3 Festival Banyuwangi Yang Membangkitkan Sektor Ekonomi Pasca Covid-19

3 Festival Banyuwangi Yang Membangkitkan Sektor Ekonomi Pasca Covid-19
info gambar utama

Covid-19 yang mewabah di Indonesia menyebabkan hampir semua sektor terdampak penurunan ekonomi. Mulai dari sektor pariwisata, pertanian, penerbangan, penginapan, perdagangan, pelaku UMKM dan lainnya mengalami kerugian.

Dimulai awal tahun 2022, semangat baru bagi sosial budaya sektor ekonomi pariwisata di Banyuwangi mulai bangkit. Berbagai event yang terhenti selama 2 tahun akibat Covid-19 akan kembali digelar. Pengadaan festival ini memberikan harapan untuk memulihkan kondisi perekonomian yang ada di Banyuwangi dan berharap dapat memberikan dampak baik bagi banyak pihak.

Untuk melihat progres perkembangan sekotor ekonomi daerah Banyuwangi, berikut tiga festival Banyuwangi yang mendukung pertumbuhan ekonomi dari sektor pariwisata pasca Covid-19.

Festival Gandrung Sewu Yang Memukau Ribuan Wisatawan

Sumber foto: Instagram @ipukfdani
info gambar

Gandrung sewu merupakan ikon pariwisata budaya Banyuwangi. Festival yang digelar di Pantai Marina Boom dengan sebanyak lebih dari seribu penari gandrung yang menari indah dengan latar belakang lautan ini selalu berhasil memukau ribuan penonton yang hadir dan memadati pertunjukan dengan sangat antusias. Penontonnya pun tak hanya wisatawan lokal namun hingga mancanegara.

Baca juga: Keindahan Kota Batu sebagai Simbol Budidaya Bunga di Indonesia


Event yang diramaikan oleh penari remaja hingga paruh baya ini sempat terhenti dua tahun akibat Covid-19 yang menyerang Indonesia. Menyambut kondisi pandemi yang mulai turun di 2022, festival ini diadakan dengan mengusung tema Sumunare Tlatah Blambangan atau Kilau Bumi Blambangan sebuah kisah Banyuwangi semasa masih menjadi kawasan Kerajaan Blambangan.

Kala itu kerajaan dilanda wabah, bahkan sang puteri raja bernama Dewi Sekardadu terjangkit dan tak seorangpun mampu menyembuhkan, hingga datang seorang ulama bernama Syekh Maulana Ishak ke Blambangan yang kedatangannya berhasil menyembuhkan wabah di Blambangan. Kisah inilah yang menjadi fragmen utama dalam gandrung sewu kali ini.

Kebangkitan industri event ini diyakini dapat membuat geliat pariwisata dan ekonomi kreatif pulih dan tumbuh kembali. Kabar baiknya hampir semua aspek mendapat dampak positif dari festival ini. Mulai dari transportasi bandara, rental mobil, penginapan hotel berbintang hingga homestay lokal hampir semuanya penuh 100%. Belum lagi restoran, kuliner kaki lima, pusat oleh-oleh khas Banyuwangi dan pelaku UMKM mendapat keuntungan berkali lipat karena event ini.

Menteri asal Banyuwangi memperkirakan keuntungan event ini minimal sepuluh kali lipat dalam satu event. Wow! Kerennya lagi, festival gandrung sewu masuk dalam Kharisma Event Nusantara (KEN) 2022 yang merupakan agenda yang telah diresmikan secara langsung oleh Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Sandiaga Uno.

Festival Ngopi Sepuluh Ewu "3 Filosofi Dalam Secangkir Kopi"

Sumber foto: Kompas.com
info gambar

Festival Ngopi Sepuluh Ewu (sepuluh ribu) kembali menyedot wisatawan untuk datang ke Desa Adat Suku Osing Kemiren, Banyuwangi. Tradisi minum kopi ini konon adalah warisan leluhur nenek moyang Desa Kemiren yang masih dilestarikan oleh warganya hingga sekarang. Saking ramainya pengunjung, sepanjang 3 kilometer poros jalan Desa Kemiren dipenuhi oleh wisatawan dari berbagai daerah.

