Mengenal Berbagai Senjata Perang Khas Suku Dayak

Mengenal Berbagai Senjata Perang Khas Suku Dayak
info gambar utama

Sebelum nusantara yang kita kenal ini bersatu menjadi sebuah negara bernama Indonesia, suku-suku di seluruh nusantara saling berjuang untuk memperebutkan wilayah musuh atau bahkan mempertahankan wilayah mereka melalui peperangan-peperangan besar yang menelan banyak korban jiwa. Salah satunya adalah suku Dayak yang terkenal dengan kemampuan perangnya di pedalaman hutan Kalimantan.

Peperangan diantara suku Dayak terjadi pada zaman Kayau, masa dimana para suku-suku Dayak saling memperebutkan kepala musuh untuk dijadikan trofi kemenangan ketika selesai berperang atau sebagai tanda kedewasaan seorang lelaki Dayak. Oleh karena itu, para lelaki dari suku Dayak harus berlatih seni perang menggunakan senjata-senjata tertentu agar mampu memenangkan pertempuran sekaligus membawa kepala musuh sebagai pembuktian keperkasaan mereka. Beberapa senjata ini memiliki bentuk yang unik serta fungsi tertentu.

MANDAU

Mandau| Foto:peashooter85.tumblr.com
info gambar

Mandau merupakan senjata tradisional suku Dayak yang seringkali digunakan untuk berperang atau memburu kepala musuh, selain itu Mandau juga kerap kali digunakan di dalam upacara-upacara adat. Bilah dan sarungnya, yang disebut sebagai Kumpang dalam bahasa Dayak Ngaju, adalah dua bagian yang tak bisa terpisahkan bagi sang pengguna Mandau.

Beberapa sub-suku Dayak memiliki penyebutan yang berbeda untuk senjata Mandau, salah satunya adalah suku Dayak Kenyah yang menyebut Mandau sebagai Parang Ilang, bahkan Mandau pun memiliki beberapa variasi bentuk yang berbeda dari bentuk Mandau pada umumnya.

Apabila kawan melihat bilah Mandau, maka para penempa senjata tersebut memang merancangnya sebagai senjata penebas, bukan senjata tusuk. Bilah Mandau memiliki bentuk menyerupai burung Tingang sehingga hanya memiliki satu sisi yang tajam, dan pengguna Mandau terkadang memberikan ukiran-ukiran di sisi Mandau yang tumpul. Selain itu, sarung Mandau pun biasanya diberikan ukiran-ukiran dan berbagai jimat yang disebut penyang sebagai alat perlindungan sang empunya Mandau. Gagangnya terbuat dari tanduk rusa dan dibentuk menyerupai kepala burung dengan ukiran yang menunjukkan status sosial sang pengguna dan tempat pembuatan Mandau tersebut.

TANGKITN

Tangkitn|Foto:eriksedge.com
info gambar

Tangkitn adalah senjata khas dari sub-suku Dayak Kanayatn dan Salako yang digunakan pada musim Bakayo (memburu kepala). Perbedaan yang mencolok antara Mandau dan Tangkitn terletak pada gagang dan bentuknya. Tangkitn sebenarnya tidak memiliki gagang layaknya Mandau yang terbuat dari tulang rusa, tapi gagangnya hanya dililit menggunakan kain merah dengan gantungan berupa samoop (batu manik dengan lubang ditengahnya). Bentuknya pun terlihat begitu berbeda dengan Mandau dimana hulu Tangkitn melengkung, sedangkan Mandau cenderung lurus. Hulu Tangkitn yang melengkung dan berbentuk seperti salib disebut sebagai Tangkitn perempuan, lalu hulu Tangkitn yang tidak memiliki tonjolan polos disebut sebagai Tangkitn laki-laki.

Menurut legenda, Tangkitn adalah senjata yang dimiliki oleh Kamang (Dewa Perang) kemudian Talino (Manusia) meniru bentuknya sebagai senjata untuk berperang dan mempertahankan diri. Senjata ini dianggap sebagai senjata keramat sehingga penempaannya harus dilakukan siang dan malam selama satu minggu secara bergantian sampai besi melebur, bahkan para penggunanya harus menyimpannya di tempat yang khusus.

LUNJU

Lonjo|Foto:merahputih.com
info gambar

Jika Mandau dan Tangkitn digunakan oleh suku Dayak sebagai senjata menebas, maka Lunju memiliki fungsi sebagai senjata tusuk saat berperang. Tidak hanya itu saja, Lunju juga sering digunakan untuk menghabisi lawan dengan senyap.

Lunju merupakan senjata tusuk berbentuk tombak yang memiliki tiga bahan utama, yaitu mata tombak, lembing, dan pengikat. Mata tombak pada Lunju terbuat dari besi, lembingnya terbuat dari kayu ulin, dan pengikatnya terbuat dari tali rotan. Kemudian, sebuah sipet (sumpit) yang berbentuk seperti tabung kecil diikatkan dengan tali rotan dekat mata tombak. Sumpit ini dapat digunakan untuk menyergap musuh dalam senyap karena tidak memiliki bunyi saat melesat dari Lunju. Anak sumpit yang disebut Damek juga direndam dalam racun yang berasal dari getah tumbuhan ipu atau siren sehingga efeknya sangat mematikan ketika mengenai bagian tubuh tertentu, terutama ketika mengenai leher.

TALAWANG

Talawang|Foto:kamerabudaya.com
info gambar

Suku Dayak tidak hanya memiliki senjata untuk menyerang, tetapi mereka juga memiliki sebuah bentuk senjata yang dapat digunakan untuk bertahan dari serangan musuh saat berperang. Senjata ini disebut Talawang atau perisai.

Talawang terbuat dari kayu ulin yang dibentuk menyerupai persegi panjang dengan ujung runcing di bagian atas dan bawah. Kayu ulin digunakan sebagai bahan pembuatan Talawang karena memiliki bobot yang ringan, tetapi mampu bertahan hingga ratusan tahun. Panjang Talawang sekitar 1-2 meter dengan lebar maksimal mencapai 50 cm. Bagian luar dari Talawang dihiasi ukiran-ukiran sakral yang identik dengan kebudayaan masyarakat Dayak, lalu pada bagian dalamnya diberikan sebuah pegangan untuk menggenggam Talawang.

Ukiran-ukiran pada bagian luar Talawang bukanlah sembarang ukiran belaka, konon ukiran-ukiran tersebut memiliki kekuatan magis dan dapat membangkitkan semangat bertempur bagi orang yang menyandangnya. Motif-motif ukiran pada Talawang biasanya berbentuk burung Tingang dan Kamang, dewa perang suku Dayak. Talawang digunakan sebagai senjata untuk bertahan dari tebasan Mandau atau hujaman tombak.

Referensi: Folksofdayak|Budaya Indonesia|Indonesia Kaya

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Artikel ini dibuat oleh Kawan GNFI, dengan mematuhi aturan menulis di GNFI. Isi artikel ini sepenuhnya menjadi tanggung jawab penulis. Laporkan tulisan.

CS
KO
Tim Editor arrow

Terima kasih telah membaca sampai di sini