Mengunjungi Rumah Si Pitung, Rumah Panggung Tradisional Betawi di Pesisir Utara Jakarta

Mengunjungi Rumah Si Pitung, Rumah Panggung Tradisional Betawi di Pesisir Utara Jakarta
info gambar utama

Jakarta adalah rumah bagi kebudayaan Betawi. Selain sebagai identitas dari sebuah daerah, peninggalan kebudayaan Betawi juga bisa ditemukan di berbagai lokasi di kota ini.

Bicara soal tujuan wisata di Jakarta, mungkin kita semua sudah umum bila menyebutkan Monumen Nasional, Kota Tua, Dufan, Ragunan, atau TMII.

Selain dari destinasi wisata yang memang sudah mainstream tersebut, Jakarta juga menyimpan berbagai tujuan wisata sejarah dan budaya yang tidak kalah menarik untuk didatangi dan belum banyak orang yang mengetahuinya.

Termasuk salah satunya adalah Rumah Si Pitung yang berlokasi di Jl. Kampung Marunda Pulo, Kelurahan Marunda, Kecamatan Cilincing.

Kisah Pitung, Ilmu Rawa Rontek dan Peluru Emas Kepala Polisi Belanda

Bukanlah rumah Si Pitung

Nama Si Pitung bagi masyarakat Jakarta dan sekitarnya sudah santer sebagai sebuah kisah turun temurun yang erat dengan nilai kepahlawanan. Pitung terkenal sebagai seseorang yang berjuang membela masyarakat Betawi melawan ketidakadilan yang dilakukan oleh para penjajah,

Meskipun rumah yang satu ini bernama Rumah Si Pitung, namun nyatanya bangunan ini bukanlah tempat tinggal dari seseorang yang dikenal sebagai ‘Robin Hood’ asal Betawi sekaligus jawara yang disegani oleh Belanda tersebut.

Sebenarnya, rumah ini adalah milik dari seorang saudagar asal Makassar bernama H. Saifudin yang kebetulan menetap di wilayah pesisir Jakarta. Mengingat bahwa saat itu daerah Marunda disebut sebagai Ommelanden atau daerah yang menjadi pemukiman bagi orang-orang di luar Batavia, termasuk orang Bugis.

Warga Marunda menyebutnya sebagai Rumah Tinggi. Mengenai mengapa rumah ini namanya menjadi rumah Si Pitung pun memiliki banyak versi. Menurut kajian dari Dinas Kebudayaan Jakarta, salah satu ceritanya adalah karena dulu rumah ini sempat dirampok oleh Si Pitung.

Perampokan ini dilakukan oleh Si Pitung bersama kawannya yang bernama Jebul, Rais, dan Dji-ih. Mereka mencurigai bila H. Saifudin atau yang dikenal juga sebagai Sapiudin ini melakukan pemalsuan uang. Si Pitung dan kawan-kawannya pun menyamar sebagai pegawai pemerintah dalam melakukan aksinya.

Lalu, Sapiudin pun pasrah dan akhirnya menyerahkan uangnya tersebut. Pasca peristiwa ini, rumah ini pun diserahkan oleh para keturunan dari Sapiudin. Bangunan ini juga sempat difungsikan pula sebagai tempat latihan silat dan pengajian untuk masyarakat sekitar.

Versi lain menyebutkan bila rumah Sapiudin ini dulu kerap dikunjungi Pitung yang menjadi buronan Belanda. Karena lama kelamaan merasa tidak aman, akhirnya rumah ini pun diberikan Sapiudin kepada Pitung.

Legenda Buaya Putih Sang Penunggu Setu Babakan Jakarta dan Cinta Tak Direstui

Rumah panggung tradisional Betawi

Seiring berjalannya waktu, rumah panggung yang merupakan bangunan tradisional khas daerah Betawi di wilayah pesisir ini akhirnya diambil alih oleh Pemerintah DKI Jakarta pada 1972. Bangunan ini juga sudah ditetapkan menjadi cagar budaya sejak tahun 1993 yang dikelola Pemerintah Provinsi DKI Jakarta.

Rumah Si Pitung berdiri di atas sebuah lahan dengan luas 3000 meter persegi. Secara rupa bangunan, rumah ini memiliki desain rumah panggung tradisional Betawi yang didominasi oleh material berbahan kayu jati. Jenis rumah ini adalah salah satu varian gaya bangunan yang berkembang pada masyarakat Betawi.

Bangunan seperti ini kerap dijumpai di wilayah pesisir Jakarta. Banyak masyarakat yang mengatakan kalau bangunan seperti ini adalah rumah Bugis.

Meskipun begitu, sebenarnya rumah tradisional Betawi ini punya ciri khasnya tersendiri walaupun juga terpengaruh dari budaya-budaya luar Betawi karena memang daerah ini dulu menjadi pertemuan bagi orang-orang dari berbagai etnis, termasuk Bugis.

Kini, bangunan tradisional bergaya seperti ini tidak banyak lagi jumlahnya dan rumah Si Pitung ini adalah salah satu dari rumah panggung Betawi yang tersisa di kawasan Marunda.

Daya tarik sejarah dan budaya

Rumah Si Pitung ditopang oleh tiang yang berjumlah 56 buah yang cukup tinggi. Hal ini menyesuaikan dengan kondisi pesisir yang bisa saja air laut pasang sewaktu-waktu. Arah rumahnya menghadap ke utara, tepatnya ke arah Teluk Jakarta.

Di sini, pengunjung bisa menikmati nuansa khas Betawi zaman dulu yang sangat kental. Sebagai destinasi wisata yang kental akan nuansa sejarah dan budaya, tentunya pengunjung bisa mempelajari bagaimana kebudayaan Betawi serta bagaimana riwayatnya.

Interior dari rumah ini juga dilengkapi dengan berbagai koleksi benda-benda kuno dari Si Pitung dan masyarakat Betawi pada zaman dulu. Meskipun sebgian besar hanyalah sebuah replika karena barang yang asli sudah temakaqn zaman, namun tetap tidak mengurangi nilai edukasinya.

Tak ketinggalan, pengunjung juga bisa mencicipi kuliner khas Betawi seperti kerak telor dan belanja berbagai cinderamata di tempat ini. Pada waktu-waktu tertentu, di sini juga terdapat pertunjukan budaya tradisional Betawi seperti silat dan tari.

Rumah Si Pitung buka di hari Selasa-Minggu. Untuk masuk ke sini, harga tiketnya hanya 5000 rupiah untuk orang dewasa dan 1500 rupiah untuk pelajar. Jadi, apakah tertarik untuk datang ke rumah tradisional Betawi ini dan mempelajari sejarah dan budaya Betawi?

10 Motif Batik Betawi (Jakarta) yang Cantik beserta Maknanya

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Jika Anda tertarik untuk membaca tulisan Muhammad Fazer Mileneo lainnya, silakan klik tautan ini arsip artikel Muhammad Fazer Mileneo.

MM
SA
Tim Editor arrow

Terima kasih telah membaca sampai di sini