Ramah Lingkungan, Peti Mati Buatan Perajin Indonesia Laris di Pasar Internasional

Ramah Lingkungan, Peti Mati Buatan Perajin Indonesia Laris di Pasar Internasional
info gambar utama

Berbagai produk kerajinan tangan asal Indonesia semakin diminati oleh pasar internasional. Tak hanya perabotan atau dekorasi rumah, peti mati buatan tangan perajin Indonesia bahkan ikut kebanjiran peminat dari luar negeri.

Produk peti mati hasil karya pelaku UMKM Arum Dalu Sekar, Bali, tersebut dikenal karena terbuat dari bahan ramah lingkungan atau eco degradable.

Kepada Bisnis.com, sang pemilik, Nawangsari Setyowati menuturkan permintaan produk kerajinannya datang dari berbagai negara, yakni Jerman, Belanda, Prancis, Amerika Serikat, hingga Australia.

Pengiriman peti mati ke berbagai negara tersebut rata-rata mencapai 100 unit setiap bulannya, dengan harga terendah sekitar Rp2 juta per unit.

Pihaknya memprediksi permintaan ini bakal semakin meningkat seiring dengan tumbuhnya kesadaran masyarakat akan ramah lingkungan. Meski laris di luar negeri, peti mati ramah lingkungan ini ternyata belum diminati di dalam negeri.

Tak hanya Nawangsari dari Bali, perajin di Desa Wisata Rotan Trangsan Jawa tengah juga berhasil mengekspor produk peti mati ke berbagai negara di Eropa, terutama Jerman, Inggris, dan Belanda. Peti mati ini juga ramah lingkungan karena menggunakan rotan sebagai bahan utamanya.

Kapal Tua Bekas Nelayan Disulap Menjadi Furnitur Bernilai Tinggi di Rusia

Tingkatkan prospek bisnis

Konsumen asing diketahui memang menggemari produk-produk berbahan rotan karena sifatnya yang mudah terurai di tanah dan juga dapat mengurangi dampak negatif lingkungan dari pemakaman.

Selain rotan, peti mati ramah lingkungan atau dikenal green coffin juga bisa dibuat dari eceng gondok, mendong, rami, pelepah pisang, dan aneka bahan alami lainnya. Untuk dapat diekspor ke luar negeri, kayu-kayu yang digunakan sebagai penguat peti pun harus memiliki sertifikat Sistem Verifikasi Legalitas Kayu (SVLK).

Dilansir dari kumparanBisnis, Corporate Secretary Lembaga Pembiayaan Ekspor Indonesia (LPEI) Chesna F. Anwar mengatakan, pihaknya membantu perajin untuk bisa memasarkan produk ke luar negeri. Hasilnya, jika dihitung rata-rata perbualan dengan ekspor sebanyak tiga kontainer senilai Rp450 juta, maka dalam setahun ekspornya mencapai lebih dari Rp5 miliar.

Menurutnya, peti mati berbahan ramah lingkungan merupakan produk yang unik, dan punya pasar yang sangat besar di luar negeri. Terlebih lagi dengan upaya pendampingan dan pembinaan, serta pasar dan permodalan, bisnis ini disebut bisa mempekerjakan sekitar 100 orang.

Tak hanya perajin yang menikmati manisnya bisnis peti itu, melainkan juga para pengumpul eceng gondok, pelepah pisang, sampai dengan tukang pembuatnya.

Kopiah Resam dari Bangka, Kerajinan yang Ramah Lingkungan

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Jika Anda tertarik untuk membaca tulisan Firdarainy Nuril Izzah lainnya, silakan klik tautan ini arsip artikel Firdarainy Nuril Izzah.

FI
SA
Tim Editor arrow

Terima kasih telah membaca sampai di sini