Ereveld Kalibanteng, Berpetualang di Memoar Masa Perang

Ereveld Kalibanteng, Berpetualang di Memoar Masa Perang
info gambar utama

Terkungkung oleh hiruk pikuk ibukota, tidak banyak yang tahu bahwa terdapat titik perekam sejarah masa penjajahan puluhan tahun silam di Semarang.

Kota Semarang sendiri menyimpan berbagai kisah peninggalan era kependudukan Belanda di Indonesia, seperti yang paling terkenal adalah Lawang Sewu dan Kota Lama. Akan tetapi, tahukah Kawan bahwa di Semarang juga ada pemakaman bersejarah yang menyimpan ribuan kisah pilu hubungan Indonesia dengan Belanda?

Pada April 1949, Belanda menetapkan sejumlah pemakaman kehormatan untuk menyemayamkan prajurit Belanda yang gugur selama masa Perang Dunia II di Indonesia.

Belanda menunjuk Oorglogsgravenstichting atau biasa dikenal sebagai OGS sebagai lembaga yang mengelola dan merawat lebih dari 50.000 pemakaman di seluruh dunia. Pemakaman Evereld Kalibanteng di Semarang adalah salah satunya.

Tidak sekadar mengurus dan merawat taman makam kehormatan Evereld, OGS juga bertanggung jawab untuk menguraikan kisah-kisah sejarah yang tertoreh di tiap-tiap nisan. Terdapat lebih dari 3.000 korban perang yang dimakamkan di Ereveld.

Latar belakang prajurit yang dimakamkan di sini pun beragam, dibuktikan dengan terguratnya berbagai simbol nisan keagamaan mulai dari Kristen, Katolik, Yahudi, dan Islam.

Pada dasarnya, sebagian besar yang dimakamkan di Ereveld adalah warga sipil dan prajurit yang menjadi korban selama Perang Dunia II di Hindia Belanda. Mereka merupakan warga sipil dan prajurit Belanda yang gugur ketika masa perlawanan terhadap kependudukan Jepang yang mengambil alih Indonesia.

Terbaring damai seluruh pihak yang menjadi bagian dari kisah sejarah hubungan antara dua negara, Belanda dan Indonesia.

Memori dari Selatpanjang, Bandar yang Ramai Sejak Kesultanan Siak Riau

Unik dan Fotogenik

Kesan yang dihadirkan Evereld adalah paduan hamparan rumput hijau dan nisan putih bersih tanpa adanya sensasi horor atau menyeramkan seperti pemakaman kebanyakan.

Jalan setapak yang terbentang membelah area makam juga tampak rapi dan selalu asri. Seolah mengisyaratkan bahwa taman pemakaman ini bukan sekadar tempat peristirahatan biasa, melainkan taman kehormatan yang patut untuk dikunjungi sebagai bentuk refleksi.

Hampir seluruh area Evereld dipenuhi oleh pusara yang berjajar kaya akan nilai estetika. Evereld sangat cocok sebagai tempat yang dikunjungi guna melihat nilai sejarah dan indah untuk dinikmati.

“Fotogenik” mungkin cocok disandangkan pada tempat ini karena dari berbagai sisi, tempat ini dapat dipotret dengan apik lengkap dengan pemandangan pepohonan seperti beringin dan cemara.

Kawan dapat mengunjungi Ereveld hanya untuk sekadar refreshing dan menghilangkan penat sekaligus menilik tempat dengan nilai budaya yang tinggi.

Merasakan Kelezatan Sagu dalam Ingatan Seorang Wallace

Kisah Pilu Korban Perang

Selain makam, Kawan juga dapat menemukan berbagai monumen yang unik seperti Monumen Perempuan “Hun Geest Heeft Overwonnen”, Monumen Perempuan Tidak Dikenal, Monumen Anak Laki-laki ”Jongenskampen”, dan Monumen Penghormatan.

Tiap monumen yang berdiri di Evereld menyimpan cerita tentang pahitnya masa peralihan kependudukan Belanda dan Jepang di Indonesia, lebih khususnya di Semarang.

Patung Anak Laki-laki di Ereveld Kalibanteng
info gambar

Perempuan menjadi spotlight yang menarik di Ereveld karena secara khusus, Ereveld menghormati perjuangan perempuan Belanda pada masa sulit ketika perang. Hun geest heeft overwonnen sendiri mengartikan bahwa pikiran mereka telah ditaklukkan.

Ereveld menyoroti perempuan-perempuan yang berasal dari kamp konsentrasi dari berbagai wilayah seperti Ambarawa, Bangkong, hingga Halmahera yang berjuang hidup selama masa penindasan tentara Jepang di Indonesia.

Patung anak laki-laki juga merupakan tribut untuk anak-anak yang menjadi korban kejamnya masa perang di mana mereka dipaksa untuk bekerja sebagai romusha oleh tentara Jepang.

Batu peringatan yang terbuat dari marmer putih menjulang gagah sebagai Monumen Penghormatan bagi warga sipil dan prajurit yang tidak dapat dimakamkan. Monumen ini untuk menghormati korban khusus yang selama ini hilang atau jenazahnya sudah tidak dapat dikenali.

Terdapat juga deretan nisan dengan guratan Onbekend yang berarti tak dikenal dalam bahasa Belanda. Makam-makam ini merupakan persemayaman bagi korban perang yang tidak dikenal atau tanpa identitas.

Asal-Usul Dokter Hewan di Indonesia, Eksis Sejak Zaman Belanda

Dibuka untuk Umum

Ereveld Kalibanteng dibuka untuk umum oleh OGS sebagai langkah untuk mengajak masyarakat Indonesia menghormati persahabatan antara Indonesia dan Belanda. Pengunjung dapat masuk secara gratis dan menaati aturan yang diberlakukan seperti tidak membuang sampah sembarangan, tidak makan di area makam, dan tidak mengambil foto nisan untuk menghargai keluarga yang ditinggalkan.

Banyak juga warga Belanda yang kerap berkunjung ke Ereveld untuk menghormati leluhur dan menghargai kedamaian melalui perjalanan spiritual di pemakaman. Harapannya, pemerintah Indonesia dapat secara serius memperkenalkan Ereveld sebagai cagar budaya yang dapat dikenal oleh seluruh lapisan masyarakat. Hal ini agar masyarakat Indonesia tidak luput dalam mengenal sejarah sebelum kemerdekaan.

Mengenal Indonesia lebih dalam harus diiringi dengan menyelami kisah-kisah sejarah yang rentan untuk dilupakan. Melalui memoar masa perang seperti Ereveld ini, Kawan dapat merenungkan bahwa perdamaian dunia adalah keinginan setiap hati manusia.

Persahabatan yang dibangun antara Indonesia dengan Belanda setelah masa kelam selama puluhan tahun menunjukkan bahwa keamanan dan perdamaian adalah kekuatan yang abadi.

Ereveld Kalibanteng adalah saksi sejarah abadi yang merekam kekejaman masa peperangan. Seiring dengan nisan yang berjajar, doa-doa dipanjatkan sebagai bentuk penghormatan kepada peristirahatan yang tenang di Ereveld Kalibanteng, Semarang.

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Artikel ini dibuat oleh Kawan GNFI, dengan mematuhi aturan menulis di GNFI. Isi artikel ini sepenuhnya menjadi tanggung jawab penulis. Laporkan tulisan.

HF
KO
Tim Editor arrow

Terima kasih telah membaca sampai di sini