Soal Mitos Orang Jawa yang Dilarang Gelar Hajatan di Bulan Suro, Apa Alasannya?

Soal Mitos Orang Jawa yang Dilarang Gelar Hajatan di Bulan Suro, Apa Alasannya?
info gambar utama

Masyarakat Jawa memiliki pandangan bahwa hajatan di bulan Suro atau Muharram adalah sesuatu yang dilarang. Terutama menggelar pernikahan di bulan Suro yang tercatat dalam beberapa primbon Jawa.

Seperti Primbon Jawa Serbaguna karya R Gunasasmita yang menyebutkan agar tidak melaksanakan pernikahan dan hajat lainnya. Karena bila tetap menggelar hajatan akan mengalami kesukaran hidup dan rumah tangganya akan sering mengalami pertengkaran.

“Jangan dilanggar, karena kalau dilanggar akan mendapat kesukaran dan selalu bertengkar,” tulis Primbon Betaljemur Adammakna senadan.

Sinoman, Tradisi Gotong Royong Khas Masyarakat Jawa

Dua kitab Primbon Jawa tersebut tak menyebutkan secara detail terkait larangan menggelar hajatan di bulan Suro. Tetapi bagi masyarakat Jawa, bulan Suro dianggap sebagai bulan yang keramat.

Sementara itu Dosen Program Studi Sastra Indonesia Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia (UI) Dr Sunu Wasono mengatakan larangan menikah di bulan Suro dianggap sebagai mitos oleh sebagian masyarakat.

“Boleh juga dibilang mitos, tapi bagi orang Jawa yang masih setia atau konsisten kepada keyakinannya, larangan itu tak dianggap mitos. Mereka menganggap hal itu sebagai pedoman,” terang Sunu yang dimuat Kompas.

Bulan prihatin

Disebutkan oleh Sunu, pada umumnya masyarakat Jawa menghindari bulan Suro untuk menyelenggarakan pesta pernikahan sebab bulan itu dipercaya sebagai bulan penuh keprihatinan jadi masyarakat Jawa cenderung menghindari berpesta.

“Bulan Suro itu bulan prihatin. Tidak tepat melakukan kegiatan pesta di bulan seperti itu karena diyakini akan berakibat tidak baik jika ketentuan itu dilanggar,” jelasnya.

Budayawan Ahmad Tohari lantas menjelaskan bahwa larangan ini terkait dengan tragedi Karbala. Peristiwa itu menewaskan cucu kesayangan Nabi Muhammad SAW, Husain bin Ali bin Abi Thalib.

Slup-Slupan, Tradisi Syukuran Menempati Rumah Baru Bagi Masyarakat Jawa

Husein meninggal dalam perang melawan tentara Yazid bin Muawiyah dari Dinasti Ummayyah yang terjadi di dekat Sungai Efrat, 10 Muharram 61 Hijriah atau 10 Oktober 680 Masehi.

“Sisi baik di bulan Suro juga banyak. tetapi bagi orang Jawa menghindari hajatan di bulan Suro mungkin karena tahu kalau pada bulan Muharram ada peristiwa mengerikan yang menewaskan Husein di Padang Karbala,” katanya.

Dengan demikian, dia menduga larangan menggelar hajatan pada bulan Suro itu muncul sebagai bentuk penghormatan atas meninggalnya dua cucu kesayangan Nabi Muhammad SAW meskipun sebenarnya dasar pertimbangan kalender Jawa berbeda dengan Hijriah.

Terkait hari baik

Sementara itu Pengamat Budaya Universitas Sebelas Maret (UNS) Surakarta Prof. Dr Bani Sudardi menambahkan pada umumnya orang Jawa salah dalam menganggap larangan menikah sepanjang bulan Suro.

Karena menurutnya berdasarkan perhitungan primbon selaki rabi, pada dasarnya setiap bulan diperbolehkan menikah. Namun memang ada beberapa tanggal dan hari yang dianggap pantangan.

“Pada umumnya orang Jawa salah kaprah menganggap bulan Suro sebagai bulan yang celaka. Mereka tidak menggunakan petungan tetapi menggunakan ilmu yang oleh orang Jawa disebut sebagai ilmu gudel bingung atau ilmu anak kerbau yang bingung, artinya orang yang tidak menggunakan perhitungan-perhitungan yang semestinya,” terangnya.

Tradisi Rewang dan Peran Perempuan sebagai Penentu Kesuksesan Hajatan

Selain itu, sebagian masyarakat Jawa masih mempercayai hitungan hari atau bulan baik dan tidak baik dalam melakukan berbagai kegiatan, terutama kegiatan penting seperti pernikahan.

Adapun hitungan hari atau bulan baik dan tidak baik dapat dilihat pada primbon. Namun, dijelaskan oleh Bani tidak semua masyarakat Jawa memahami serta menganut kepercayaan akan primbon tersebut.

“Umumnya, orang Jawa tidak memilih bulan Suro untuk menyelenggarakan pesta pernikahan. Masyarakat Jawa mengenal hari baik (cocok) dan hari tidak baik (tidak cocok) dalam melaksanakan berbagai kegiatan,” ujarnya.

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Jika Anda tertarik untuk membaca tulisan Rizky Kusumo lainnya, silakan klik tautan ini arsip artikel Rizky Kusumo.

Terima kasih telah membaca sampai di sini