Selangkah Lebih Dekat dengan Pulau Weh: Pulau Vulkanik di Ujung Barat Indonesia

Selangkah Lebih Dekat dengan Pulau Weh: Pulau Vulkanik di Ujung Barat Indonesia
info gambar utama

Pulau Weh adalah salah satu pulau terluar di ujung Barat Indonesia. Barangkali kalian pernah mendengar bahwa pulau paling barat Indonesia bukanlah Pulau Weh, tetapi pulau Benggala, sebuah pulau batu vulkanik tak berpenghuni.

Yah Informasi itu benar adanya. Jika kita membicarakan batas negara Indonesia di sisi Barat, maka pulau Benggala patokannya, bukan pulau Weh atau Sabang.

Namun jika kita ingin mengetahui pulau berpenghuni apa yang ada di ujung paling Barat Indonesia, maka pulau Weh jawabannya.

Ada banyak fakta menarik soal Pulau Weh ini, mulai dari cerita rakyat tentang nama, proses terbentuknya pulau tersebut, hingga panorama bawah lautnya bak surga bagi para penyelam dunia.

Seperti apa kisahnya? Mari baca uraian singkat di bawah ini.

Sejarah Kenapa Dinamakan Pulau Weh

Berdasarkan mitologi yang beredar, bahwa nama Pulau Weh berasal dari kisah pertarungan antara naga dan raksasa. Singkat cerita, akhirnya kepala dan tubuh dari naga yang kalah dibuang terpisah oleh raksasa tersebut.

Kepala (ulee) naga yang telah terputus (lheuh) dibuang oleh Raksasa (Seulawah Agam) ke lokasi yang saat ini dikenal dengan Ulee Lheue, sebuah kampung yang masuk ke dalam wilayah administratif Kecamatan Meuraksa, Kota Banda Aceh.

Adapun tubuh naga dilempar ke tengah lautan. Tubuh inilah yang kemudian menjadi cikal bakal terbentuknya Pulau Weh. Itulah sebab kenapa pulau tersebut dinamakan Weh yang dalam bahasa Aceh berati "pindah atau terpisah".

Perlu kalian ketahui bahwa Weh itu adalah nama pulaunya, sedangkan Sabang adalah nama kota di pulau tersebut. Pulau Weh atau kota Sabang berada di wilayah administratif Provinsi Banda Aceh.

Menurut catatan ahli bahwa pulau ini pernah terhubung dengan Pulau Sumatra, namun kemudian terpisah oleh laut setelah meletusnya gunung berapi terakhir kali pada zaman Pleistosen (11 ribu tahun lalu).

Sekilas Fisiografis Pulau Weh

Pulau Weh terletak di Laut Andaman, tempat 2 kelompok kepulauan, yaitu Kepulauan Nikobar dan Kepulauan Andaman, tersebar dalam satu garis dari Sumatra sampai lempeng Burma.

Pulau ini hanyalah pulau kecil dengan luas 120,7 km², tetapi memiliki banyak pegunungan. Puncak tertinggi pulau ini adalah sebuah gunung berapi fumarolik dengan tinggi 617 meter (2024 kaki).

Di kedalaman sembilan meter (29,5 kaki) dekat dari kota Sabang, terdapat fumarol bawah laut yakni lubang di dasar laut yang mengeluarkan asap.

Terdapat empat pulau kecil yang mengelilingi Pulau Weh yakni Klah, Rubiah, Seulako, dan Rondo. Di antara keempatnya, Rubiah terkenal sebagai tempat pariwisata menyelam karena terumbu karangnya.

Mayoritas dari populasi tersebut adalah suku Aceh dan sisanya Minangkabau, Jawa, Batak, dan Tionghoa. Tidak diketahui kapan pulau ini pertama kali dihuni. Islam adalah agama utama, karena Aceh adalah provinsi khusus yang menetapkan hukum Syariah.

Namun, terdapat beberapa orang Kristen dan Buddha di pulau ini. Mereka kebanyakan bersuku Jawa, Batak, dan Tionghoa.

Pulau Weh: Menjadi Kawasan Perdagangan dan Pelabuhan Bebas

Melansir laman pemerintah kota sabang, bahwa dulu salah satu keistimewaan Pulau Weh dan kota Sabang sebelum Perang Dunia II adalah ia menjadi pelabuhan terpenting di selat Malaka, jauh lebih penting dibandingkan Temasek (Singapura).

Tidak hanya itu, pulau ini juga menjadi saksi bisu kisah tenggelamnya Kapal Sophie Reickmers, sebuah kapal kargo buatan Jerman yang kejar-kejar oleh Kapal Inggris saat Perang Dunia II.

Kemudian bagian kota Sabang sendiri dijuluki Kota Seribu Benteng. Di daerah ini ada ribuan benteng peninggalan Angkatan Laut Jepang yang sebagian di antaranya masih berdiri kokoh.

Saat ini setiap tahunnya, tidak kurang 50.000 kapal melewati Selat Malaka sehingga pada tahun 2000, pemerintah Indonesia menyatakan Sabang sebagai Zona Perdagangan Bebas dan Pelabuhan Bebas.

Keistimewaan Pulau Weh: Titik Nol Kilometer hingga Surga Bagi Penyelam

Nah selain rentetan peristiwa historis tersebut, Pulau Weh juga telah ditetapkan sebagai Titik Nol bagian Barat Indonesia. Tugunya dibangun dengan cat putih dan tingginya sekitar 43,6 meter di atas permukaan laut.

Dan yang paling menarik dari pulau Weh ini tentunya panorama bawah lautnya. Ia bak surga bagi para penyelam maupun para pencinta pantai.

Bagi kalian yang berniat menyelam (diving) atau sekadar snorkling di permukaan laut, maka Pulau Rubiah adalah titik penyelaman paling tepat.

Di Pulau Rubiah ini terdapat keragaman berbagai jenis ikan dan terumbu karang yang indah. Kalian dengan mudah menjumpai kumpulan ikan (schooling fish) yang berenang di seputaran terumbu karang tersebut.

Adapun, biaya menyewa peralatan snorkling rata-rata sekitar Rp40.000. Sedangkan biaya satu kali menyelam sekitar Rp400.000.

Tengok juga fakta-fakta menarik dari penjuru Timur Indonesia di Pulau Liki, ujung Utara Indonesia di pulau Miangas, dan ujung Selatan Indonesia di Pulau Rote

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Jika Anda tertarik untuk membaca tulisan Achmad Faizal lainnya, silakan klik tautan ini arsip artikel Achmad Faizal.

Terima kasih telah membaca sampai di sini