Merinding, Wisata Makam Para Leluhur Toraja

Merinding, Wisata Makam Para Leluhur Toraja
info gambar utama

#WritingChallegeKawanGNFI #CeritadariKawan #NegeriKolaborasi #MakinTahuIndonesia

Anda tidak akan menemukan wisata kuburan tanah di Toraja. Ada alasan mengapa tidak di temukan adanya kompleks makam menggunakan lahan tanah di Toraja. Masyarakat Toraja sangat menghargai nilai kehidupan, semua yang menjadi dasar di wilayah ini selalu berlandaskan alasan logis mengacu pada ajaran Aluk To dolo atau Alukta.

Seperti halnya bentuk pemakaman, semua menggunakan media batu, goa, batang pohon dan patane. Masyarakat Toraja percaya bahwa mereka akan terus beranak cucu dan memiliki rumpun keluarga yang sangat besar. Itu sebabnya jika menggunakan media tanah sebagai tempat pemakaman, artinya akan mengurangi atau menutup lahan untuk anak cucu mereka dalam menyambung hidup. Lebih baik menggunakan lahan tanah sebagai kebun atau membangun rumah.

Sedangkan untuk pemilihan media pemakaman, masyarakat Toraja begitu menghargai dan menghormati para leluhur dan rumpun keluarga. Mereka menempatkan jenazah di liang batu, goa, batang pohon, dan patane untuk menjaga orang terkasih agar tidak terkikis oleh tanah dan air. Inilah salah satu alasan berlangsungnya ritual Ma’nene’ atau membersihkan jenazah bagi sebagian wilayah di Toraja.

Makam Goa

Labirin kars yang terbentuk secara alami, di dalamnya terdapat tulang-belulang yang tersusun rapih. Terlihat sesajen berupa makanan, rokok, dan barang milik jenazah. Di depan goa disambut oleh tau-tau atau patung yang mirip dengan jenazah para bangsawan.

Uniknya lagi, di tebing goa akan terlihat erong tua atau peti jenazah yang tergantung, dan lagi terlihat banyak tulang belulang di sekeliling goa. Pemandangan tersebut akan anda jumpai di pemakaman Goa Londa.

Makam di Toraja | Foto: Kompas.com
info gambar

Konon katanya, tidak semua masyarakat Toraja bisa di makamkan di Goa Londa. Pemakaman ini diperuntukkan bagi penduduk lokal yang merupakan keturunan dari penduduk asli wilayah Londa. Penempatan jenazah juga tidak sembarangan, ada aturan yang mengikat

Jika Anda berkesempatan berkunjung di wisata ini, akan terlihat peti jenazah yang diletakkan pada puncak goa, digantung pada tebing dan terletak di dalam goa. Penempatan ini memiliki makna bahwa semakin tinggi penempatan jenazah, itu artinya jenazah tersebut merupakan bangsawan.

Lebih menakjubkan lagi, kuburan Gua Londa tidak tercium bebauan sama sekali, padahal ini termasuk tempat penguburan aktif. Apabila ingin masuk ke dalam Goa Londa, wajib ditemani oleh pemandu wisata yang sekaligus membawakan lampu petromaks. Jika tidak demikian, Anda akan tersesat dan bisa keluar di desa lain.

Catatan pentingnya adalah jika berada di sekitar Goa Londa, dilarang keras untuk menyentuh atau memindahkan tengkorak. Seseorang yang melanggarnya akan terkena konsekuensi melalui hukum adat.

Bercerita mengenai Goa Londa sepertinya tidak akan ada habisnya. Ketika berkunjung ke pemakaman Goa Londa, melihat mahakrya alam Toraja melalui goa alam, begitu takjub sekaligus merinding melihat keunikan dan nilai dari budaya Toraja. Ternyata tidak hanya Goa Londa saja yang menjadi pemakaman goa di Toraja, masih banyak wilayah lain yang juga terdapat pemakaman goa.

Makam Batu

Keunikan makam batu di Toraja tidak kalah menakjubkan. Bayangkan saja sebuah batu yang sangat besar dipahat secara tradisional dengan ukuran tertentu digunakan sebagai liang kubur. Tidak hanya terdapat satu liang melainkan begitu banyak liang kubur dalam satu batu besar. Bisa di bayangkan bagaimana rumitnya dalam memahat batu alam dengan peralatan tradisional, menghasilkan arsitektur makam yang unik

Satu liang Paa’ adalah milik satu rumpun keluarga, yang artinya satu liang tidak hanya terdapat satu jenazah melainkan lebih dari satu jenazah yang merupakan satu garis keturunan.

Proses pemahatan satu liang batu membutuhkan waktu sampai berbulan-bulan bahkan bertahun-tahun untuk menyelesaikan satu liang kubur. Biaya pembuatan satu liang batu membutuhkan biaya yang tidak sedikit.

Ada cerita dibalik proses pemahatan liang Paa’. Katanya, sebelum melakukan pemahatan satu liang kubur, ada ritual atau doa yang dilakukan untuk kelancaran pemahatan batu. Mereka menyebutnya ritual Disuru.

Sebelum pemahatan liang dilakukan, keluarga akan menyiapkan satu ekor babi dan melakukan doa di areal pemahatan makam. Setelah dilakukan ritual Disuru’, barulah pemahat mulai bekerja.

Ada juga cerita pamali dari proses pemahatan liang Paa’ yang juga mengacu dari ajaran Aluk to dolo, masyarakat Toraja percaya bahwa “Buroso tu liang ke dipakande tu to manggaraga liang” yang artinya akan banyak keluarga yang meninggal jika pekerja pemahat liang diberi makan oleh keluarga.

Itu sebabnya mereka yang bekerja memahat liang, akan memasak atau menyediakan makanan mereka sendiri. Setelah pemahatan liang Paa’ selesai, kembali di lakukan ritual yang disebut ‘Massabu Liang’ yang berarti mengucap syukur untuk kelancaran pembuatan liang Paa’. Ritual ini juga dilakukan di areal makam, dilakukan pemotongan babi bahkan ada juga yang menyiapkan kerbau serta dilakukan doa bersama.

Biaya yang diperlukan untuk pemahatan satu liang Paa’ seharga satu sampai empat ekor kerbau yang artinya puluhan sampai ratusan juta rupiah. Harga ditentukan dari ukuran dan kesepakatan antara keluarga dan pekerja liang.

Waktu pemahatan biasanya paling cepat 3 bulan bahkan sampai bertahun-tahun, kembali lagi dari seberapa besar ukuran dan jenis batu yang dipahat. Pekerja pemahat makam batu biasanya berkelompok yang terdiri dari 3-4 orang.

Dari prosesi pemakaman masyarakat Toraja menggunakan media batu pahat, serta biaya yang dikeluarkan untuk membuat satu liang kubur. Memiliki nilai yang berkesan bagi penulis, melihat bagaimana masyarakat Toraja mempersiapkan tempat peristirahatan terakhir untuk keluarga yang mereka kasihi. Tanpa melihat seberapa rumit dan seberapa besar biaya yang mereka korbankan untuk menjaga para leluhur mereka.

Referensi: Indonesia Kaya | Pos Flores

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Artikel ini dibuat oleh Kawan GNFI, dengan mematuhi aturan menulis di GNFI. Isi artikel ini sepenuhnya menjadi tanggung jawab penulis. Laporkan tulisan.

MK
KO
Tim Editor arrow

Terima kasih telah membaca sampai di sini