Keindahan Kota Batu sebagai Simbol Budidaya Bunga di Indonesia

Keindahan Kota Batu sebagai Simbol Budidaya Bunga di Indonesia
info gambar utama

Kota Batu, Jawa Timur cenderung mengidentikkan diri dengan bunga dengan beragam jenisnya. Hal ini bisa dilihat dari Desa Sidomulyo, Kecamatan Batu, Kota Batu. Lokasi itu berada di ketinggian sekitar 980 meter di atas permukaan laut.

Dinukil dari Kompas, Kepala Desa Sidomulyo saat itu, Jatmiko menjelaskan tidak kurang 90 persen dari 7.815 orang penduduk desa yang tersebar di tiga wilayah dusun memilih mata pencaharian sebagai petani penanam dan pedagang bunga.

King's College London Akan Bangun Kampus di Malang, Hadirkan Pendidikan Berkualitas Top

Disebutkan penduduk di tiga dusun tersebut, yakni Dusun Tinjumoyo, Tonggolari, dan Sukorembuk, rata-rata memiliki usaha penanaman, pembudidayaan, serta penjualan aneka jenis bunga potong, tanaman hias dan bonsai.

“Pokoknya petani di sini bisa mengerjakan semua soal bunga dan tanaman hias dari A sampai Z,” kata Hadi Sutrisno, salah seorang petani bunga di desa tersebut.

Warisan keturunan

Hadi menjelaskan bahwa sebagian besar petani bunga atau tanaman hias di kawasan itu juga sebagai pedagang. Sebagian besar penduduk desa menjalankan bisnis bunga ini dari warisan keluarganya.

“Biasanya bapak (suami) bertanam, ibu (istri) berdagang,” ujar Suyanto, petani bunga lainnya.

Batu Night Spectacular, Asyiknya Bermain Ditemani Hawa Dingin Kota Batu

Dikatakan oleh Suyanto, pengetahuan soal budidaya ini dimulai secara turun temurun dan terus dikembangkan dengan perpaduan dari perkembangan terkini. Hadi menambahkan bahwa para petani bunga di desa itu tidak kenal menyerah.

Hal ini membuat aneka jenis bunga dan tanaman hias dari daerah lain bisa dengan sukses dibudidayakan di tempat itu. Misalnya mawar batik yang menurut Hadi berasal dari Bogor masuk ke Desa Sidomulyo pada 2005.

“Waktu itu harganya Rp25.000 per pohon. Setelah berhasil dibudidayakan di Desa Sidomulyo, harganya menjadi Rp2.500 per pohon pada 2006, hanya dalam waktu setahun,” katanya.

Kelompok tani

Bisnis bunga di kawasan itu telah dilakukan sejak puluhan tahun lalu, sekalipun dia mengatakan masa keemasan bisnis itu mulai tahun 1990 hingga 1996. Disebutkan Suyanto ketika itu masih banyak proyek pembangunan properti dan pembuatan taman kota.

Di desa itu terdapat 17 kelompok tani dengan jumlah anggota masing-masing kelompok sekitar 30-100 orang. Mereka tergabung dalam Gabungan Kelompok Tani (Gapoktan) Sekar Indah yang melakukan transformasi pengetahuan.

Nikmatnya STMJ, dari Malang hingga Jadi Favorit Orang-Orang

“Kami juga menerima tamu dari luar untuk melihat kondisi desa ini dan belajar di sini,” kata Jatmiko.

Jatmiko menambahkan sejak ditetapkan sebagai salah satu desa wisata pada 2002 lalu, kawasan itu semakin ramai dikunjungi. Dia mencatat tidak kurang 300 orang dalam sehari melakukan studi banding.

Sementara itu, sejak 2010 pemerintah desa mulai menggerakkan pemuda yang tergabung dalam Karang Taruna untuk mengelola paket wisata arung jeram, berkuda, dan sepeda gunung di kawasan itu.

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Jika Anda tertarik untuk membaca tulisan Rizky Kusumo lainnya, silakan klik tautan ini arsip artikel Rizky Kusumo.

Terima kasih telah membaca sampai di sini