Dari 20 Spesies Pinus yang Ada di Dunia, 1 di Antaranya Endemik dari Indonesia

Dari 20 Spesies Pinus yang Ada di Dunia, 1 di Antaranya Endemik dari Indonesia
info gambar utama

Pohon pinus kini semakin populer dan dikenal lewat keberadaan hutannya yang kerap jadi destinawi wisata favorit. Namun di samping itu, kayu pinus juga merupakan salah satu jenis kayu tropis yang memiliki nilai ekonomi tinggi.

Mengutip laman tentangkayu.com, disebutkan jika setidaknya ada sekitar 20 jenis kayu pinus dengan nama berbeda di dunia. Dari 20 jenis tersebut, terdapat 2 jenis yang umum dikenal dengan kualitas baik di pasar kayu, yakni Pinus radiata dan Pinus merkusii.

Semakin istimewa, karena salah satu spesies pinus tersebut yakni Pinus merkusii merupakan pohon endemik Indonesia, yang berasal dari pulau Sumatra.

Dikenal dengan nama global merkus pine, di Indonesia pinus merkusi lebih umum disebut dengan nama tusam sumatra. Sesuai namanya, pohon ini pertama kali ditemukan di daerah Sipirok, Tapanuli Selatan, oleh seorang ahli botani dari Jerman bernama Dr. F. R. Junghuhn.

Selain di Indonesia, keberadaannya kemudian menyebar di wilayah Asia Tenggara meliputi Kamboja, Vietnam, Malaysia, Phillipina, Myanmar dan Laos.

Misteri Tradisi Masangin: Lewati Dua Pohon Beringin Kembar untuk Dapatkan Berkah

Mengenal karakter tusam sumatra

Pinus merkusii/tusam sumatra (planterandforester.com)
info gambar

Penyebaran tusam Sumatra yang meluas bisa terjadi bukan tanpa alasan. Pasalnya, pohon ini merupakan jenis pinus yang tidak memerlukan syarat tempat tumbuh khusus. Keberadaannya bisa dijumpai dan dapat tumbuh dengan cepat di berbagai jenis tanah, bahkan pada tanah dengan kadar pH asam.

Biasanya, tusam sumatra yang tumbuh dengan baik kerap ditemui pada sebuah lahan yang berada di ketinggian 400-2.000 mdpl.

Tusam sumatra atau pinus merkusi dapat tumbuh hingga tinggi mencapai 20-40 meter, dengan diameter 70-90 sentimeter. Pada beberapa tempat, ada pohon yang memiliki diameter hingga 100-145 sentimeter.

Kulit batang pohon pinus ini berwarna coklat kelabu hingga coklat tua dan tidak mudah mengelupas. Sedangkan bagian daunnya identik menyerupai jarum dengan panjang kurang lebih 10-20 sentimeter. Hal paling identik lain dari pinus adalah bijinya, yang memiliki bentuk kerucut dan bersisik.

Palahlar, Pohon Endemik Nusakambangan dengan Kayu Berkualitas

3 manfaat tinggi tusam Sumatra

Secara garis besar, tusam Sumatra memiliki manfaat yang dapat dibagi ke dalam tiga bidang, yakni ekologi, sosial, dan ekonomi. Pertama untuk manfaat ekologi, tusam sumatra dapat membentuk vegetasi permanen yang mendukung fungsi hidrologi dan konservasi lahan.

Kedua, karena dijadikan sebagai pohon budidaya yang kerap membentuk kawasan wisata, hutan pinus biasanya menghidupkan sosialisasi antar masyarakat sekitarnya. Budidaya pohon ini juga kerap dimanfaatkan para pengrajin untuk membuat kerajinan dari bijinya yang memiliki bentuk unik.

Terakhir, pinus/tusam sumatra jelas memiliki nilai ekonomi yang tinggi karena kayunya kerap dimanfaatkan untuk berbagai kebutuhan. Kayu dari pohon ini biasanya banyak dimanfaatkan untuk bahan kontruksi bangunan, bahan pembuatan korek api, hingga kertas serat rajang.

Selain itu, bagian batang tusam sumatra ternyata banyak dijadikan sebagai bahan pengharum atau parfum. Hal tersebut yang membuat bagian batangnya terkadang memiliki harga cukup mahal.

Bagian lain yang tak kalah bernilai dari pohon satu ini adalah getahnya. Getah pohon pinus masuk dalam jenis oleoresin yang merupakan cairan asam resin, dan bisa dipanen saat usia pohon sudah mencapai 10 tahun.

Getah yang dimaksud dapat diolah menjadi wujud gondorukem dan terpentin. Dua material tersebut merupakan bahan yang banyak dimanfaatkan dalam pembuatan sabun, tinta, cat, pengencer, serta bahan baku aromatik dan disinfektan.

Misteri Pohon Aren, Jelmaan Seorang Wanita yang Ingin Memberi Manfaat

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Jika Anda tertarik untuk membaca tulisan Siti Nur Arifa lainnya, silakan klik tautan ini arsip artikel Siti Nur Arifa.

Terima kasih telah membaca sampai di sini