Fenomena Jasa Melantukan Doa di Kuburan Menjelang Ramadhan

Fenomena Jasa Melantukan Doa di Kuburan Menjelang Ramadhan
info gambar utama

Tradisi berziarah kubur merupakan cara masyarakat Muslim di Indonesia untuk menyambut Ramadhan. Mereka biasanya berkunjung ke makam para leluhur, orang tua dan sanak famili yang telah mendahului.

Hal ini bisa terlihat di TPU Utan Kayu, Jakarta Timur, di sana banyak peziarah yang berdatangan bersama rombongan keluarga. Tetapi tidak semua rombongan peziarah hafal dan lancar membaca surat Yasin, tahlil, tahmid dan shalawat.

Karena itu mereka butuh bimbingan seorang ustadz yang dibayar untuk membacakan doa kepada sanak keluarganya. Salah satunya adalah Ustadz Laim yang menyediakan jasa bagi para peziarah.

i Damai dan Toleran, Nyepi dan Awal Ramadan Jatuh Bersamaan Bukan Masalah

Dia mengaku tak sama sekali memasang tarif. Berapapun yang diberikan oleh peziarah, akan diterimanya. Dia yang sehari-hari merupakan pedagang gulali itu mengaku tak punya latar belakang pendidikan keagamaan pesantren.

Ustadz Laim belajar agama dari guru ke guru di majelis taklim yang ada di kampung-kampung se-Pulogadung, Jakarta Timur. Dari para guru itu, Lalim belajar qiraah dan memiliki bekal berupa hafalan doa-doa.

“Saya membantu dengan ridha dan ikhlas istilah kata tanpa dibatasi, dikasih berapapun, walaupun dikasih Rp10 ribu, ikhlas. Yang penting kita niatnya ikhlas aja udah. Kan kebanyakan peziarah-peziarah nggak bisa baca doa, nggak bisa juga baca Yasin,” kata Ustadz Lasim yang telah menekuni profesinya sejak 2018 dinukil dari NUOnline.

Bisnis yang menggiurkan

Ustadz Laim menyatakan bahwa pemberian dari para peziarah cukup beragam. Dia pernah menerima Rp150 ribu dari peziarah. Kadang juga dirinya hanya menerima Rp10-20 ribu. Namun dalam satu hari, dia bisa melayani kurang lebih 10 rombongan peziarah.

Baginya penghasilan itu tak memang tak cukup untuk menghidupi anak istri di rumah. Tetapi pekerjaan sebagai tukang doa tetap dia lakoni dengan niat untuk membantu orang dan mengharap keberkahan.

“Tapi kan kalau menurut (kita) nggak cukup, tapi Allah (selalu) kasih cukup. Biar berkah. (Nomor) satu berkah. Itu keberkahan kita lah, keberkahan dan keikhlasan dan keridhoan kita nomor satu.” katanya.

lang Ramadan, Pemerintah Bakal Salurkan Bansos Pangan selama Maret-Mei

Hal berbeda dialami oleh Romdhani yang menawarkan jasa membacakan doa di TPU daerah Jakarta Pusat. Dirinya juga tidak memberikan tarif kepada para peziarah, namun dia pernah mendapatkan bayaran hingga Rp600 ribu.

“Satu kali baca dari terima kasih sampai Rp600 ribu pernah saya pegang,” ucapnya yang dimuat dari Merdeka.

Dia menjelaskan banyak motif dari para peziarah yang memintanya membacakan doa. Bukan saja masyarakat biasa, namun juga seorang yang sudah naik haji pun pernah meminta dirinya membaca doa.

Selain itu, diungkapkan oleh Romdhani, ada juga orang yang hanya membayar uang kepadanya. Namun setelahnya orang itu pergi dari lokasi pekuburan. Bagi Romdhani hal ini cukup lazim.

“Ada orang yang datang minta didoakan, nitip-nitip istilahnya. buru-buru pergi lagi,” paparnya.

Benarkah?

KH Ahmad Zubaidi yang merupakan Wakil Sekretaris Komisi Dakwah MUI menjelaskan menitipkan doa kepada orang belum jelas secara hukum Islam. Baginya hal ini adalah terkait etika.

Dia menyebut doa yang dititipkan bisa saja diterima oleh Sang Pencipta. Namun dikatakannya hal ini bisa saja mengurangi potensi diterima karena faktor keikhlasan. Apalagi bila seorang yang menawarkan jasa meminta sejumlah tarif.

“Bisa juga diterima. tetapi kalau orang berbisnis dan pendapatan keikhlasan tidak ada,” ucapnya.

biasaan Positif Ramadan di Tengah Pandemi COVID-19

Dirinya lantas meminta agar pihak keluarga yang membacakan sendiri doa kepada sanak keluarga. Selain itu, jelasnya banyak orang terpaku bila membaca doa harus menggunakan bahasa Arab, padahal tidak perlu.

“Orang terpaku doa itu harus bahasa Arab, padahal doa boleh pakai bahasa Indonesia,” pungkasnya.

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Jika Anda tertarik untuk membaca tulisan Rizky Kusumo lainnya, silakan klik tautan ini arsip artikel Rizky Kusumo.

Terima kasih telah membaca sampai di sini