Tragedi Itaewon, Mengapa Henti Jantung Bisa Terjadi?

Tragedi Itaewon, Mengapa Henti Jantung Bisa Terjadi?
info gambar utama

Tragedi perayaan Halloween di Itaewon, Korea Selatan masih menyisakan tanda tanya. Sejumlah warga berspekulasi bahwa tragedi yang merenggut nyawa 155 orang itu terjadi karena beberapa hal, seperti pengguna narkoba yang berkelahi, permen misterius, hingga sesak napas hebat karena berdesak-desakan.

Ketika tragedi terjadi, Tim Cepat Tanggap Korea Selatan menerima sedikitnya 81 panggilan dengan gejala sesak napas. Hal itu diduga terjadi akibat henti jantung. Menyoal sisi medis dalam tragedi Itaewon ini, apa sebetulnya henting jantung tersebut?

Henti jantung atau sudden cardiac arrest (SCA) merupakan kondisi ketika jantung tiba-tiba berhenti berdetak. Akibatnya, pemompaan darah ke otak dan organ vital lainnya berhenti secara mendadak. Dalam sekejap mata, henti jantung bisa merenggut nyawa apabila tidak diobati sesegera mungkin.

Henti jantung dikategorikan sebagai kondisi darurat medis. Itu karena nyaris seluruh orang yang terkena henti jantung berujung meregang nyawa. Melansir National Heart, Lung, and Blood Institute, sembilan dari sepuluh pasien henti jantung meninggal dunia dalam hitungan menit.

Penyakit Jantung Bisa Dipelajari di Komik Karya Anak Bangsa Ini

Dinukil dari MedlinePlus, henti jantung berbeda dengan serangan jantung. Selama serangan jantung terjadi, aliran darah ke jantung tersumbat dan biasanya jantung tidak berhenti berdetak, sedangkan henti jantung membuat organ penting bagi manusia itu berhenti berdetak secara tiba-tiba.

Penyebab Henti Jantung dan Faktor Risikonya

Penyebab utama terjadinya henti jantung berhubungan dengan aritmia atau irama jantung yang tidak teratur. Manusia sejatinya memiliki sistem kelistrikan di dalam jantung yang mengontrol laju dan ritme detak. Ketika henti jantung terjadi, sistem kelistrikan jantung tidak berfungsi.

Henti jantung menyebabkan aritmia menjadi tidak teratur dan membuat jantung berdetak terlalu cepat atau terlalu lambat. Kondisi tersebut berujung menyebabkan jantung berhenti memompa darah ke seluruh tubuh.

Ada beberapa penyakit atau kondisi tertentu yang membuat henti jantung terjadi. Fibrilasi ventrikel, misalnya, kondisi ini terjadi ketika ventrikel (rongga bawah jantung) tidak berdetak secara normal. Selain itu, penyakit jantung iskemik juga bisa meningkatkan risiko terjadinya henti jantung.

Keren! Mahasiswa UI Ciptakan Cardium, Alat Pendeteksi Risiko Jantung dan Diabetes

Beberapa kondisi fisik juga berpotensi menyebabkan henti jantung. Contohnya, aktivitas fisik yang intens yang membuat tubuh melepas hormon adrenalin secara berlebihan, rendahnya kadar kalium atau magnesium dalam darah, dan kekurangan oksigen yang sangat parah.

Henting jantung semakin berisiko dialami oleh orang-orang yang memiliki penyakit penyerta, seperti pasien coronary artery disease (CAD), memiliki riwayat detak jantung tidak teratur, memiliki riwayat henti jantung dalam keluarga, diabetes, atau pernah mengalami serangan jantung dan gagal jantung.

Tidak hanya itu, orang lanjut usia (lansia) dan orang-orang yang memiliki masalah dengan penggunaan narkoba dan alkohol juga memiliki risiko tinggi terkena henti jantung.

Hari Jantung Sedunia: Cegah Penyakit Kardiovaskular di Masa Pandemi

Tanda-Tanda Henti Jantung

Ada beberapa tanda yang bisa diketahui sebelum henti jantung terjadi. Umumnya, tanda pertama henti jantung adalah kehilangan kesadaran atau pingsan. Kondisi ini terjadi ketika jantung berhenti berdetak.

Beberapa orang juga mengalami detak jantung yang tidak karuan atau pusing sesaat sebelum pingsan. Sejumlah malfungsi tubuh lainnya juga mungkin dirasakan, seperti dada, sesak napas, mual, atau muntah.

Terlepas dari tanda-tanda tersebut, henti jantung terjadi tanpa peringatan. Oleh karena itu, jika Kawan berisiko tinggi terkena henti jantung, periksakan diri secara rutin ke dokter dan hindari gaya hidup yang bisa meningkatkan risiko terkena penyakit mematikan ini.

Referensi: National Heart, Lung, and Blood Institute | MedlinePlus

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Artikel ini dibuat oleh Kawan GNFI, dengan mematuhi aturan menulis di GNFI. Isi artikel ini sepenuhnya menjadi tanggung jawab penulis. Laporkan tulisan.

F
KO
Tim Editor arrow

Terima kasih telah membaca sampai di sini