Mengungkap Isi Prasasti Ampeldento dan Sosok Mahapatih Bernama Mpu Glen

Mengungkap Isi Prasasti Ampeldento dan Sosok Mahapatih Bernama Mpu Glen
info gambar utama

Isi Prasasti Ampeldento, Malang diungkap oleh Balai Pelestarian Kebudayaan Wilayah XI.
Prasasti tersebut berupa potongan batu yang sangat berharga karena menyebutkan dua tokoh dan angka tahun peristiwa yang terjadi saat itu.

Dinukil dari Youtube Balai Pelestarian Kebudayaan Wilayah XI, prasasti ini diduga peninggalan zaman Kerajaan Majapahit pada abad 14. Sayangnya Prasasti Ampeldento bentuknya tidak lagi utuh.

Diduga hanya tersisa bagian tengahnya saja, sedangkan bagian atas dan bawah prasasti belum ditemukan. Potongan prasasti ini hanya mencangkup tiga baris di dalamnya terdapat tulisan angka tahun yakni 1271 saka atau 1349 Masehi.

Ratusan Tahun Teronggok, Indonesia Akan Membawa Pulang Prasasti Pucangan dari India

“Walaupun hanya tiga baris yang kita warisi, tapi ternyata informasi ini banyak bermanfaat untuk penulisan sejarah kuno di Indonesia,” kata Ismail Lutfi, Ketua Ikatan Ahli Arkeologi Indonesia Komda Jawa Timur.

Lutfi menjelaskan di dalamnya ada keterangan yang penting namun sejumlah aksara memang sudah haus. Dirinya menjelaskan bahwa dari sisi paleografi, prasasti ini berasal dari periode sekitar 14-15 Masehi atau pertengahan zaman Kerajaan Majapahit.

Mengungkap sosok mahapatih

Pada rangkumannya, Lutfi mengatakan di dalam prasasti tersebut tertera tulisan Bhatara Sri Kertanegara yang merupakan raja terakhir dari Kerajaan Tumapel atau Singasari. Di prasasti tersebut Raja Kertanegara menetapkan tanah perdikan atau sima.

Peraturan ini, disebutkan oleh Lutfi, terus dilestarikan hingga masa pertengahan Kerajaan Majapahit. Kemudian tanah perdikan itu terus dilestarikan pada periode Majapahit, khususnya pada saat Majapahit dipegang patih bernama Mpu Glen.

Menurut Lutfi, nama tersebut juga tergolong sebagai nama modern. Sementara itu, dalam prasasti Ampeldento tersebut disebutkan bahwa sosok Mpu Glen menyandang kedudukan sebagai patih di Kerajaan Majapahit.

Misteri Prasasti Empu Sindok di Situs Gemekan, Benarkah Berisi Kutukan?

“Kemudian ada angka tahun 1271 Saka. Kemudian menyebut adanya seorang patih bernama Mpu Glen. Sejauh yang saya tahu nama patih Mpu Glen belum pernah dengar saya,” ujarnya.

Baginya, perlu penelurusan lagi hubungan antara Raja Kertanegara dengan Mpu Glen sebagai patih di Kerajaan Majapahit seperti yang tertulis dalam prasasti. Dia menduga keduanya mempunyai hubungan erat.

“Sangat mungkin (Mpu Glen keturunan Raja Kertanegara). Karena ada prasasti yang mirip ini. Yakni prasasti Gajah Mada yang ditemukan di Singosari (Malang) pada saat Gajah Mada menerbitkan prasastinya itu, dia mengawali dengan tahun kematian dari Kertanegara. Seolah-olah dia ingin menunjukkan klaim bahwa memiliki hubungan dengan raja terakhir Tumapel itu,” tegasnya.

Penguasa wilayah Malang

Sementara itu Arkeolog Dwi Cahyono menjelaskan bahwa bila Prasasti Ampeldento menyebut nama Mpu Glen, patut diduga dirinya merupakan penguasa wilayah di mana prasasti itu ditemukan.

Hal ini, jelasnya, berdasarkan dari penyebutan nama yang tertulis dalam prasasti berbahasa Jawa Kuno itu. Yakni Rakryan Apatih Mpu Glen. Dilanjutkannya bahwa jabatan rakryan hampir sama dengan rakai atau penguasa.

“Rakryan itu hampir sama dengan rakai. Yaitu penguasa yang memiliki wilayah yang lebih luas dari desa. Kalau tertera di prasasti. Ya berarti ada tokoh itu (Mpu Glen),” katanya yang dimuat Detik.

Hari Samida, Maknai Pohon di Bogor

Dwi menyatakan belum pernah melihat catatan mengenai Rakryan Apatih Mpu Glen. Dirinya juga belum pernah secara langsung melihat prasasti yang ditemukan 22 November 2022 lalu tersebut.

Tetapi dia menduga bahwa Mpu Glen merupakan tokoh atau pejabat lokal yang berlokasi di sub area timur Malang. Dugaan itu berdasarkan pada potongan prasasti Ampeldento yang ditemukan di Desa Ampeldento.

Disinggung angka tahun, Dwi menegaskan bahwa pada kurun waktu itu Kerajaan Majapahit tengah pada posisi kejayaan atau masa keemasan di bawah Raja Hayam Wuruk. Pada masa itu diduga mahapatihnya adalah Gajah Mada.

“Kalau angkat tahunnya 1349 Masehi, Majapahit dalam posisi masa keemasannya saat Raja Hayam Wuruk,” tandasnya.

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Jika Anda tertarik untuk membaca tulisan Rizky Kusumo lainnya, silakan klik tautan ini arsip artikel Rizky Kusumo.

Terima kasih telah membaca sampai di sini