Logam Tumang, Kerajinan Warisan Boyolali yang Terjaga Selama Berabad-abad

Logam Tumang, Kerajinan Warisan Boyolali yang Terjaga Selama Berabad-abad
info gambar utama

Boyolali biasanya identik dengan susu. Tetapi, tahukah Anda kalau Kabupaten Boyolali punya kerajinan logam yang sudah menjadi mata pencaharian masyarakat selama berabad-abad?

Sesuai namanya, logam ini diproduksi oleh para perajin yang ada di kawasan Dukuh Tumang, Desa Cepogo.

Bak kerajinan perak di Kotagede, Yogyakarta, kerajinan logam ini sudah menjadi mata pencaharian utama di wilayah Tumang. Hanya saja, bahan utama yang digunakan kebanyakan berasal dari tembaga dan kuningan.

Di sepanjang jalan desa, Anda bisa menemukan jajaran rumah yang berkembang menjadi tempat produksi dan penjualan logam. Dukuh Tumang juga menjadi satu-satunya sentra kerajinan logam di Indonesia yang masih menggunakan metode tradisional secara handmade.

Sebagaimana dikutip dari voi.id, per akhir 2021, Desa Cepogo memiliki sekitar 3000 kepala keluarga, dimana 2000 penduduknya berkecimpung dalam dunia kerajinan logam.

"Boyolali Kota Susu"

Profesi warisan selama ratusan tahun

Kerajinan Logam Tumang | Banten Aktual/Dennis
info gambar

Secara geografis, Dukuh Tumang berada di antara kaki Gunung Merapi dan Merbabu. Pilihan mata pencaharian di wilayah dengan tanah subur seperti ini umumnya adalah petani atau peternak.

Namun, ada saat ketika semua ini berubah.

Pergantian profesi secara besar-besaran ini tak lepas dari pengaruh salah satu keluarga kerajaan Mataram Islam yang bernama Kyai Rogosasi pada abad ke-16. Saat itu, ia menetap di Tumang bersama empu-empu yang mendampinginya.

Kyai Rogosasi dan salah satu empu yang bernama Supondriyo punya keahlian untuk membuat senjata dari logam. Namun, karena di masa itu sedang tidak ada perang, keterampilan mengolah senjata ini mereka alihkan untuk membuat alat rumah tangga berbahan dasar logam.

Hal ini menarik perhatian masyarakat Dukuh Tumang pada saat itu. Perlahan, mereka mulai mempelajari keahlian tersebut. Hasil yang baik pun didapatkan dengan penjualan yang menguntungkan.

Seiring waktu, keahlian ini mereka ajarkan secara turun temurun hingga generasi sekarang. Bahkan, warga di luar Dukuh Tumang yang masih berada dalam kawasan Desa Cepogo pun turut menjadi pelaku industri kerajinan logam.

Melacak Keraton Pengging, Asal Mula Kerajaan Pajang yang Lenyap di Boyolali

Sempat redup hingga bisa menembus pasar mancanegara

Menurut penelitian dari Institut Seni Indonesia (ISI) Surakarta, industri ini sempat redup pada era 1980-an karena serbuan alat rumah tangga berbahan aluminium.

Agar industri tidak mati, warga pun mencoba mengembangkan logam yang bernilai estetika. Semangat warga untuk berinovasi ini pun membuahkan hasil. Benda hiasan seperti lampu gantung, jam dinding, ukiran gambar, dan kaligrafi pun menjadi produk yang diminati.

Kualitas dari kerajinan logam tumang ini tergolong sangat baik di kancah nasional. Pasarnya pun sudah mencapai mancanegara.

Dilansir dari serambibisnis.com, sebanyak 53% kerajinan logam warga Tumang dipasarkan ke luar negeri. Sementara sisanya adalah untuk pasar lokal.

Baik warga dan pemerintah senantiasa berusaha mempertahankan kerajinan ini. Berkat hal tersebut, pada akhir 2021, logam Tumang tercatat sebagai Warisan Budaya Takbenda (WBTB) oleh Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek).

8 Destinasi Wisata Boyolali

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Jika Anda tertarik untuk membaca tulisan Muhammad Fazer Mileneo lainnya, silakan klik tautan ini arsip artikel Muhammad Fazer Mileneo.

MM
SA
Tim Editor arrow

Terima kasih telah membaca sampai di sini