Mengapa Banyak Orang Palembang yang Mirip Orang Tionghoa?

Mengapa Banyak Orang Palembang yang Mirip Orang Tionghoa?
info gambar utama

Indonesia memang punya banyak suku bangsa. Di setiap pulau wilayah, setidaknya keragaman suku bangsa ini bisa tercermin dari kebudayaan yang berbeda, bahasa, serta ciri fisik.

Bicara soal fisik, memang suku-suku di Indonesia kebanyakan memiliki kulit sawo matang atau kuning langsat. Lain halnya dengan sisi timur nusantara yang kebanyakan memiliki kulit gelap.

Tapi, orang Palembang ini agak berbeda. Banyak masyarakat yang berasal dari Suku Palembang punya kulit yang putih dengan mata yang sipit, mirip seperti orang yang berasal dari Asia Timur.

Bahkan, tak jarang orang Palembang kerap dikira sebagai orang Tionghoa. Selain orang Palembang, ada pula suku-suku Indonesia lain yang memiliki rupa layaknya orang Tionghoa seperti Dayak dan Manado. Suku tersebut juga tentunya memiliki sejarah masing-masing.

Yang jadi pertanyaan, mengapa banyak orang Palembang punya ciri fisik yang demikian?

Mencicipi Hidangan Tradisional Khas Palembang Selain Pempek

Perkawinan Campur

Kampung Kapitan, pemukiman etnis Tionghoa tertua di Palembang | @joshcanonphotography (Instagram)
info gambar

Dengan kota yang berusia tua, banyak peristiwa yang terjadi di Palembang, termasuk itu mengenai pertemuan dengan suku bangsa lain.

Sejak dulu, wilayah Palembang terkenal sebagai pusat perdagangan. Banyak kapal-kapal bangsa asing yang singgah ke wilayah ini. Apalagi untuk ke Sungai Musi di Palembang ini juga melewati perairan yang cukup ramai, yaitu Selat Bangka. Gelombang perdagangan ini mulai ramai di era dinasti Ming.

Lalu, pada awal abad ke-15, Laksamana Cheng Ho yang berasal dari Cina daratan diutus untuk datang ke Palembang bersama dengan para pengikutnya.

Kedatangannya punya maksud untuk menumpas bajak laut Chen Zuyi dari Guandong sekaligus menyebarkan agama Islam di wilayah tersebut dan menetap dalam jangka waktu yang cukup lama.

Hingga akhirnya, Laksamana Cheng Ho pun meminang wanita pribumi. Begitu pula dengan para prajuritnya. Keturunan mereka pun menghasilkan fisik yang merupakan campuran wajah pribumi dengan Tionghoa.

Catatan berita dari cina pada zaman dahulu juga menyebutkan kalau banyak pedagang asal Cina yang menikah dengan penduduk lokal dan akhirnya memutuskan untuk tetap tinggal di Palembang. Bahkan, sebelum Cheng Ho datang, sudah ditemukan pemukiman yang berisi orang-orang Tionghoa.

Ratu Sinuhun: Tonggak Lahirnya Undang-Undang Ramah Perempuan di Palembang

Pernikahan Sultan Palembang dengan Perempuan Keturunan Tionghoa

Perempuan Palembang | commons.wikimedia.org (Sinandoh)
info gambar

Maju beberapa ratus tahun setelahnya, perkawinan campur ini juga dilakukan oleh Sultan Palembang Darussalam yang ke-4.

Ia adalah Sultan Mahmud Badaruddin I, pemimpin yang berkuasa sejak 1724-1757. Sebagaimana tertulis dalam buku Ungrounded Empires: The Cultural Politics of Modern Chinese Transnationalism karangan Aihwa Ong dan Donald Nonini, sang sultan menikahi seorang perempuan keturunan Cina.

Perkawinan campur ini juga dilakukan oleh para orang-orang kerajaan dan bangsawan lainnya.

Pada masa itu pula, sang sultan juga menjalin hubungan dengan banyak orang-orang keturunan Tionghoa dan menjadikannya orang-orang yang membantu dalam mengelola tambang timah di Bangka. Bisa dikatakan kalau mereka ini tergolong sebagai pejabat untuk tambang timah.

Para pejabat tambang ini pun melakukan kontrak untuk mengirim buruh dari Cina daratan secara besar-besaran sebagai pekerja tambang. Hingga akhirnya, gelombang migrasi ini membuat orang-orang Tionghoa banyak menetap di Palembang dan Bangka, kemudian melakukan perkawinan campur pula.

Hingga akhirnya, banyak orang-orang Palembang yang memiliki wajah seperti orang-orang Tionghoa hingga sekarang. Apakah di antara pembaca artikel ini ada yang keturunan Palembang dan kerap disangka sebagai orang Tionghoa juga?

Suasana Panas Perebutan Pulau Timah yang Sebabkan Runtuhnya Kesultanan Palembang

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Jika Anda tertarik untuk membaca tulisan Muhammad Fazer Mileneo lainnya, silakan klik tautan ini arsip artikel Muhammad Fazer Mileneo.

MM
SA
Tim Editor arrow

Terima kasih telah membaca sampai di sini