Berkah Ikan Selar untuk Menghidupi Masyarakat Pulau Sebira

Berkah Ikan Selar untuk Menghidupi Masyarakat Pulau Sebira
info gambar utama

Bagi warga Pulau Sebira di Kepulauan Seribu, ikan selar (selaroides) adalah anugerah, bahkan jantung kehidupan. Di Sebira, ikan selar banyak dijadikan berbagai komoditas untuk diperdagangkan.

Ikan selar biasakan akan diasinkan dan dibuat bahan bakso, kerupuk, dan pempek. Untuk komoditas dagang, ikan selar asin dijual ke Jakarta, Bogor dan Bandung (Jawa Barat), serta Tangerang dan Serang (Banten).

Langgeng, nelayan dari pulau itu menceritakan momen di mana musim paceklik. Dirinya kerap pulang, dari melaut dengan hasil tangkapan minim, kurang dari 50 kilogram ikan selar dan tidak bisa mencukupi untuk biaya operasional, yaitu membeli solar.

Jenis-Jenis Ikan yang Dilindungi di Indonesia (Bagian 2)

Di Sebira, pada 2015, harga ikan selar basah Rp5.000 - Rp6.000 per kilogram (kg). Jika diasinkan, harga bisa dua-tiga kali lipat atau tembus Rp12.000 per kg. Namun ketika masa paceklik, jadi tangkapan sedikit.

Ketika masa paceklik, biasanya nelayan tidak melaut. Namun, bagi Langgeng, jika tak melaut akan sulit untuk membuat dapur mengepul. Padahal di masa susah ikan, tetap melaut berarti berjudi.

“Uang keluar untuk solar dan membayar awak kapal, tetapi ikan sedikit bahkan nihil,” ucapnya yang dimuat Kompas.

Kelompok usaha

Ketua Rukun Warga 003 Sebira, Hartuti dipercaya untuk mengirimkan ikan asin dari nelayan. Dirinya yang juga Ketua RW terdahulu juga pionir migrasi masyarakat keturunan Bugis Bone di Kepulauan Seribu.

Di Sebira terdapat 46 kelompok usaha pengasin ikan yang beranggota para ibu. Bisa dikatakan, ikan asin dari Sebira punya 46 merek dagang. Orang Sebira mengklaim ikan asin mereka berkualitas prima.

“Komoditas berasal dari ikan selar yang setiba di pantai kemudian diasinkan sehingga bahan masih segar,” ucap Ambrosius Harto dalam Kehidupan Orang Pulau: Ikan Selar dari Sebira untuk Semua yang dimuat Kompas.

Hari Nelayan Nasional: Bukan Lagi Waktunya Mencari Ikan

Ikan selar yang diasinkan kebanyakan yang berukuran kecil. Ikan selar ukuran besar dijual saat masih segar atau baru ditangkap. Nelayan menjual ikan selar segar ke pulau terdekat atau pasar di Jakarta.

Hartuti akan membawa setiap dua atau tiga minggu sekali berton-ton ikan asin ke Jakarta, Jawa Barat, dan Banten. Salah satu tempat yang menampung ikan asin Sebira adalah pertokoan di Jalan Lawang Saketeng, Bogor.

Kebanggan Sebira

Selar dari Sebira terkenal sangat enak. Ikan asin ini bisa disantap dengan dibakar, digoreng, bahkan diulek dalam sambal sebagai pengganti relasi. Dari penjualan ikan ini pun bisa dibeli berbagai komoditas.

“Hasil penjualan untuk membeli komoditas titipan warga, yakni bahan makanan (beras, tepung, gula, telur, mentega, biskuit, kue kering) dan minuman (air minum, kopi, teh, susu, sirup, soda), furniture, radio, televisi, sepeda motor, dan bahan material,” jelasnya.

Kapal Tua Bekas Nelayan Disulap Menjadi Furnitur Bernilai Tinggi di Rusia

Ikan selar juga mengikat kebersamaan masyarakat, salah satunya saat mengolah bahan kerupuk. Kebersamaan inilah yang menjadi cara bertahan di pulau terluar dari gugusan Kepulauan Seribu ini.

Dengan lokasinya yang terpencil di ujung Kepulauan Seribu, tak banyak lapangan pekerjaan tersedia. Sebagian besar kaum laki-laki di pulau ini bermata pencaharian sebagai nelayan. Selebihnya bekerja sebagai petugas kebersihan, penjaga mercusuar, ataupun guru.

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Jika Anda tertarik untuk membaca tulisan Rizky Kusumo lainnya, silakan klik tautan ini arsip artikel Rizky Kusumo.

Terima kasih telah membaca sampai di sini