Prospek dan Pentingnya Profesi Ahli Kelautan di Indonesia

Prospek dan Pentingnya Profesi Ahli Kelautan di Indonesia
info gambar utama

Bicara mengenai profesi yang berhubungan dengan laut, kebanyakan orang akan langsung teringat akan nelayan. Padahal di samping itu, masih ada sejumlah profesi yang berkaitan erat dengan habitat istimewa satu ini.

Jenisnya beragam mulai dari teknisi kelautan hingga penyelam di berbagai bidang seperti penyelam polisi (police diver), arkeolog kelautan, dan masih banyak lagi. Namun di samping itu, terdapat satu jenis profesi yang nyatanya memiliki peran penting dalam upaya untuk menjaga kelestarian lingkungan laut sepanjang waktu, yakni ahli kelautan atau oseanografer.

Meski memiliki cakupan pekerjaan yang luas dan fokus bidang yang bercabang, secara garis besar seorang ahli kelautan bekerja dengan melakukan penelitian tentang kondisi laut di berbagai wilayah. Tak jarang, seorang ahli kelautan juga bertanggung jawab mengelola kawasan konservasi di perairan.

Selain menangani masalah kelautan, seorang tenaga ahli kelautan biasanya melakukan riset, observasi, dan pemantauan potensi kelautan tanpa merusak alam.

Nantinya, hasil kerja seorang ahli kelautan yang biasanya disusun dalam bentuk laporan akan digunakan untuk berbagai kepentingan krusial seperti ilmu pengetahuan, eksplorasi sumber daya alam, serta kepentingan pemerintah di instansi terkait seperti Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP).

Seperti apa prospek dari profesi ahli kelautan?

Mengenal Profesi Penyelam yang Jaga Kelangsungan Infrastruktur Bawah Laut

Selalu dibutuhkan

Pada tahun 2014, Indonesia pernah kekurangan ahli kelautan sebanyak 2.400 orang. Mengutip Medcom, kala itu pemerintah membutuhkan 2.400 tenaga ahli kelautan untuk mengelola 76 kawasan konservasi perairan di dalam negeri.

Kebutuhan ini sendiri berangkat dari upaya KKP dalam mewujudkan 20 juta hektare kawasan konservasi perairan di seluruh Indonesia. Disebutkan bahwa semua negara tanpa kecuali pasalnya memiliki kewajiban menjaga laut. Dengan demikian, pemerintah membutuhkan banyak tenaga terdidik dan terlatih.

Itu baru yang dibutuhkan dari segi pemerintah saja, sedangkan kebutuhan tak kalah besar juga banyak dimiliki oleh pihak swasta yang bergerak di bidang serupa. Seperti misalnya lembaga penelitian, organisasi konservasi alam, dan lain-lain.

Dr. Ir. Agustedi, Direktur Program Pascasarjana Pengelolaan Sumber Daya Perairan, Pesisir dan Kelautan Universitas Bung Hatta pada tahun 2021 lalu mengungkap, jika Indonesia membutuhkan lebih dari 200 ribu orang tenaga kerja ahli di bidang eksplorasi dan pengolahan hasil laut.

Menjadi Penyelam Profesional, Bagaimana Caranya?

Gambaran pekerjaan seorang ahli kelautan

Memiliki cakupan pekerjaan yang luas, setidaknya gambaran mengenai seperti apa perjalanan yang dilalui seorang ahli kelautan dapat diketahui dari sosok Purwanto. Ia adalah seorang konservasionis terumbu karang sekaligus ahli ikan karang yang sudah berkecimpung di bidang oseanografi sejak tahun 2000.

Purwanto merupakan Sarjana llmu Kelautan dari Universitas Diponegoro, Semarang. Karier pertamanya di dunia kelautan dimulai setelah bergabung dengan The Nature Conservancy, dan bertugas memonitor bawah laut Taman Nasional Pulau Komodo.

Mengisi jabatan fish and coral monitoring officer, ia bertugas memantau koral dan ikan. Secara spesifik tanggung jawabnya adalah belajar mengidentifikasi pari, manta, hiu, ikan karang, dan biota laut lainnya.

Tak selalu berjalan mulus, Purwanto rupanya juga kerap memiliki beberapa kali pengalaman membahayakan yang menganam nyawa. Namun satu yang paling diingat, menurutnya adalah saat menghadapi kejadian penangkapan ikan dengan bom ledakan, saat dirinya sedang memonitor kondisi biota di bawah laut.

”Saat itu pas monitoring juga, di kedalaman 10 meter lebih, ada yang ngebom ikan. Jaraknya mungkin 3-4 kilometer, tetapi rasa-rasanya kayak di atas kepala. Dhuaarr! begitu,” jelasnya, dalam Kompas.com.

Pekerjaan yang dilakukan Purwanto juga tak jauh berbeda dengan yang dilakukan oleh Rizya Legawa Ardiwijaya. Dengan latar belakang pendidikan Ilmu Kelautan dan Perikanan Institus Pertanian Bogor (IPB), ia juga bekerja sebagai spesialis konservasi terumbu karang di The Nature Conservancy.

Terungkap jika satu hard skill utama yang harus dimiliki oleh seorang ahli kelautan adalah kemampuan menyelam. Tidak sembarangan, kemampuan tersebut pun harus sudah diakui dengan kepemilikan sertifikasi internasional.

Karena itu tak heran, jika biasanya seorang ahli kelautan juga akan melalui tahap pelatihan khusus hingga uji menyelam untuk memulai perjalanan kariernya.

Kampung Akuarium, Jejak Laboratorium Oseanografi Terbesar di Asia Tenggara

Jalan menjadi ahli kelautan

Dibutuhkan latar belakang khusus, seperti yang telah disebutkan jika memang biasanya mereka yang ingin terjun menjadi seorang ahli kelautan terlebih dulu megambil studi di jurusan terkait. Adapun jurusan yang dimaksud yakni Biologi, serta yang paling umum dan utama yakni Ilmu Kelautan dan Perikanan.

Di Indonesia sendiri, saat ini sudah ada cukup banyak perguruan tinggi baik negeri ataupun swasta yang sudah memiliki jurusan tersebut. Berdasarkan data di Badan Akreditasi Nasional (BAN) PT, setidaknya ada 33 universitas yang memiliki jurusan Ilmu Kelautan dan Perikanan, di mana beberapa di antaranya memiliki akreditasi unggul.

Adapun beberapa universitas yang dimaksud terdiri dari Universitas Padjajaran, Universitas Brawijaya, Universitas Diponegoro, IPB, dan masih banyak lagi.

Yang perlu dipahami untuk menjadi ahli kelautan, orang tersebut juga harus memiliki kesadaran yang tinggi dan peduli terhadap lingkungan karena cakupan pekerjaan yang akan berkaitan secara langsung.

Sebelum menjadi ahli yang sebenarnya, orang yang dimaksud diharapkan dapat benar-benar lebih paham mengenai pentingnya larangan membuang sampah sembarangan, mengurangi penggunaan plastik atau bahan-bahan yang tidak mudah hancur lainnya.

Bukti Nyata Unpad Dukung Konservasi Laut

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Jika Anda tertarik untuk membaca tulisan Siti Nur Arifa lainnya, silakan klik tautan ini arsip artikel Siti Nur Arifa.

SA
MI
Tim Editor arrow

Terima kasih telah membaca sampai di sini