Benarkah Perilaku Hewan Bisa Jadi Pertanda Datangnya Bencana Alam?

Benarkah Perilaku Hewan Bisa Jadi Pertanda Datangnya Bencana Alam?
info gambar utama

Pada dasarnya bencana merupakan salah satu fenomena alam merugikan yang tidak dapat diprediksi, terutama yang terjadi secara alami. Beberapa di antaranya sebut saja gempa bumi, gunung meletus, dan tsunami.

Tapi di lain sisi, kedatangan bencana rupanya kerap kali bisa diprediksi dengan melihat perilaku alam dan makhluk hidup di lingkungan sekitar, salah satunya hewan. Meski tak menjadi patokan baku dalam dunia pengetahuan atau sains, namun secara umum pemahaman tersebut kerap menjadi patokan secara tersirat.

Terdapat beberapa kepercayaan yang saat ini banyak diyakini mengenai perilaku sejumlah hewan yang disebut menandakan akan terjadinya bencana. Misal, hewan hutan di gunung api seperti harimau atau kera yang turun ke pemukiman warga secara tak wajar, dipercaya menjadi pertanda akan terjadi erupsi.

Sampai yang terdengar tak masuk akal, yakni sapi yang disebut akan mengalami penurunan produksi susu selama enam hari, jika akan terjadi gempa dengan kekuatan besar.

Apakah benar hewan memiliki kemampuan mendeteksi bencana secara akurat? Dan apa saja deretan hewan yang dimaksud termasuk jenis bencana yang bisa mereka prediksi?

Musim Bencana, Pentingnya Memahami Tindakan Sigap Mitigasi Secara Mandiri

Laporan perilaku ‘aneh’ hewan sebelum bencana

Ilustrasi | Nelson Antoine/Shutterstock
info gambar

Bicara soal ‘bukti’, hingga saat ini memang ada banyak laporan mengenai perilaku hewan yang tak biasa beberapa saat menjelang bencana terjadi. Hal tersebut banyak dimuat dan menjadi latar belakang para ilmuwan melakukan penelitian lebih lanjut, dalam sebuah penelitian di berbagai jurnal sains.

Detailnya, banyak para penyintas bencana yang bersaksi sempat melihat perilaku aneh berbagai hewan, sebelum bencana melanda sejumlah negara di berbagai belahan dunia.

Di Indonesia misalnya, pada saat gempa berkekuatan 9,1 Magnitudo mengguncang Aceh dan menimbulkan tsunami hebat pada tahun 2004, laporan tersebut diperoleh.

Beberapa menit hingga jam sebelum gelombang air setinggi sembilan meter atau 30 kaki menghancurkan garis pantai, disebutkan bahwa beberapa hewan tampak memperlihatkan perilau yang dimaksud. Mereka (hewan) nampak seperti merasakan ada bahaya yang akan datang dan berusaha melarikan diri.

Menurut saksi mata yang dikutip dari penjelasan BBC News, ada sejumlah gajah yang berlari ke tempat lebih tinggi, dan hewan seperti anjing menolak untuk keluar rumah.

Hal yang sama rupanya juga pernah terjadi di pesisir Bang Koey Thailand, pada tahun yang sama. Penduduk setempat melaporkan ada sekawanan kerbau di tepi pantai yang tiba-tiba mengeluarkan suara keras dan menatap ke laut.

Gerombolan hewan tersebut kemudian berlari ke puncak bukit terdekat beberapa menit sebelum tsunami melanda.

Menilik asal-usulnya, masih mengutip sumber yang sama disebutkan bahwa referensi paling awal mengenai perilaku ‘aneh’ hewan sebelum bencana alam sudah tercatat muncul pada kisaran 373 tahun sebelum masehi (SM).

Fakta itu ditemukan oleh seorang sejarawan Yunani bernama Thucydides (Thukidides). Ia menemukan fakta bahwa tikus, anjing, ular, dan musang meninggalkan kota Helice pada hari-hari sebelum bencana gempa bumi.

Adapun laporan lain yang sediki lebih maju dalam catatan sejarah juga terlihat pada abad ke-18 dan 19, misalnya pada gempa Napoli yang terjadi pada tahun 1805. Beberapa menit sebelum bencana terjadi disebutkan bahwa sapi, domba, anjing, dan angsa mulai membuat ‘panggilan alarm’ secara bersamaan.

Lain itu pada tahun 1906, sekelompok kuda disebutkan berlari dengan panik ke tempat yang lebih tinggi saat terjadi gempa bumi San Francisco.

Nandong, Mitigasi Bencana Tsunami dengan Kearifan Lokal Masyarakat Simeulue

Perilaku hewan dapat menjadi sistem pengingat bencana?

Dari sebagian kecil peristiwa di atas, tak heran jika saat ini semakin banyak sejumlah illmuwan atau peneliti yang melakukan penelitian terkait. Tujuannya adalah untuk mengetahui apakah mungkin perilaku hewan dapat dijadikan sistem peringatan bencana alam secara akurat.

Salah satu penelitian skala besar yang telah berjalan mulai dilakukan lima tahun lalu, oleh tim yang dipimpin Martin Wikelski dari Institut Perilaku Hewan Max Planck di Jerman.

Studi ini melibatkan pencatatan pola pergerakan hewan yang berbeda yakni sapi, domba, dan anjing, di sebuah peternakan pada wilayah rawan gempa di Marches, Italia tengah.

Mengenai cara kerjanya, setiap hewan yang diobservasi dipasang semacam kalung dengan chip yang mengirim data pergerakan ke komputer pusat. Pengamatan tersebut berlangsung setiap beberapa menit selama kurang lebih enam bulan dari Oktober 2016 hingga April 2017.

Dalam periode itu pula, tercatat ada lebih dari 18.000 gempa di wilayah tersebut. Tentu jenisnya beragam, mulai dari gempa kecil berkekuatan hanya 0,4 Mag, hingga gempa dahsyat berkekuatan 6,6 Mag di Norcia.

Hasilnya, para peneliti menemukan bukti bahwa hewan ternak mulai mengubah perilaku mereka setidaknya saat 20 jam sebelum gempa terjadi.

"Semakin dekat hewan-hewan itu ke episentrum (pusat) guncangan yang akan datang, semakin awal mereka mengubah perilaku mereka," ujar Wikelski pada tahun 2020, merilis hasil penelitian tersebut

Memang, hingga saat ini belum ada kepastian yang secara konkrit bisa menjadikan perilaku ‘aneh’ hewan sebagai sistem peringatan bencana. Karena itu, di saat bersamaan sampai sekarang masih terus dilakukan penelitian lebih lanjut. Baik itu mengenai seberapa akurat peringatan yang dapat diberikan, hingga hewan jenis apa saja yang terbukti dapat memberikan peringatan bencana yang valid.

Melihat Ketangguhan Hagglund, Kendaraan Andalan Evakuasi Bencana Milik PMI Sejak 2010

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Jika Anda tertarik untuk membaca tulisan Siti Nur Arifa lainnya, silakan klik tautan ini arsip artikel Siti Nur Arifa.

Terima kasih telah membaca sampai di sini