Uniknya, festival ini disiapkan sendiri oleh warga kemiren dengan menyulap seluruh latar rumahnya menjadi ruang tamu. Tak kurang dari 350 kg bubuk kopi khas Banyuwangi telah disediakan untuk menyambut tamu acara ini ini. Ada beragam varian yang disajikan. Mulai dari robusta, arabika hingga house blend. Ya, semuanya gratis! Tak hanya itu, mereka juga menyiapkan beragam suguhan jajanan tradisional sebagai pelengkapnya.

Baca juga: Mengunjungi Museum Milik Bersama yang Berada di Sudut Brastagi


Festival ini berlangsung sederhana, dengan situasi persaudaraan yang hangat. Sambutan keramahan terhadap pengunjung dalam melayani para tamu mampu memberikan kesan hangat yang melekat.

Tradisi Ngopi Sepuluh Ewu ini tak sebatas menikmati seduhan kopai osing (istilah Bahasa Osing dalam menyebut kopi). Namun, ada filosofi yang terkandung dalam tiap cangkirnya. Yakni, falsafah lungguh, suguh dan gupuh. Maknanya, lungguh menyiapkan tempat. Sedangkan suguh adalah menyajikan hidangan. Adapun gupuh ialah kesigapan tuan rumah dalam menyambut tamu tersebut.

Kedatangan wisatawan ke Desa Kemiren menjadi sesuatu yang penting untuk menggerakkan sektor ekonomi kreatif yang sedang tumbuh disini. Seperti kuliner, batik hingga seni pertunjukan. Hal tak kalah penting yaitu mendongkrak penjualan kopi khas Banyuwangi dan memperkenalkannya kepada seluruh wisatawan lokal maupun manca negara.

Festival Kebo-keboan, Tradisi Unik Desa Alasmalang Menyambut Hasil Panen

Tradisi Kebo-keboan | Sumber foto: Detiknews
info gambar

Tradisi Kebo-keboan ini diadakan setiap awal bulan Suro di Desa Alasmalang, Banyuwangi. Ritual ini sudah dilakukan selama 300 tahun dan bertujuan untuk mengungkapkan rasa syukur atas hasil panen yang melimpah. Ritual ini menampilkan manusia yang berdandan layaknya kebo (kerbau) lengkap dengan tanduknya. Budaya ini mempunyai makna dalam rangka menyambut kehidupan mengenal alam dan menjadi tradisi yang memiliki nilai besar bagi masyarakat.

Ritual yang sarat akan filosofi ini diawali dengan penyajian 12 tumpeng yang melambangkan 12 bulan dalam satu tahun, dilengkapi dengan lima porsi jenang sengkolo sebagai wujud hari pasaran dalam kalender Jawa, tak lupa bubur manis tradisional dan 7 porsi jenang suro melambangkan 7 hari dalam satu minggu. Kesemuanya merupakan filosofi dimensi waktu dalam siklus kehidupan manusia.

Kabar baiknya lagi, saat festival ini digelar banyak wisatawan domestik maupun mancanegara yang datang dan dampak ekonomi pun langsung dirasakan oleh masyarakat dengan adanya tradisi unik serta menarik ini. Nah, itulah kawan 3 festival besar di Banyuwangi yang membangkitkan sektor ekonomi pasca pandemi. Bagaimana, Kawan berminat berkunjung?

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Artikel ini dibuat oleh Kawan GNFI, dengan mematuhi aturan menulis di GNFI. Isi artikel ini sepenuhnya menjadi tanggung jawab penulis. Laporkan tulisan.

DM
KO
Tim Editor arrow

Terima kasih telah membaca sampai di sini