Sosok Ratu Kidul hingga Nabi Khidir dalam Penghormatan Para Pemetik Laut

Sosok Ratu Kidul hingga Nabi Khidir dalam Penghormatan Para Pemetik Laut
info gambar utama

Laut sering kali memainkan peran peran penting dalam setiap upacara keagamaan dan kebudayaan. Beberapa kelompok masyarakat percaya bahwa laut adalah rumah bagi para dewa dan dewi, dan ombak akan membawa pulang roh ke tempat asal.

Petik Laut menjadi salah satu tradisi masyarakat pesisir yang bertujuan sebagai ungkapan rasa syukur atas hasil tangkapan ikan yang melimpah, sekaligus permohonan agar selalu mendapatkan keselamatan atau tolak bala.

Ritual Petik Laut dikaitkan dengan sebuah legenda salah satunya dalam kitab Marsodo Mancing, yaitu kisah dua bersaudara yang memancing dengan kail emas dan berhasil menangkap Ratu Rejo Mino.

Ritual Petik Laut, Kosmologi Masyarakat Banyuwangi untuk Lestarikan Alam

Ratu Rejo Mino (the lesser spirit) dipercaya sebagai ratu penguasa ikan-ikan di laut dan memiliki kekuasaan untuk melimpahkan ikan atau tidak. Selain Ratu Kidul, Suku Osing juga mempercayai sosok spiritual yang mereka juluki Ratu Ikan ini.

“Sang Ratu mengatakan bahwa dia akan memberikan banyak ikan jika setiap Muharram masyarakat melakukan ritual laut,” ucap Nur Ainiyah dalam Islam, Osing dalam Bingkai Tradisi dan Kosmologi: Studi Nelayan Kedungrejo-Banyuwangi yang dimuat oleh Historia.

Legenda menjadi tradisi

Versi lain menyebut tradisi Petik Laut dimulai dengan kedatangan seorang nelayan dari Timor yang bernama Sayyid Yusuf ke Muncar, bersamaan waktunya dengan penyebaran agama Islam di Blambangan.

Sosok ini dikenal sebagai seorang yang sakti dan suka membantu masyarakat sekitar. Suatu ketika ikan-ikan di laut Muncar seolah menghilang. Ditambah lagi, banyak nelayan menemui ajal oleh ganasnya ombak.

Sosok ini kemudian memanjatkan doa dan menyertakan dengan kesenian gandrung yang disukainya. Ajaibnya, setelah upacara tersebut, malapetaka itu pun sirna. Sejak itulah upacara Petik Laut diadakan setiap tahun.

Selamatan Laut, antara Merawat Tradisi dan Rayuan Pariwisata

Sayid Yusuf ini dimakamkan di Tanjung Sembulungan dan masih dikeramatkan sebagian masyarakat nelayan Muncar. Tempat ini juga menjadi lokasi terakhir dari rangkaian kegiatan upacara Petik Laut.

Terlibatnya kesenian gandrung dipercaya karena Sayyid Yusuf menyukainya. Selain itu ada juga yang percaya sosok ini menikahi seorang penari gandrung dari orang Osing. Hingga suatu ketika penari tersebut meninggal dan dimakamkan di dekat pantai.

Kemudian setelah ritual dipraktikkan turun-temurun, arus perubahan terjadi seiring menguatnya pengaruh kiai dari kalangan pesantren di daerah Muncar. Ritual yang semula hanya merupakan ritual kecil berkembang jadi ritual besar.

“Ritual Petik Laut yang semula hanya merupakan ritual kecil para nelayan dan masih terpengaruh kuat dengan animisme dan dinamisme, kemudian berkembang menjadi ritual besar yang banyak dihiasi unsur-unsur Islam,” tulis Eko Setiawan dalam Eksistensi Budaya Bahari Tradisi Petik Laut di Muncar Banyuwangi.

Pembawa berkah

Ritual ini memang erat kaitannya dengan kepercayaan bahwa laut dan segala isinya ada yang menjaga. Nelayan dapat selamat dan memperoleh ikan karena izin dari penjaga laut yakni Ratu Kidul.

Ratu Kidul mensiratkan kekuatan magis di dalam lautan, serta merupakan penguasa laut. Penguasa laut yang milik lautan dan segala isi di dalamnya. Isi lautan berupa ikan-ikan yang dikehendaki nelayan sebagai mata pencaharian para nelayan.

“Agar ikan selalu ada, agar ikan selalu banyak, sehingga nelayan dapat memperoleh ikan dengan banyak keuntungan,” papar Annisa, Juwinda, dan Lim Khoiria dalam Makna Doa Pangrokat dalam Tradisi Petik Laut Muncar di Dusun Kalimati Banyuwangi.

Ritual Maut dan Mistisme Ratu Kidul bagi Masyarakat Pesisir Laut Selatan

Nur Ainiyah menyebut objek penting lain dari persembahan ritual Petik Laut adalah Nabi Khidir. Sosok ini dijelaskan dalam Al Quran, bahwa dia hidup abadi sampai akhir zaman dan hidupnya di laut atau di pantai.

Masyarakat nelayan Islam Desa Kedungrejo, Kecamatan Muncar, meyakini bahwa laut dan isinya dijaga Nabi Khidir. Mereka berharap bisa bertemu dengan sosok ini agar bisa mengubah nasib.

“Hal ini cukup beralasan karena Nabi Khidir adalah sosok suci yang setiap permintaannya dikabulkan oleh Allah,” tulis Nur Ainiyah.

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Jika Anda tertarik untuk membaca tulisan Rizky Kusumo lainnya, silakan klik tautan ini arsip artikel Rizky Kusumo.

Terima kasih telah membaca sampai di sini