Fakta Rencong - Senjata Tradisional Aceh yang Terilhami Kalimat Basmalah

Fakta Rencong - Senjata Tradisional Aceh yang Terilhami Kalimat Basmalah
info gambar utama

Apakah kalian pernah mendengar Tanah Rencong?.

Dialah Nangroe Aceh Darussalam yang selain terkenal dengan nama kota Serambi Mekah juga dikenal dengan Tanah Rencong.

Lantas kenapa disebut sebagai Tanah Rencong?.

Ya, karena di Aceh ini terdapat senjata tradisional khas yang bernama Rencong yang sekaligus menjadi simbol kebanggaan masyarakat Aceh.

Tidak seperti keris yang tersebar di Sumatera, Jawa dan Bali, Rencong ini hanya dapat dijumpai di bumi Aceh.

Menariknya senjata Rencong ini terinspirasi dari kalimat Basmalah dan ia juga menjadi saksi bisu dahsyatnya peperangan masyarakat Aceh melawan para penjajah.

Seperti apa kisahnya? Yuk simak ulasan berdaging berikut ini.

Sejarah Penggunaan Rencong dalam Peperangan

Pada jaman dahulu Rencong atau Rintjong ini digunakan oleh raja-raja, kaum bangsawan Aceh maupun para pejuang Aceh dalam melawan penjajahan.

Senjata ini pertama kali berlaga dalam peperangan tatkala ia digunakan melawan Portugis tepatnya pada masa Kesultanan Aceh dibawah pemerintahan Sultan Ali Muqhayat Syah. Ia juga sebagai Sultan Aceh pertama pada kurun 1514-1528.

Yang paling legendaris adalah kisah Laksamana Malahayati, Panglima Perang Perempuan pertama di dunia. Ia berhasil mengantarkan Cornelis de Houtman, Kapten Armada Belanda, ke liang lahatnya menggunakan Rencong pada 1599.

Kemudian Rencong juga berhasil unjuk gigi selama Perang Aceh (1873-1904). Dan tentu saja tidak sedikit tentara Belanda yang kena tikam rencong oleh para pejuang dan rakyat Aceh.

Keberadaan rencong tercatat dalam Hikayat Pocut Muhamat pada abad ke-18. Karya sastra tersebut menceritakan tokoh Pocut Muhamat memberi perintah “membuat senjata rencong” sehingga untuk keperluan itu “besi terkumpul dari segala penjuru”

Desain Rencong Terinpirasi dari Kalimat Bismillah

Menurut Barbara Leigh, Peneliti Australia mengatakan bahwa Rencong sama seperti keris, mendapat pengaruh dari bentuk senjata kebudayaan Dong Son di Vietnam Utara, yang sudah ada sejak abad ke-1 Masehi.

Namun setelah Peradaban Islam masuk ke Aceh, barulah Rencong disesuaikan dengan lafaz-lafaz Arab karena dianggap lebih fleksibel.

Gagangnya yang melekuk kemudian menebal pada sikunya mewakili aksara Arab "Ba", bujuran gagangnya melambangkan aksara "Sin", bentuk lancip yang menurun kebawah pada pangkal besi dekat dengan gagangnya seperti aksara "Mim", lajur besi dari pangkal gagang hingga dekat ujungnya sebagai simbol aksara "Lam", ujung yang meruncing dengan dataran sebelah atas mendatar dan bagian bawah yang sedikit keatas merupakan aksara "Ha".

Sehingga rangkaian dari aksara Ba, Sin, Lam, dan Ha itulah yang mewujudkan kalimat Bismillah. Maka, bentuk rencong ini dianggap mewakili bentuk kalimat bismillah.

Kepemilikan Rencong berdasarkan Strata Sosial Seseorang

Rencong memiliki beberapa tingkatan atau derajat sesuai strata sosial pemiliknya. Untuk Rencong Meupucok yang terbuat dari emas dengan mata pisau yang berukir ayat suci Al Quran hanya dimiliki oleh Sultan maupun Uleebalang (bangsawan).

