Cipto Mangunkusumo: Biografi dan Perjuangannya untuk Indonesia

Cipto Mangunkusumo: Biografi dan Perjuangannya untuk Indonesia
info gambar utama

Sejarah Indonesia tidak pernah terlepas dari perjuangan tokoh-tokoh besar. Salah satunya adalah Dr. Cipto Mangunkusumo (Tjipto Mangoenkoesoemo). Cipto Mangunkusumo adalah tokoh pergerakan kemerdekaan Indonesia yang berkecimpung di bidang perpolitikan, ia termasuk 3 serangkai yang mendirikan Indische Partij bersama Ernest Douwes Dekker dan Soewardi Soerjaningrat.

Biografi Cipto Mangunkusumo

Cipto Mangunkusumo
info gambar

1. Merupakan keturunan priyayi Jawa

Cipto lahir di Desa Pecangan, Jepara, Karesidenan Semarang pada 4 Maret 1888. Ia adalah seorang anak dari Mangunkusumo yang. Ayah Cipto merupakan seorang priyayi Jawa yang berkedudukan sebagai guru dan pembantu administrasi pada Dewan Kota Semarang. Sementara ibu dari Cipto adalah wanita keturunan dari tuan tanah asal Jepara.

Pada masa kecil, Cipto beserta adik-adiknya memiliki kesempatan untuk bersekolah di STOVIA. Pada saat masih sekolah, ia merupakan pribadi yang dikenal jujur, berpikiran tajam, dan sekaligus rajin. Di sana, ia pun dikenal sebagai orang yang tegas untuk bertindak dan termasuk dalam orang yang berani melawan arus.

Baca juga: Goresan Pedas Pena Douwes Dekker: Pembakar Semangat Anti Kolonialisme

2. Perjuangan Cipto Mangunkusumo lewat Budi Utomo

Budi Utomo terbentuk pada 20 Mei 1908, Cipto menyambut baik berdirinya organisasi tersebut. Hal tersebut karena organisasi tersebut merupakan wujud kesadaran pribumi akan identitasnya sendiri. Meskipun demikian, pada kongres pertama di Yogyakarta, terjadi perpecahan antara Cipto dan Radjiman Wedyodiningrat.

Salah satu harapan Cipto adalah menjadikan Budi Utomo sebagai wadah mereka dalam berorganisasi politik yang berjuang secara demokratis dan terbuka bagi masyarakat Indonesia. Sedangkan Radjiman menginginkan organisasi Budi Utomo sebagai gerakan kebudayaan yang bersifat Jawa sentris.

Meskipun ia diangkat menjadi pengurus Budi Utomo, Cipto akhirnya mengundurkan diri dari Budi Utomo. Ia beranggapan bahwa organisasi tersebut tidak mewakili aspirasinya. Cipto selalu ingin bahwa ada jalan bagi timbulnya persatuan di antara seluruh rakyat di Hindia Belanda, tidak hanya fokus pada masyarakat Jawa.

Baca juga: Sejarah Singkat Budi Utomo: Organisasi Pertama di Indonesia

3. Mendirikan Indische Partij

biografi cipto mangunkusumo
info gambar

Setelah mengundurkan diri dari Budi Utomo, Cipto kemudian melanjutkan kiprahnya sebagai dokter di Solo. Di sela-sela kesibukannya, ia pun mendirikan organisasi Raden Ajeng Kartini Klub. Organisasi ini bergerak di bidang sosial yang peduli dengan kesejahteraan nasib rakyat. Kemudian pada tahun 1912, ia mendirikan Indische Partij bersama dengan Ernest Douwes Dekker dan Soewardi Soerjaningrat.

Bagi Cipto, gerakan yang baru didirikan itu merupakan upaya mulia mewakili kepentingan-kepentingan semua penduduk Hindia Belanda yang tidak memandang suku, golongan, dan agama apapun. Indische Partij adalah gerakan politik untuk seluruh rakyat Hindia Belanda.

Cipto dan Douwes Dekker adalah sahabat karib yang sangat dekat. Bahkan pada tahun 1912, Cipto pindah ke Bandung agar lebih dekat dengan sahabatnya tersebut. Ia kemudian menjadi anggota redaksi penerbitan harian de Express dan majalah het Tijdschrift.

Cipto mendirikan sebuah komite yang diberi nama Komite Bumi Putra dan ia menjadi ketuanya. Komite tersebut pernah menerbitkan sebuah artikel Suwardi Suryaningrat yang berjudul “Andaikan Saya Seorang Belanda”. Cipto juga menuliskan dukungannya terhadap Suwardi untuk memboikot perayaan kemerdekaan Belanda.

Tulisan Cipto dan Suwardi memukul pemerintah sehingga pada 30 Juli 1913, Cipto dan Suwardi dipenjarakan. Pada 18 1913, keluar surat keputusan untuk membuang Cipto bersama dengan Suwardi dan Douwes Dekker ke Belanda karena kegiatan propagandanya dalam Komite Bumi Putra.

Baca juga: Sejarah Indische Partij, Organisasi Pergerakan Pertama untuk Melawan Belanda

4. Akhir Perjuangan: Dibuang ke Banda, Maluku

Pada 1914, Cipto pulang ke Jawa dan kembali berjuang. Oleh karena itu, Cipto kemudian diasingkan pada 15 Oktober 1920 di daerah yang tidak berbahasa Jawa. Pada 19 Desember 1927 Cipto dibuang ke Banda, Maluku.

Dalam pembuangannya penyakit asmanya kambuh dan meskipun beberapa orang memintanya untuk pulang ke Jawa, Cipto menolak dan akhirnya ia dialihkan ke Bali, Makassar, dan pada tahun 940 ia dipindahkan ke Sukabumi. Cipto kemudian meninggal pada 8 Maret 1943 akibat penyakit asma yang dideritanya.

Baca juga: Kisah Tiga Serangkai yang Tetap Melawan Meski Terusir ke Belanda

Sumber:

https://id.wikipedia.org/wiki/Tjipto_Mangoenkoesoemo

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Jika Anda tertarik untuk membaca tulisan Muhammad Farih Fanani lainnya, silakan klik tautan ini arsip artikel Muhammad Farih Fanani. Artikel ini dilengkapi fitur Wikipedia Preview, kerjasama Wikimedia Foundation dan Good News From Indonesia.

MF
RP
Tim Editor arrow

Terima kasih telah membaca sampai di sini