Wayang Cing-cing Mong Tegal, Berpadunya Modern dan Tradisional dalam Sebuah Pagelaran

Wayang Cing-cing Mong Tegal, Berpadunya Modern dan Tradisional dalam Sebuah Pagelaran
info gambar utama

Mungkin Anda sudah tidak asing lagi dengan jenis wayang tiga dimensi ini bernama wayang golek. Di pulau Jawa, beberapa daerah punya wayang golek dengan ciri khasnya masing-masing

Bicara soal popularitas, tentu Anda setuju kalau kesenian ini kalah saing dengan berbagai jenis hiburan modern. Peminatnya terbatas pada orang-orang tertentu saja. Belum lagi adanya anggapan kalau wayang ini kuno oleh generasi muda. Hal ini pula yang membuat regenerasi dalang wayang semakin berkurang.

Dari permasalahan tersebut, seorang seniman wayang asal Kabupaten Tegal bernama Waluyo berinisiatif untuk menciptakan wayang kreasi baru, yaitu wayang Cing Cing Mong di tahun 2008.

Wayang golek ini tidak terpaku dengan tradisi daerah manapun. Bila melihat dari tokohnya, wayang ini sangatlah variatif. Sebab mengambil dari berbagai daerah. Mulai dari Tegal, Kebumen, Bandung, hingga Cirebon.

Deretan Sosok Sinden yang Berasal dari Mancanegara

Menyatunya berbagai kesenian

Penyatuan berbagai jenis wayang ini punya alasan tersendiri. Menurut Waluyo, hal ini bersumber dari kelebihan dari masing-masing wayang golek di setiap daerah.

"Cing-cing Mong itu berdiri tahun 2008 di Solo, tetapi berkembang di Tegal. Nama Cing Cing Mong diambil dari bahasa Tegal yang artinya bergandengan tangan atau rangkaian. Intinya kalo panganan,gado-gado jadi satu. Jadi wayang ini saya adopsi itu jadi lambang kerukunan seduluran," ujar Waluyo.

Seperti suasana agung dari wayang Kebumen, hingga unsur komedi yang kental dari wayang tegal dan cirebon, sesuai dengan lakonnya. Sehingga bisa memberikan pertunjukan yang segar sekaligus menghibur bagi penonton.

Kreativitas Waluyo pun tidak sampai di situ. Untuk musik pengiringnya, tidak cuma menggunakan alat-alat tradisional saja. Ia juga menggabungkan alat musik modern sebagai alat musik pengiring.

Dalam pementasan, biasanya wayang Cing Cing Mong ini menggunakan lebih dari satu dalang. Dalangnya sendiri tidak berbicara. Namun, menggunakan narasi yang sudah direkam terlebih dahulu. Bahasa narasinya juga menyesuaikan lokasi dari pementasan. Sehingga siapapun bisa memahaminya.

Lakonnya pun bisa disesuaikan dengan permintaan. Baik itu dari novel, film, maupun cerita anak-anak. Namun bila tidak ada permintaan khsusus, biasanya Waluyo akan menampilkan cerita yang berasal dari babad Tegal. Hal ini sekaligus menjadi upaya untuk mengenalkan budaya Tegal.

Selain itu, kesenian ini juga sangat fleksibel untuk dikombinasikan dengan kesenian lain. Baik itu seni tari maupun teater.

3 Grup Wayang Orang Profesional yang Masih Bertahan, Satu Berada di Jakarta

Disukai banyak orang, berkembang semakin baik

Meskipun sempat mengalami pasang surut, terlebih lagi saat pandemi, perkembangan wayang Cing Cing Mong ini termasuk baik. Respon para penonton pun positif.

Banyak yang menyukai pementasan wayang ini karena terasa seperti menonton film Bahkan, minat generasi muda untuk mendalami kesenian tradisional juga semakin meningkat.

Sekarang, Waluyo juga sudah membuka pelatihan untuk vokal, karawitan, dan tari setiap akhir pekan. Tempatnya berada di gedung rakyat kabupaten tegal.

Hanya saja, hal yang masih menjadi kendala bagi Waluyo adalah kurangnya respon pemerintah serta belum adanya fasilitas pembelajaran yang mendukung. Sebab, untuk latihan pementasan wayang ini membutuhkan ruangan yang cukup besar.

Penciptaan wayang cing cing mong adalah sebuah inovasi yang bisa menjadi acuan para seniman sebagai upaya pelestarian budaya. Bisa dikatakan kalau ini adalah jenis wayang modern yang siapapun bisa menikmatinya. Hal ini juga bisa menjadi pemantik supaya anak-anak muda bisa memahami wayang secara lebih mendalam.

Catatan Sejarah Wayang Kulit, Lahir dan Tumbuh di Indonesia untuk Dunia

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Jika Anda tertarik untuk membaca tulisan Muhammad Fazer Mileneo lainnya, silakan klik tautan ini arsip artikel Muhammad Fazer Mileneo.

Terima kasih telah membaca sampai di sini