Golongan ulama memakai rencong meucugek dengan gagang dilapisi suasa (logam campuran emas dengan tembaga). Sedangkan rakyat biasa menggunakan rencong meucugek dengan gagang dilapisi perak atau bahkan terbuat dari kayu maupun tanduk.

Namun seiring perkembangan waktu, Rencong kini banyak digunakan secara luas oleh masyarakat Aceh, baik sebagai senjata juga sebagai aksesoris dan peralatan sehari-hari.

Rumitnya Proses Pembuatan Rencong

Proses pembuatan Rencong memakan waktu dan tingkat kemahiran tertentu, sehingga tidak sembarang orang dapat membuatnya.

Melansir laman indonesiakya.com bahwa Mula-mula besi ditempa lalu dibakar dengan api bersuhu tinggi. Bersamaan dengan itu, perajin merancang dan menempa besi itu menjadi mata pisau.

Selesai pembakaran dan besi menjadi dingin, dia membersihkannya dari karat dengan asam. Mata pisau yang telah terbentuk dihaluskan menggunakan kikir lalu diberi hiasan.

Tahap selanjutnya membuat gagang dan sarung dari bahan tanduk, kayu kemuning, gading, bahkan terkadang perak atau emas.

Perajin membentuk lekukan gagang dengan besi bulat dan melubanginya pakai bor. Gagang yang telah terbentuk diberi hiasan maupun ukiran. Setelah pisau terbentuk sempurna diperhalus dengan kertas pasir.

Jenis-Jenis Rencong Aceh

Dibalik kehebatan Rencong, ternyata ia memiliki beberapa jenis yang didasarkan pada desainnya. Sebagaimana diungkapkan dalam laman acehprov.go.id bahwa ada 4 jenis Rencong, yakni;

Pertama, Rencong Pudo. Senjata ini dianggap belum sempurna karena gagangnya lurus dan pendek.

Kedua, Rencong Meukure yang diberi hiasan pada mata pisaunya dan dianggap punya kekuatan magis.

Ketiga, Rencong Meupucok yang memiliki pucuk dan biasanya terbuat dari emas pada atas gagangnya. Ini yang dipakai oleh para Sultan dan Uleebalang.

Keempat, Rencong Meucugek yang pada gagangnya terdapat cugek (bentuk panahan dan perekat) agar mudah dipegang dan tak lepas waktu menikam badan lawan.

Fungsi Rencong bagi Orang Aceh dari Makhluk Halus

Rencong memiliki beragam fungsi selain sebagai senjata peperangan dan simbol keberanian yang kerapkali diselipkan pada bagian depan sang pemilik.

Misalnya Rencong dipakai sebagai alat perlindungan dari gangguan roh halus atau kerasukan. Hal ini dijelaskan oleh Sri Waryanti dari Balai Pelestarian Sejarah dan Nilai Tradisional Banda Aceh dalam “Makna Rencong bagi Ureueng Aceh” di jurnal Patanjala Vol. 5 No. 3, September 2013.

Rencong juga dipakai sebgai aksesoris pada upacara pernikahan dan upacara penting lainnya.

Sebagai perkakas, rencong biasa digunakan untuk melubangi pelepah rumbiah untuk dijadikan dinding rumah –kecuali jenis rencong tertentu yang dianggap bernilai religius.

Baca juga: 7 Senjata Tradisional Indonesia Paling Mematikan dan Punya Daya Magis

Referensi: indonesiakaya.com | budaya-indonesia.org | petabudaya.belajar.kemdikbud.go.id | acehprov.go.id

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Jika Anda tertarik untuk membaca tulisan Achmad Faizal lainnya, silakan klik tautan ini arsip artikel Achmad Faizal.

Terima kasih telah membaca sampai di sini