Bajo dan sekitarnya telah menjadi destinasi wisata favorit yang oleh pemerintah Indonesia sendiri, bahkan dirancang sebagai Kawasan Strategis Pariwisata Nasional (KSPN).

Namun, di balik langkah penetapan tersebut yang bertujuan untuk meningkatkan geliat pariwisata tanah air, terutama dengan target mendatangkan angka wisatawan sebanyak-banyaknya hingga hitungan jutaan, rupanya ada pertaruhan yang mengorbankan pelestarian sekaligus kelangsungan ekosistem di Pulau Komodo itu sendiri.

Bagaimana hal tersebut bisa terjadi?

Sosok di Balik Terpilihnya Pulau Komodo Sebagai Bagian dari 7 Keajaiban Dunia

Wisatawan merusak kedamaian kalong di langit Pulau Komodo

Beberapa waktu lalu, lini media sosial ramai dengan pemberitaan yang menyertakan sebuah video kurang elok di kawasan wisata Taman Nasional (TN) Komodo. Dalam video yang beredar, terlihat sekelompok wisatawan yang berada di atas sebuah kapal pinisi menyalakan kembang api yang di arahkan ke atas langit.

Usut punya usut, kejadian tersebut secara spesifik terjadi di Pulau Kalong. Sekadar informasi, di kawasan TN Komodo sendiri ada dua pulau yg dikenal dengan nama Pulau Kalong. Satu di dekat Pulau Komodo dan satu lagi di dekat Pulau Rinca, yang juga dikenal dengan nama Pulau Koaba.

Sementara itu peristiwa yang terjadi di video disebut berada di Pulau Kalong yang berada di dekat kawasan Pulau Rinca.

Kegiatan wisatawan dalam video tersebut mengundang reaksi amarah masyarakat Indonesia, lantaran mereka terlihat menyalakan kembang api yang diarahkan langsung ke gerombolan kalong atau kelelawar, yang selama ini terkenal selalu menghiasi langit komodo terutama di saat senja.

Masih dalam video yang sama, memang terlihat jika akibat perbuatan tersebut kalong yang berada di langit terlihat menjadi terbang tak beraturan. Meski di akhir video kelompok wisatawan tersebut menghentikan kegiatannya karena diteriaki oleh masyarakat lokal yang merekam kejadian dari kapal lain. Namun hal tersebut rupanya tidak serta-merta menghentikan amarah masyarakat di jagat media sosial.

Benarkah Komodo Terancam Punah karena Perubahan Iklim?

Bukti wisatawan dan pelaku pariwisata kurang teredukasi?

Semenjak kejadian tersebut viral, belakangan terungkap jika kegiatan menyalakan kembang api dilakukan oleh wisatawan dari dalam negeri, yang disebut-sebut sedang merayakan momen ulang tahun. Namun yang lebih membuat miris, kegiatan tersebut disetujui dan dilakukan oleh pengelola kapal pinisi.

Seperti yang kita ketahui, kegiatan wisata berupa berlayar di atas kapal pinisi sendiri memang sedang populer di kawasan TN Komodo dan Labuan Bajo. Dan lagi pengelola termasuk mereka yang menjadi kru dan tour guide di kapal tersebut tak sedikit yang berasal dari masyarakat lokal.

Namun menurut pemberitaan yang beredar, dalam sebuah grup pesan singkat yang disinyalir berisi pengelola kapal pinisi di TN Komodo, kru atau perwakilan pinisi yang menyalakan kembang api tersebut meminta maaf dan mengaku tidak mengetahui jika kegiatan tersebut dilarang.

Jika memang alasan ketidaktahuan itu benar, tragisnya hal tersebut justru menjadi bukti jika tenaga pariwisata, termasuk wisatawan yang notabene-nya berasal dari masyarakat lokal itu sendiri masih kurang teredukasi.

Padahal, sejak lama pengelola Balai Taman Nasional (BTN) Komodo telah memberikan edukasi paling mudah diterima, melalui akun media sosial yang mengimbau aktivitas apa saja yang tidak boleh dilakukan di kawasan TN Komodo.

Dari imbauan yang dipublikasi, terlihat jika setidaknya ada enam jenis kegiatan yang dilarang dilakukan, yakni menggunakan jetski, menyalakan api unggun, melakukan pesta BBQ, berkemah, merokok, dan terakhir menyalakan kembang api.

Hal-hal yang berpotensi menyulut api dilarang karena dikhawatirkan dapat menyebabkan kebakaran di area savana. Bukan tanpa alasan, karena pada tahun 2018 lalu pernah terjadi kebakaran di salah satu titik area yang dimaksud.

Waktu itu, penyebab kebakaran disebut terjadi karena dua kemungkinan, yaitu karena aktivitas BBQ dan kembang api yang dinyalakan oleh wisatawan yang melakukan sesi foto untuk pre-wedding.

Terulangnya kembali kejadian aktivitas kembang api sedikit membuktikan jika memang aktivitas pariwisata di kawasan TN Komodo masih belum dikelola dengan baik, bahkan oleh pelaku pariwisatanya sendiri.

Padahal, baik pelaku usaha atau wisatawan yang melakukan aktivitas terlarang di TN Komodo dan terbukti merusak ekosistem, dapat diancam hukuman pidana. Terbaru, Pemda dan pengelola TN Komodo disebut berjanji akan memanggil orang-orang yang terlibat dalam kegiatan yang terekam di video kemarin.

Sembari menunggu bukti dan realisasinya, kita hanya bisa berharap jika pengelolaan pariwisata baik bagi pelaku usaha dan wisatawannya sendiri dapat lebih teredukasi.

Pembangunan Kawasan Gua Batu Cermin Labuan Bajo, Kini Andalkan Masyarakat Lokal

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Jika Anda tertarik untuk membaca tulisan Siti Nur Arifa lainnya, silakan klik tautan ini arsip artikel Siti Nur Arifa.

Terima kasih telah membaca sampai di sini