Kompak! Indonesia dan Malaysia Bersatu Melawan Uni Eropa Gara-gara Perkara Sawit

Kompak! Indonesia dan Malaysia Bersatu Melawan Uni Eropa Gara-gara Perkara Sawit
info gambar utama

Indonesia dan Malaysia satu suara dalam merespons diskriminasi sawit oleh Uni Eropa. Kedua negara sepakat untuk melawan.

Kompaknya Indonesia dan Malaysia tampak dari pernyataan yang disampaikan oleh masing-masing kepala negara. Presiden Joko Widodo dan Perdana Menteri Malaysia Anwar Ibrahim mengapresiasi langkah bersama yang sudah ditempuh kedua negara di hadapan Uni Eropa.

"Saya sangat menghargai baru-baru ini dilakukan Joint Mission Indonesia-Malaysia ke Brussel. Kolaborasi semacam ini harus terus diperkuat," ujar Presiden Jokowi yang dikutip oleh Radio Republik Indonesia dari Buletin TV3 Malaysia.

"Kami sambut baik dan saya mengucap tahniah kepada kedua menteri dalam rapat Eropa. Telah pertama kalinya satu suara Indonesia-Malaysia mempertahankan kepentingan kelapa sawit," kata Anwar Ibrahim.

Indonesia dan Malaysia melakukan joint mission pada 30 – 31 Mei 2023 di Brussels, Belgia. Di sana, kedua negara mengemukakan pandangan mengenai European Union Deforestation Free Regulation (EUDR).

Indonesia mengirim Menteri Koordinator Bidang Perekonomian RI Airlangga Hartarto sebagai wakil, sementara Malaysia mengutys dan Deputy Prime Minister/Minister of Plantation and Commodities of Malaysia Dato’ Sri Haji Fadillah Bin Haji Yusof. Di Brussels, keduanya bertemu dengan sejumlah pejabat penting Uni Eropa.

EUDR memang jadi pangkal perkara ini. EUDR memberlakukan sejumlah persyaratan dalam praktik jual-beli sawit di Uni Eropa. Namun, syarat-syarat tersebut dianggap membebani dan merugikan petani kecil sekaligus menghambat akses pasar komoditas kelapa sawit ke Uni Eropa.

Sesuai namanya, EUDR dibuat dengan tujuan menekan laju deforestasi. Untuk mencapai tujuan tersebut, EUDR mengatur agar ada batasan masuk produk-produk yang produksinya dianggap menyebabkan deforestasi. Bukan cuma sawit, aneka produk hasil pertanian dan hutan lain pun terdampak regulasi ini.

Hasil dari joint mission, Indonesia-Malaysia dan Uni Eropa akan berupaya membentun mekanisme konsultasi/platform dialog (task force) antara ketiga pihak dan berbagai pemangku kebijakan untuk menyusun regulasi EUDR yang tidak membebani dan memberatkan bisnis dan petani sawit kecil.

Sangat Langka! AL AS, China, Russia, 'Bersatu' di Latihan Bersama di Makassar

Andalan Ekonomi Indonesia

Tak heran apabila Indonesia tampak begitu bersemangat melawan diskriminasi sawit. Maklum saja, sawit banyak berkontribusi bagi perekonomian Indonesia. Apalagi, Indonesia adalah salah satu produsen sawit terbesar dunia.

Lahan sawit yang dimiliki Indonesia pun terbilang luas. Menteri Pertanian Syahrul Yasin Limpo pernah membeberkan datanya dalam acara 18th Indonesian Palm Oil Conference and 2023 Price Outlook (IPOC 2022) pada November 2022 lalu.

"Seperti yang kita ketahui bersama bahwa Indonesia merupakan salah satu penghasil minyak kelapa sawit terbesar di dunia dengan luasan tutupan lahan kelapa sawit sebesar 16,38 juta hektar dan produksi 46,8 juta ton CPO.” ujar Syahrul Yasin Limpo saat itu, sebagaimana dilaporkan laman resmi Kementerian Pertanian.

Pendapatan yang didapat Indonesia dari produk sawit pun luar biasa. Pada tahun 2021 saja, Indonesia meraup 27,6 miliar dolar AS dari ekspor minyak sawit dan produk turunannya.

Tingkatkan Kerja Sama Ekonomi, KBRI Abu Dhabi Gelar Indonesia-UAE Dynamic Week





Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Jika Anda tertarik untuk membaca tulisan A Reza lainnya, silakan klik tautan ini arsip artikel A Reza.

Terima kasih telah membaca sampai di sini