Ziarahi Makam Tante Dolly, Pendiri Lokalisasi Tersohor di Surabaya

Ziarahi Makam Tante Dolly, Pendiri Lokalisasi Tersohor di Surabaya
info gambar utama

Pada tahun 2014 silam, lokalisasi Dolly resmi ditutup oleh pemerintah Kota Surabaya. Lokalisasi yang berada di Jalan Kupang Gunung Timur I ini dahulunya didirikan oleh Tante Dolly sekitar tahun 1967.

Dinukil dari Detik, walau namanya tersohor di Surabaya, tetapi makam Tante Dolly berada di Malang. Tepatnya di Tempat Pemakaman Umum (TPU) Belanda, Sukun. Di pusaranya tertulis nama aslinya Dolira Advonso Chavid.

Warga sekitar mengenal makam tersebut dengan nama Mami Dolly atau Tante Dolly. Tertera juga tanggal kelahirannya 15 September 1929 dan kematiannya 7 Januari 1992. Makamnya masih berdiri kokoh, tidak semewah komplek lokalisasi atau makam orang kaya lainnya.

Indonesia Graveyard, Komunitas yang Belajar Sejarah dari Kuburan

Dengan arsitektur khas Nasrani, terbilang makamnya berukuran standar dengan besaran biaya Rp3 sampai Rp4 jutaan. Panjangnya sekitar 2 meter dengan rumput liar tumbuh subur, layaknya makam tak terawat.

Selain namanya, juga terdapat nama anak dan menantu, yakni Eddy Y, B Harianto, Sutejo R Budiono, Andi P Maria S. Ada juga menantunya yang bernama Dra Watik, Napsiah SH, Lina Darlina, hingga Rosa.

Selain Tante Dolly, ada juga makam anaknya yakni Eduard Soukup Eddy yang lahir pada 1944 dan meninggal pada 1999. Tiga orang penjaga dan pembersih makam menyakini dan mengenalnya sebagai anak Mami Dolly.

“Di sini Mami Dolly makamnya. Ada dua makamnya, satu makam Mami Dolly dan anaknya yang namanya Eddy,” ucap Masaki.

Diziarahi pelacur?

Pada 2014 silam, ketika ramai penutupan kompleks prostitusi Dolly di Surabaya. Sontak sosok sang pendiri kompleks lokalisasi Dolly menjadi sorotan. Makamnya ketika itu ramai dicari oleh awak media.

“Belakangan saja banyak yang cari lokasi makamnya. Sebelumnya enggak ada,” kata juru kunci makam, Kasemin pada 2014 silam yang dimuat Kompas.

Sebelum tahun 2018, jelas Kasemin beberapa kali rombongan dari Surabaya datang berziarah ke makam ini. Mereka adalah para pekerja seks komersial (PSK) yang bekerja di Gang Dolly.

Malam Selawe, Tradisi Malam Terakhir Ramadan di Makam Sunan Giri

“Biasanya mereka dalam jumlah banyak, secara khusus berziarah. Namun setelah itu sudah tidak ada lagi,” katanya.

Kini jelasnya hanya pihak keluarga yang menziarahi makam dengan arsitektur Eropa ini. Itu pun sudah sangat jarang. Bahkan untuk retribusi setiap tahun biasanya dibayar oleh salah satu cucunya.

“Dia juga yang paling sering ziarah, terutama menjelang puasa, seperti sekarang ini,” kata Kasemin.

Pindah ke Malang?

Penutupan kompleks lokalisasi prostitusi Dolly di Surabaya juga diharapkan oleh pihak keluarga bisa menghapus nama orang tuanya itu. Adik Dolly A Chavid ingin arwah kakaknya itu tenang di alam baka.

“Setiap hari saya selalu berdoa agar dia tenang. Saya sampai menangis kalau ingat dia,” imbuh anak terakhir dari tiga bersaudara itu.

Hal senada disampaikan oleh Hariani dari Dinas Lingkungan Hidup Kota Malang. Dia menyebutkan bahwa pada akhir hayatnya Tante Dolly sudah tidak ingin lagi dihubungkan dengan bisnis prostitusi yang dibangunnya.

Indonesia Graveyard, Komunitas yang Belajar Sejarah dari Kuburan

Karena itu, dirinya memilih untuk pindah ke Malang agar bisa menjadi manusia yang normal. Dirinya juga menghilangkan identitasnya dan hidup tenang bersama dengan keluarganya yang juga sudah pindah ke Malang.

“Di akhir hayatnya beliau pindah Malang untuk menghilangkan identitas siapa dia. Dia meninggal sekitar 87,” ucapnya.

Kini pihak Pemerintah Kota Malang berusaha untuk tetap merawat jejak Tante Dolly. Selain makamnya yang berusaha untuk dirawat, mereka juga akan membangun sebuah museum yang salah satu tokohnya adalah Tante Dolly.

Kita mencari koleksi dan ahli waris. ada kenangan dari beliau untuk bercerita yang masih kita cari. Tidak mudah juga mencari koleksi ada beberapa yang disimpan,” pungkasnya.

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Jika Anda tertarik untuk membaca tulisan Rizky Kusumo lainnya, silakan klik tautan ini arsip artikel Rizky Kusumo.

Terima kasih telah membaca sampai di sini