Pohon Kapur: Berkah Tanaman yang Berikan Kemasyhuran Bagi Barus ke Dunia

Pohon Kapur: Berkah Tanaman yang Berikan Kemasyhuran Bagi Barus ke Dunia
info gambar utama

Pohon kapur (Dryobalanops aromatica) merupakan sebatang pohon tumbuh menjulang di tengah kebun karet. Lingkar batangnya tak terjangkau pelukan tangan orang dewasa, menandakan umurnya yang tak lagi muda.

Kepala Desa Aek Dakka, Kecamatan Barus, Tapanuli Tengah, Sumatra Utara, Jahiruddin Pasaribu menyebut pohon kapur dengan kulit berwarna merah kehitaman merupakan tanaman langka yang pernah memasyhurkan Pulau Sumatra.

Peneliti Claude Guillot dalam buku Barus Seribu Tahun yang Lalu (2008) menyebutkan catatan tentang kamper yang tertua berasal dari awal abad ke 4 Masehi. Catatan ini terdapat dalam kumpulan dokumen yang disebut surat-surat lama.

Dokumen tersebut ditemukan di Dunhuang (China) dan ditulis pedagang Sogdian yang menelusuri jalur sutra dengan istilah berdasarkan pada ejaan China, kprwh. Istilah kamper menurut Guillot juga dimuat dalam kronik Dinasti Liang, China (502-557).

Menyingkap Sejarah Barus, Bekas Pusat Emporium Internasional

“Sumber ini menarik sekali karena kamper dinamakan kamper Po-Lu, satu nama tempat yang bisa disamakan dengan Barus,” tulis Gulliot.

Catatan pertama mengenai kamper di dunia Barat terdapat dalam karya Actius dari Amida (502-578 M), dokter Yunani yang tinggal di Mesopotamia. Juga dilaporkan tahun 638 ketika pasukan Arab merebut Istana Chosroes II, ditemukan sejumlah tempayan berisi kamper.

Pada abad ke 9, ahli kimia dari Arab, Al Kindi menulis tentang manfaat dan pembuatan kapur barus dalam Kitab Kimianya Al-Itr. Catatan ini semakin mengutakan popularitas kapur barus. Bahkan hingga era kolonial kapur barus masih menjadi komoditas menarik.

Tanaman yang dicari

William Marsden, dalam bukunya History of Sumatra, kapur barus memiliki peran penting dalam perdagangan di Sumatra. Menurut catatannya, harga kapur barus saat itu sekitar 6 dollar spanyol per pon (0,5 kg).

Harga ini sama dengan emas di Sumatra saat itu. Di pasaran China, harga kapur barus lebih mahal, 9-12 dollar Spanyol per pon. Marsden menyebutkan perdagangan kapur barus saat itu dimonopoli orang-orang Aceh yang bermukim di Singkel (Singkil).

“Mereka (orang Aceh) menjual kepada orang Batak, selanjutnya dibeli orang China dan Eropa,” tulisnya.

Disebutkannya tingginya harga kapur barus saat itu karena banyak permintaan. Kapur barus jelas Marsden adalah obat yang berkhasiat yang membuat Sumatra dan Kalimantan termashyur di kalangan tabib Arab.

Kapur Barus Pengawet Fir’aun Ternyata dari Indonesia

Mahalnya harga, menurutnya karena disebabkan kesulitan mendapatkan kapur barus. Marsden menyebutkan pohon kapur atau kamper memang banyak ditemukan di bagian utara, Pulau Sumatra, tetapi tidak semuanya menghasilkan kapur barus.

“Setiap rombongan pencari kapur barus biasanya ditemani seorang ahli “sihir” yang dapat menentukan nama pohon (kamper) yang ada kapur barusnya, bahkan selama menjelajahi hutan selama 2-3 bulan itu tidak mendapatkan hasil memuaskan,” sebutnya.

Banyak tiruan

Marsden menyebut pohon yang telah ditebang, akan dikelompokkan dalam gelondongan-gelondongan kecil. Jika gelondongan itu mengandung kapur barus, minyak kapur barus mentah tinggal diambil dari bagian tengah kayu tersebut.

Kapur barus berbentuk kristal besar dan hampir transparan disebut kepala, yang lebih kecil dengan potongan yang bersih disebut perut, dan potongan kecil yang digerus dari kayunya langsung disebut kaki.

“Penamaan ini dibuat sesuai khasiatnya untuk obat,” jelasnya.

Marsden juga menyebutkan, selain kapur yang diambil dari bentuk kristal, pohon kapur juga akan mengeluarkan cairan minyak saat ditebang. Setelah dipanaskan di terik matahari selama seminggu akan terlihat seperti kapur barus asli.

Dari Perdagangan Hingga Ditulis Dalam Al-Quran, Inilah Cerita tentang Kapur Barus

“Tetapi, ini jelas kapur barus paling jelek,” tulis Marsden.

Bahkan karena tingginya harga kapur barus membuat orang sejak dulu berupaya membuat tiruannya. Marsden mencatat, tahun 1700-an, pembuatan kapur barus tiruan telah dilakukan orang-orang China dan Jepang.

“Kapur tiruan dikirim ke Belanda dan diperhalus sampai menyerupai aslinya,” paparnya.

Belakangan diketahui kapur dari China dan Jepang itu berasal dari tumbuhan yang berbeda. Pohon kapur dari China dari jenis Cinnamomum camphora yang dari Jepang dari jenis Laurus Camphora.

Sejak awal tahun 1930-an kapur barus telah dibuat tiruannya dari alfa pinene, zat organik yang disuling dari jenis pohon cemara. Penemuan kamper sintetis berbahan dasar minyak pohon-pohon lain itu membuat harga kapur barus nyaris tak bernilai lagi.

“Kapur barus dengan mudah ditemukan dengan harganya relatif murah. Kapur barus bisa digunakan untuk mengusir bau dan serangga,” papar Ahmad Arif dkk dalam Sejarah Perdagangan: Riwayat Pohon Kapur dari Barus.

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Jika Anda tertarik untuk membaca tulisan Rizky Kusumo lainnya, silakan klik tautan ini arsip artikel Rizky Kusumo.

Terima kasih telah membaca sampai di sini